Kamis, 29 Juli 2010

Persiapan Jelang Ramadhan

Amalan Menyambut Bulan Ramadhan

SEGALA puji bagi Allah, yang tidak ada yang bisa mencegah atas apa yang Ia berikan, dan tidak pula ada yang bisa memberi terhadap apa yang Ia cegah.
Bulan Ramadhan sebentar lagi akan kita jelang. Sebagai seorang Muslim sudah semestinya kita menyambut Bulan Ramadhan ini dengan suka-cita. Kemudian apa yang sebaiknya kita siapkan agar kita dapat meraih segala kebaikan di bulan yang Mulia ini?
Ada beberapa hal yang dapat dikerjakan sebagai berikut:

1) Merasa senang dan gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan.
Senang atau gembira terhadap sesuatu tentu bukan hal yang dapat dipaksakan begitu saja, melainkan terjadi karena adanya proses hubungan yang terjalin baik dengan obyek yang dicintai. Demikian pula merasa senang atau gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan juga tidak bisa dipaksakan. Mereka senang menyambut bulan Ramadhan, karena ybs memahami keutamaan Ramadhan dan mensyukuri masih diberikan kesempatan berada di bulan yang sungguh sangat berharga untuk meraih keridhaan Allah SWT. Dalam salah satu hadist Rasulullah SAW pernah bersabda:”Barangsiapa yang merasa gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya dari semua neraka” (Al Hadist/ Durratun Naashihiin)

2) Muhasabah diri
Agama mengajarkan kepada kita agar senantiasa mencermati terhadap amal yang kita kerjakan. Allah SWT berfirman:” Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa melihat kepada dirinya apa yang telah ia persiapkan untuk hari esok.” (Al Hasyr : 18) Oleh karena itu diperlukan muhasabah atau evaluasi terhadap diri kita serta prestasi beribadah kita. Sebenarnya muhasabah itu dilaksanakan sepanjang waktu, bukan hanya waktu jelang Ramadhan saja. Orang yang tidak mau melakukan evaluasi, tentu tidak akan dapat mengetahui kemajuan atau kemunduran prestasinya. Bisa jadi ia menyangka telah banyak berbuat sesuatu, padahal sebenarnya masih jauh dari apa yang ditentukan. Maka Rasulullah SAW mengajarkan agar membuat perbandingan, kepada hal yang baik (agama) untuk melihat , mencontoh ke atas (kepada orang yang lebih taat, lebih ‘alim dsb) sedang perkara dunia (hal yang kurang baik) untuk melihat ke bawah, agar orang dapat bersyukur.

3) Memperbanyak istighfar dan taubat
Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan dalam kehidupan ini. Rentang panjang kehidupan yang dilalui acap kali membuat kita terlena dalam khilaf dan dosa. Maka istighfar dan taubatlah pintu untuk membersihkan kesalahan kita tsb, bahkan Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan. Rasulullah SAW bersabda:”Barangsiapa yang selalu menetapi istighfar, maka Allah menjadikan baginya dari setiap kesempitan suatu jalan keluar, dari setiap kesusahan suatu jalan penyelesaian, dan Allah memberinya rezeki dari arah yang ia tidak duga-duga.” (Riwayat abu Daud dan Nasai dengan sanad berpredikat sahih)
Rasulullah Saw mengajarkan kepada umatnya untuk memperbanyak istighfar, kendatipun beliau sendiri telah mendapat ampunan atas semua dosa yang lalu dan yang kemudian. Sekurang-kurangnya 70 kali atau 100 kali dibaca setiap harinya. Suatu pendapat mengatakan tentang jumlah yang harus dibaca, minimal 100 kali pada pagi hari dan 100 kali pada sore hari. Sebagian ahli shufi menetapkan kepada muridnya pada permulaan perkaranya membaca istighfar 100 kali pada setiap pagi dan sore hari, membaca shalawat nabi 100 kali serta membaca Laa Ilaaha Illallah 300 kali lebih sedikit.

4) Memperbaiki dan meningkatkan Silaturahmi
Allah SWT berfirman:”Bertaqwalah kepada Allah, yang kau minta (hajatnya terpenuhi) kepada-Nya, dan peliharalah pertalian persaudaraan/ kerabatmu (jangan kau putuskan ikatan dengan mereka)". (An Nisa 1)
Dalam salah satu hadist, Rasulullah Saw pernah bersabda:”Amal yang paling cepat pahalanya adalah silaturahmi, dan dosa yang disegerakan akibatnya adalah putusnya hubungan persaudaraan dan penganiayaan.” (Al Hadist/ Tambihul Ghafilin)
Jelang Ramadhan merupakan momen yang sangat baik, untuk meningkatkan silaturahmi. Demikian pula dapat dipergunakan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan manakala ada salah paham (mis komunikasi) dan sebagainya, dapat diselesaikan sebelum bulan Ramadhan tiba. Jadikan bulan Ramadhan benar-benar bulan ibadah, akan sangat sayang bila diwarnai dengan perseteruan berkepanjangan. Maka memperbaiki hubungan akan semakin menambah keharmonisan dalam keluarga ketika menjalankan ibadah puasa, maka saatnya untuk saling meminta maaf.

5) Melatih ibadah pada bulan Sya’ban
Sebenarnya ibadah atau amalan apapun tidak memberikan dampak yang berarti, apabila tidak dikerjakan dengan ikhlas, sungguh-sungguh dan istiqomah. Momen yang tepat menjelang bulan Ramadhan dapat dimanfaatkan untuk melatih diri dan anggota keluarga meningkatkan ibadah, seperti berpuasa, membaca Al- Qur’an, shalat malam, meningkatkan sedekah dan sebagainya. Dari Aisyah ra, ia berkata:”Tidakkah saya melihat Rasulullah menyempurnakan satu bulan puasa kecuali Ramadhan, dan tidaklah saya melihat Rasulullah yang paling banyak puasanya kecuali bulan Sya’ban” (HR. Bukhari)

6) Mempersiapkan bekal keperluan selama bulan Ramadhan
Banyak orang yang menyiapkan bekal keperluan secara khusus menghadapi bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan dengan harapan akan dapat menjalankan ibadah puasa dengan tenang dan khusuk. Berbagai persiapan dilakukan, baik menyangkut tempat ibadah, pakaian shalat, buku-buku bacaan agama bahkan ada pekerja berat yang dengan suka cita menabung 11 bulan untuk bisa menikmati dan menyempurnakan ibadah bulan Ramadhan.

7) Meningkatkan kegiatan taklim
Menimba ilmu atau menghadiri kegiatan taklim akan sangat bermanfaat untuk menyempurnakan ibadah puasa. Muadz bin Jabal pernah mengatakan:”Belajarlah ilmu, sebab belajar itu adalah suatu kebaikan, dan menimbanya adalah ibadah, sedang mengingatnya adalah tasbih, lalu mengadakan penyelidikan padanya berarti jihad, kemudian mengajarkannya adalah shadaqah, dan memberikannya kepada yang berhak adalah taqarrub, karena ilmu itu adalah cara untuk menempuh derajat di surga. Ilmu adalah kawan di saat kesepian atau di tengah pengasingan, ia sebagi penunjuk jalan kegembiraan, dan penolong saat kesukaran, penghias di antara kawan, dan senjata penghalau musuh.”
Berbagai media taklim hampir dijumpai dimana-mana; penghajian di Masjid, di Mushola di rumah-rumah, di media elektronik (TV, Radio, internet) dsb. Orang dapat memilih yang disukai sesuai selera dan kesempatan masing-masing.

Demikian sekilas amalan yang mungkin dapat dikerjakan dalam rangka menyongsong bulan Ramadhan , semoga kita dapat mempersiapkan diri dalam meraih ridha Ilahi di bulan suci Ramadhan ini.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadualla ilaaha illa anta, Astaghfiruka wa atuubu ilaika. Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu, Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada.Mu

Wallahu a’lam bi shawab.
(A.Kuspriyanto, Sumber: Tanbihul Ghafilin, Mahkota Pokok-2 Hadist Rasulullah, dan sumber lain)

Selasa, 27 Juli 2010

Perhatikan Rukun Puasa Ramadhan

Syarat Wajib Puasa, Syarat Sah Puasa
dan Rukun Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima, yang disyariatkan pada hari senin tanggal 2 Sya’ban tahun kedua Hijriyah. Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu ditegakkan atas lima azaz yaitu: (1) Bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, (2) Mendirikan shalat (3) Menunaikan zakat, (4) Berhaji ke Baitullah dan (5) Berpuasa dalam Bulan Ramadhan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Shaum , syiam atau puasa, mengandung pengertian:

• Secara etimologis adalah ‘al imsaku ‘an al-syai” yaitu mengekang dan menahan diri dari sesuatu. Misalnya menahan diri dari makan dan minum, dsb.

• Secara terminologis atau pengertian secara syar’iah, puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, jima’ (bercampur dengan istri) dll yang diperintahkan kepada kita untuk menahannya, sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan. Demikian pula diperintahkan menahan diri dari ucapan yang diharamkan atau dimakruhkan, karena ada hadist-hadist yang melarang hal itu, semua itu berdasarkan waktu dan syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Beberapa hal yang sebaiknya diketahui:

1. Syarat wajib puasa

Mereka yang diwajibkan melaksanakan puasa ramadhan adalah yang memenuhi persyaratan sbb:
1. Beragama islam. Bagi mereka yang tidak beragama islam tidak diwajibkan puasa. Bila mereka masuk agama Islam, maka tidak wajib meng-qadha puasanya yang telah lalu. Firman Allah SWT:”Katakanlah kepada orang-orang kafir itu ,jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi; sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah) terhadap orang-orang terdahulu. (QS. Al-Anfal :38)


2. Berakal. Bagi orang yang terganggu akalnya, atu gila tidak wajib berpuasa;

3. Baligh atau dewasa, yaitu berumur 15 tahun ke atas, atau sudah menstruasi bagi wanita dan mimpi sebagai tanda baligh bagi anak laki-laki, meskipun usianya belum mencapai umur 15 tahun. Anak yang belum baligh tidak wajib berpuasa, namun demikian apabila anak tersebut telah mumayyiz, kemudian melaksanakan puasa, maka puasanya sah. Sebagai tarbiyah, hendaknya anak dilatih puasa sejak masih kecil, sehingga pada saat baligh mereka sudah terbiasa melaksanakan puasa.

Tanda-tanda baligh secara rinci sebagaimana pernah ditulis KH. Ahmad Syadzirin Amin adalah sebagai berikut:


a) Bagi seorang perempuan ada 5 macam, apabila salah satu dari 5 perkara berikut terdapat padanya maka dihukumi sudah baligh:

• Umur 15 tahun qomariah
• Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun qomariah
• Keluar darah haid setelah 9 tahun qomariah, taqriban, yaitu kira-kira atau kurang sedikit 15 hari walaupun hanya sebentar (Kashifatu al Syaja: 16)
• Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun qamariah (Tabyinal Ishlah: 157)
• Kedua buah dadanya sudah menonjol ke depan secara jelas (Bidayatul Ummat)

b) Bagi seorang laki-laki, apabila salah satu dari perkara berikut terdapat padanya maka dihukumi sudah baligh:

• Sudah berumur 15 tahun qamariah
• Keluar air mani
• Keluar bulu kemaluan setelah 9 tahun qamariah (Tabyinal ishlah: 157)

4. Mampu berpuasa. Mereka yang tidak mampu karena sudah sangat tua, sakit dsb, tidak wajib berpuasa, kewajiban itu diganti dengan membayar fidyah;

2. Syarat Sah Puasa, pelaksanaan ibadah puasa menjadi sah, bila memenuhi persyaratan sbb;
• Beragama islam. Orang-orang non muslim tidak sah bila melakukan ibadah puasa.
Mumayyiz, yaitu seorang anak laki-laki maupun perempuan yang sudah memiliki kemampuan untuk membedakan kebaikan dan keburukan
• Suci dari haid dan nifas, bagi perempuan yang sedang haid atau baru saja melahirkan tidak boleh berpuasa. Namun mereka wajib meng-qadha (mengganti) puasa yang ditinggalkan setelah mereka suci dari haid dan nifasnya.
• Dikerjakan pada waktu yang diperkenankan puasa padanya. Jika melaksanakan puasa pada waktu yang tidak diperbolehkan puasa padanya, maka puasanya tidak sah, bahkan tidak boleh dilakukan. Yakni dilarang berpuasa pada hari raya idhul fitri dan idhul adha, dan puasa pada hari tasriq (11,12,13 Dzulhijjah)

3. Rukun Puasa, adalah sesuatu yang harus dikerjakan, bila ditinggalkan salah satunya maka ibadahnya tidak sah, yaitu:
• Niat melaksanakan ibadah puasa, waktunya pada malam hari, sejak waktu maghrib sampai dengan waktu fajar. Pada puasa sunnah diperbolehkan niat di pagi harinya sampai menjelang waktu dzuhur.
• Meninggalkan segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar di waktu subuh sampai terbenam matahari di waktu maghrib.

4.Yang Membatalkan Puasa, apabila melakukan salah satu perbuatan berikut puasanya menjadi batal atau tidak sah
• Makan dan minum sedikit atau banyak. Akan tetapi bila karena lupa (tidak sengaja makan atau minum baik banyak maupun sedikit) tidak membatalkan puasa
• Bersetubuh atau melakukan hubungan seksual (di siang hari di bulan Ramadhan)
• Mengalami Haid atau Nifas
• Gila (bila gila itu terjadi pada siang hari dan dalam keadaan berpuasa, maka batallah puasanya).
• Keluar sperma dengan sengaja, baik melalui onani maupun masturbasi. Adapun apabila keluar sperma karena bermimpi, maka tidak membatalkan puasa.
• Muntah dengan sengaja


Wallahu a’lam bi shawab
(Editor: A.Kuspriyanto, dari berbagai sumber)

Minggu, 25 Juli 2010

Obat Rindu

Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Ke-enam)

CINTA, sekali lagi sebuah kata yang terdiri dari lima huruf yang tidak pernah kering dari resah-gelisah serta haru-biru kerinduan dari anak manusia. Kendatipun berulang-ulang didendangkan lagunya:

Sekian lama aku menunggu, untuk kedatanganmu
Bukankah engkau telah berjanji kita jumpa disini
Datanglah, kedatanganmu kutunggu
Tlah lama, telah lama kumenunggu

Derita hidup yang kualami
Duhai pahit sekali
Pada siapa aku berbagi kalau bukan padamu
Datanglah, kedatanganmu kutunggu
Telah lama, telah lama kumenunggu

Ungkapan kerinduan yang sangat mendalam, juga dituangkan dalam baitnya Imam Syafii, misalnya suatu ketika beliau datang menjenguk rekannya yang sedang sakit, beliau sangat mengasihinya. Nama rekannya itu Muhammad bin Abdul Hakim al-Masri. Beliau berkata:

Di kala kekasih kesayanganku sakit kumerawatnya
Aku sakit karena bimbang kepadanya
Datang kekasih merawatku
Sakitku sembuh karena dapat menatap wajahnya.

Memang kerinduan adalah manifestasi perasaan mendalam, yang bisa terjadi kepada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Pada waktu itu, bahkan ada seorang lelaki yang menemui Imam Syafii menanyakan hal tersebut. Lelaki itu memberikan secarik kertas yang bertulis: Tanyalah Mufti Mekah; Apakah kasih dan rindu itu berdosa? Kemudian Imam Syafi-I pun menulis jawabannya :

Bahwa taqwa kepada Allah akan hilang
Di kala berdampingn dengan hati yang luka

Seorang lelaki yang lain menyampaikan kepada Imam Syafi-I sehelai kertas yang bertulis:

Tanya kepada mufti Mekah dari keturunan suku Hasyim
Seorang telah jatuh cinta apakah obatnya?


Imam Syafii menulis jawaban di bawah bait itu:

Diobati hatinya kemudian dirahasiakan cintanya
Kemudian hendaklah ia bersabar dan khusu’

Tetapi nampaknya, rindu dan cinta tak selalu bisa terobati. Beliau mengungkapkan dalam bait syairnya:

Antara kecelakaan kehidupan ialah kamu mencintai
Seorang yang yang tidak mencintaimu
Ia melarikan diri darimu
Tetapi kamu selalu mengunjunginya

Kerinduan yang tak terobati pun dialami oleh Hamid seorang pemuda sholeh dalam kisah roman-nya Hamka “Di Bawah Lindungan Ka’bah”.

Hamid menjadi anak yatim sejak berumur 4 tahun. Sepeninggal ayahnya, Ibu Hamid berjualan kue dan Hamid yang membantu ibunya menjajakan kue. H.Jafar yang hartawan dan dermawan memungut Hamid untuk disekolahkan bersama-sama putrinya yang berumur 2 tahun lebih muda dari Hamid, namanya Zainab. Begitulah Hamid dan Zainab selalu bersama seperti “abang dan adik”. Setelah tamat dan berijazah Mulo, Zainab tinggal di rumah, masuk pingitan, sedangkan Hamid bersekolah agama di Padang Panjang. Nampaknya perpisahan ini membuat Hamid kesepian, karena diam-diam antara Hamid dan Zainab itu bersemi benih cinta di hatinya.

Malang tak dapat ditolak, H. Jafar meninggal dunia. Maka dengan adanya peristiwa kematian ini membawa perubahan besar pada Hamid. Ia jarang mendatangi Zainab “Sang Kekasih” dan ibunya. Sebelum ibu Hamid meninggal dunia, ia berwasiat agar Hamid melupakan cintanya kepada Zainab, karena antara dia tidak sepadan kedudukannya dalam masyarakat. Mak Asiah, Ibu Zainab minta kepada Hamid untuk membujuk Zainab agar mau kawin dengan kemenakan Almarhum H. Ja’far, dengan maksud agar terjalin keutuhan kekeluargaaan. Betapa remuk-redam dan berat hati Hamid menyampaikan permintaan ibu angkatnya untuk membujuk Zainab “kekasihnya” agar mau kawin dengan orang lain.

Kendatipun berat tugas itu pun dilaksanakannya, namun ternyata Zainab tak berkeinginan untuk kawin dahulu. Sesudah peristiwa itu, Hamid meninggalkan sepucuk surat kepada Zainab, bahwa dia kan pergi dengan tujuan tak menentu. Singkat cerita, dalam perantauannya sampailah ia ke Tanah Suci Mekkah. Di sana bertemulah ia dengan temannya yang bernama Saleh, kawan sekolah di Padang Panjang dahulu. Ratna, isteri Saleh adalah kawan akrab Zainab. Ratna mengirimkan surat kepada suaminya di Mekkah, yang antara lain menceritakan bahwa Zainab jatuh sakit sepeninggal Hamid. Dan dalam surat itu pula diceritakan bahwa Zainab selalu merindukan dan menunggu kedatangan Hamid. Zainab pun berkirim surat kepada Hamid, yang menyatakan bila Hamid tidak segera datang, ia akan meninggal dunia. Karena surat Zainab tadi, Hamid jatuh sakit. Demamnya makin keras, pada waktu ia wukuf di padang Arafah. Dalam keadaan gawat, datang telegram dari istri Saleh, bahwa Zainab meninggal dunia. Mendengar kabar itu, Hamid yang sedang ditandu melaksanakan tawaf mengelilingi Ka’bah, ia menitikkan air matanya. Tepat berthawaf mengelilingi Ka’bah ketujuh kalinya ia pun meninggal di bawah Ka’bah dengan senyuman, tanda rela dan sempurna kerinduannya.

Begitulah haru-biru perjalanan cinta dan dalamnya kerinduan Hamid dan Zainab. Betapa hancur hati seorang kekasih yang harus menasihati kekasihnya sendiri agar mau menikah dengan orang lain. Padahal kekasih adalah belahan hatinya. Bagaimana mungkin orang sampai hati menyerahkan belahan hatinya kepada orang lain. Kendatipun Hamid tak tersampaikan cintanya, tetapi ia bahagia karena kekasihnya setia mencintainya hingga akhir hayat. Yang lebih membahagiakan karena ada yang lebih ia cintai di atas segalanya, dan Allah telah mengobati kerinduannya dengan senyum bahagia di bawah Lindungan Ka’bah

Dan apabila ternyata rindu dan resah-gelisah itu pun belum juga terobati, sahabat Ibnu Mas’ud menyarankan “bawalah hatimu untuk mengunjungi tiga tempat, yaitu ketempat orang yang membaca Al Qur’an, engkau baca Al-Qur’an atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya. Atau engkau pergi ke majlis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah SWT. Atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, disana engkau ber-khalwat beribadah kepada Allah SWT, umpamanya di tengah malam buta di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan salat malam, meminta dan memohon kepada Allah SWT ketenangan jiwa, ketentraman fikiran dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobat dengan cara ini , engkau minta kepada Allah agar diber-Nya hati yang lain, sebab hati yang kamu pakai itu bukan lagi hatimu.”.

Wallahu a’lam bi shawab

(A.Kuspriyanto, dari berbagai sumber)

Jumat, 23 Juli 2010

Niat Puasa Ramadhan

Perhatikan Niat Puasa “Jangan Sampai Lupa”

Allah SWT berfirman: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5)

Niat menurut istilah bahasa artinya bertujuan, sedangkan menurut syariat yaitu menghendaki sesuatu yang dibarengi dengan perbuatan. Adapun tempat niat ada di hati (anniyyatu qashdu syai-in muqtarinan bi fi’lihi wa mahalluha al qalbu). Oleh karena itu, Secara jujur mungkin kita sendiri yang sebenarnya memahami tentang apa yang kita niatkan.

Sahabat Umar r.a telah menceritakan , bahwa Nabi Saw. telah bersabda: ”Sesungguhnya semua amal perbuatan hanya bergantung kepada niatnya masing-masing, dan setiap orang hanya memperoleh apa yang diniatkan.” (Riwayat Khamsah) Imam Shafi’i berkaitan dengan hadist di atas, menyatakan bahwa di dalam hadist tersebut terkandung separuh ilmu (agama). Karena sesungguhnya amal perbuatan dalam agama itu ada dua yaitu amal batin dan amal lahiriah. Amal batin adalah niat yang merupakan pekerjaan hati.”

Syekh Mansyur Ali Nashif, menjelaskan bahwa Sahnya semua amal perbuatan yang dikerjakan oleh orang-orang mukallaf (baik amal perbuatan yang menyangkut ucapan atau pekerjaan, baik yang fardhu maupun yang sunnah) hanyalah dengan niat, yakni apabila disertai dengan niat. Menurut beliau hal demikian merupakan batasan (hashr) yang bersifat mayoritas (aktsari) bukannya keseluruhan (kulli), karena sesungguhnya ada amal ibadah yang sah sekalipun tanpa niat, seperti membaca Al-Qur’an dan adzan, sebagaimana sah pula meninggalkan hal yang diharamkan tanpa memakai niat sebelumnya sekalipun pahala bergantung kepadanya. Semua ungkapan tersebut menunjukkan wajib berniat dalam semua amal perbuatan.

Ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan berkaitan dengan niat puasa ramadhan, yang antara lain:

  1. Niat termasuk rukun puasa; (yakni pertama; niat dan kedua, meninggalkan segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar di waktu subuh sampai terbenam matahari di waktu maghrib) artinya niat merupakan sesuatu yang harus dikerjakan, bila ditinggalkan maka ibadahnya tidak sah.
  2. Berniat sebelum munculnya fajar shadiq.”Siapa yang tidak membulatkan niat puasa sebelum terbit fajar, maka tidak ada puasa baginya (tidak sah puasanya).” (Hadist shahih, riwayat Abu Daud, al Tirmidzi dan al Nasa’I)
  3. Niat cukup di dalam hati tanpa harus mengucapkan, tapi disunatkan mengucapkan.
  4. Niat ini wajib dilakukan tiap hari dengan alasan bahwa puasa tiap harinya adalah ibadah yang terpisah, manakala puasanys batal pada hari pertama bukan berarti puasanya hari kedua juga batal; (tapi menurut Imam Malik, menjama’ niat puasa diperbolehkan, untuk mengantisipasi terhadap kelalaian tidak adanya niat yang mungkin dilakukan seseorang pada salah satu hari pada bulan Ramadhan), yakni dengan melakukan niat puasa satu bulan penuh di hari pertama pada bulan Ramadhan.
  5. Untuk puasa fardlu seperti puasa ramadhan dan puasa nadzar disyaratkan tabyit , yaitu meletakkan niat di malam hari antara matahari terbenam hingga terbit fajar, sekalipun itu puasa anak mumayyiz (bisa membedakan yang baik dan yang buruk);
  6. Dalam niat disyaratkan pula ta’yin (menentukan) puasa fardlu mana yang diniatkan (harus menyebutkan “ramadhan”)
  7. Niat yang telah mencukupi, sekurang-kurangnya “saya niat berpuasa Ramadhan –nawaitu shauma ghodan min romadhana”, dan akan lebih sempurna “nawaitu shaumaghadin ‘an adaa-i fardhi syahri ramadhani hadihissanati, setelah itu disunatkan -iimanan wahtisaaban lillahi Ta’ala – saya berniat puasa besok hari sebagai memenuhi kefardhuan bulan Ramadhan tahun ini iman dan ikhlas karena Allah Ta’ala.”

Demikian tadi sekilas tentang niat dalam puasa ramadhan yang hendaknya kita perhatikan, semoga tidak lupa berniat karena tergesa-gesa makan sahur.
Wallahu a’lam

(Editor : A.Kuspriyanto, Sumber : Fathul mu’in, materi pengajian rutin Malam Sabtu Wage Masjid Baiturrosyidin , dan sumber lain)

Selasa, 20 Juli 2010

Tahajjud Meningkatkan Kesehatan

Syaratnya harus ikhlas, khusuk dan istiqomah

APABILA selama ini kita berparadigma bahwa keikhlasan menjalankan ibadah hanyalah persoalan kita dan Allah saja yang tahu, dan mustahil secara ilmiah dapat dibuktikan. Ternyata berdasarkan penelitian Dr. Sholeh dalam bukunya Tahajjud Manfaat Praktis Ditinjau Dari Ilmu Kedokteran, dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa salat tahajjud yang dijalankan dengan tepat, kontinu, khusuk dan ikhlas dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positip yang dapat mengurangi reaksi stress.

Dalam penelitiannya , nampaknya beliau mencoba untuk memecahkan masalah pengaruh shalat Tahajjud terhadap peningkatan respons ketahanan tubuh imunologik , yakni system dalam tubuh yang berupa jaringan organ dan sel yang fungsinya melindungi tubuh terhadap masuknya infection, bacteri, virus, parasitdan atau benda yang dianggap asing (non self) oleh tubuh.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi eksperimental dengan model Pre Post Test Control Group Design, tanpa menggunakan randomisasi. Pencapaian tingkat homogenitas penelitian dengan memilih sample di Pontren Hidayatulah Surabaya, yang telah memiliki program shalat Tahajjud. Pelaksanaan shalat tahajjud dilakukan setiap malam dengan 13 rakaat, dalam kurun waktu 8 minggu. Setiap bakda subuh dan bakda maghrib diberikan ceramah agama selama 15 menit dengan tema sufistis.

Secara umum, penelitian ini memang berkaitan dengan dua hal. Pertama, adanya pemahaman dikotomi di kalangan sekelompok orang yang mempertentangkan masalah agama pada satu sisi dan ilmu pengetahuan di sisi yang lain. Kebenaran agama dipandang sebagai suatu yang mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Meskipun diakui tidak semua ajaran agama dapat dibuktikan secara ilmiah. Kedua, beragamnya hasil yang diperoleh oleh dua kelompok orang yang telah menjalankan shalat tahajjud. Sekelompok orang dapat memperoleh manfaat kesehatan , sedangkan kelompok yang lain justru mengalami penurunan kesehatan setelah menjalankan shalat tahajjud.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola respons ketahanan tubuh imunologik ditandai dari besaran kortisol, yang antara lain digunakan sebagai tolok ukur ikhlas tidaknya seseorang dalam menjalankan shalat tahajjud. Niat yang ikhlas dalam menjalankan shalat tahajjud akan mendatangkan rasa senang, optimis, dan persepsi positif. Sedangkan reaksi emosional positif dapat terhindar dari stress (menurunkan sekresi hormon kortisol) . Sebaliknya niat yang tidak ikhlas akan menimbulkan kekecewaan, kecemasan, persepsi negative dan rasa tertekan dan rentan terhadap stress (meningkatkan sekresi hormon kortisol).

Demikian tadi sekilas informasi tentang hasil peneltian Dr. Sholeh yang mudah-mudahan dapat membantu kita untuk lebih memantapkan keyakinan/spirit dalam menjalankan ibadah. Apabila kita menjalankan ibadah sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt dan Rasul-Nya (atl. Shalat Tahajjud), secara benar, khusuk, ikhlas serta istiqomah, tentu tidak hanya manfaat kesehatan yang kita dapat, melainkan Allah SWT akan memberikan keberkahan lain yang lebih banyak.

Imam Turmudzi meriwayatkan dari Abu umamah, dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda: ”Kalian harus mengerjakan salat malam sebab itu kebiasaan orang-orang saleh sebelummu, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga sebagai penebus dosa dan kejelekanmu, serta dapat menangkal penyakit dari badan (HR.Turmudzi)

Wallahu a’lam bi ash-shawab
(A.Kuspriyanto)

Minggu, 18 Juli 2010

Ucapan Selamat Jelang Ramadhan 1431 H

Selamat Songsong Ramadhan 1431 H

Ya Allah, perjalanan waktu telah berlalu
Ingin kurengkuh keberkahan dan ampunan-Mu
Kujelang hari esok yang lebih baik
Siapkah diri dan hati ini menggapainya
Dari pernik-pernik godaan yang tak akan surut

Pandang ke depan mata ini tak berkedip
Dengan sebuah bara semangat
Merajut harapan hakiki masa depan
Membuang kegundahan harap
Hanya kepasrahan hati yang tulus
Terpancar dari cahaya-Mu abadi
Sinari iman hamba-Mu yang dhaif
Mencoba sucikan hati
Kuatkan raga dengan amal yang berarti
Menyongsong harimu yang mulia,
Di bulan Ramadhan ini

Kami Mengucapkan:

Selamat Jelang Ramadhan 1431 H, mohon maaf segala salah dan khilaf teriring do’a

“ Allohumma bariklana fi rajab wa sya’ban wa balighna Ramadhana (wa hashshil maqaashidanaa); Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan 1431 H dan tunaikanlah keinginan kami”

Pada kesempatan yang berbahagia ini pula, melalui media ini,
mewakili segenap
Takmir Masjid Baiturrosyidin Depkes Kota Magelang, beserta Segenap Pengurus Lembaga Sosial dan Pendidikan Ar-ROSYIDIN dan para Ustadz -Ustadzah Madin Ar-Rosyidin mengucapkan selamat jelang Ramadhan dan mohon maaf segala khilaf dan salah kami semua.

Hormat kami,
A.Kuspriyanto (http://cahayamu-abadi.blogspot.com/)

Kamis, 15 Juli 2010

Welcome Romadhan 1431 H

Marhaban Ya Ramadhan 1431 H

PUASA Ramadhan sebentar lagi akan kita jalani. Sebagai orang yang beriman kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan agar kita menjadi orang yang bertaqwa. Dalam QS. Al-Baqarah (2): 183 Allah berfirman:”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”.

Gegap-gempita penyambutan Ramadhan terdengar di seantero dunia. Mulai dari budaya “padusan rame-rame”, (maksudnya mandi besar membersihkan badan agar bersih dan suci) baik di rumah maupun di Pemandian, bersih-bersih tempat ibadah, sampai acara penyambutan kolosal yang melibatkan kolaborasi berbagai elemen masyarakat dan budaya. Pendek kata, setiap elemen masyarakat muslim dengan berbagai profesi dan berbagai tingkatan mencoba menjadi bagian dari kebahagiaan bulan Ramadhan.

Kendatipun demikian, penyambutan kedatangan bulan Ramadhan ini tentu beragam bila ditinjau dari aspek ibadah, setidaknya menurut penulis ada beberapa kategori/ golongan.

Pertama, bulan Ramadhan disikapi sebagai suatu rutinitas (accepted as routine).
Kelompok ini , menyikapi kedatangan bulan ramadhan hanya sebagai suatu rutinitas. Kegiatan-kegiatan rutin ini biasanya ditandai dengan respon yang biasa saja, seperti bulan-bulan selain ramadhan, “bahasa Jawa: adem-ayem, sami mawon mboten wonten peningkatan ibadah”

Kedua, disikapi dengan rasa berat hati (recived with a sense of reluctance)
Kelompok kedua ini, hampir sama dengan kelompok pertama, akan tetapi dalam pelaksanaannya sering tidak ikhlas. Katanya: ”Sepertinya baru saja bulan Ramadhan, kok cepat sekali sekarang bulan Ramadhan lagi”, belum lagi sebentar lagi lebaran, harga-harga pada naik . Listrik naik , semua naik. Sementara penghasilan pas-pasan, nggak ada surplus-nya.” dsb.

Ketiga, disikapi dengan rasa senang atau gembira (accepted with pleasure or joy)
Kelompok ini, kelompok yang paling happy, karena diberikan kesempatan oleh Allah Swt untuk bertemu lagi dengan bulan yang bulan yang penuh barokah, rahmah dan maghfirah. Bulan yang agung yang penuh pahala. Bulan yang agung dimana amalan-amalan shalih pada bulan itu dilipatgandakan pahalanya, dosa dan kesalahan akan terampuni bagi siapa saja yang menjalankan puasa dengan iman dan ikhlas semata-mata mengharapkan ridha dari Allah ‘Azza wa Jalla. Maka mereka pun dengan suka cita menyambutnya, Marhaban ya Ramadhan. Welcome Ramadhan, I really mis you. Kata Mbah Surip “I love you full.”
Konon markaban terambil dari kata Rahb yang berarti “luas” atau “lapang”, maksudnya menggambarkan suatu penyambutan selamat datang yang ditujukan kepada tamu dan diterima dengan dada lapang, penuh suka-cita, serta dipersiapkan tamu tersebut suatu ruangan yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkan ala prasmanan. Sehingga Marhaban Ya Ramadhan berarti selamat datang ramadhan, mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan tidak menganggap kehadirannya ‘mengusik’ suasana nyaman kita.

Dahulu Rasulullah SAW, ketika datang bulan Ramadhan beliau memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh barakah. Allah menurunkan padanya rahmah, menghapus kesalahan-kesalahan, mengabulkan do’a, dan Allah membanggakan kalian di hadapan para Malaikat-Nya, maka perlihatkanlah kepada Allah kebaikan diri-diri kalian, sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang diharamkan padanya rahmat Allah (Ath-Thabrani)

Dalam salah satu lirik lagunnya Hadad alwi dilantunkan ,

Marhaban Ya Ramadhan Ya syahrul syiam
Selamat datang Ramadhan, bulan penuh ampunan
Selamat datang Ramadhan, bulan penuh ganjaran
Mari kita menyambut dengan hati gembira
Mari kita menyambut dengan hati bahagia

Marhaban Ya Ramadhan Ya syahrul syiam
Marhaban Ya Ramadhan Ya syahrul syiam
Allah jadikanlah Ramadhan bulan penuh berkah
Allah jadikanlah Ramadhan bulan penuh rahmah

Sekali lagi, marilah kita sambut Bulan Ramadhan 1431 H dengan suka cita, semata-mata mencari keridhaan Allah SWT.

Wallahu a'lam
A. Kuspriyanto

Senin, 12 Juli 2010

Empat Golongan Pengguna Harta

Dunia Untuk Empat Golongan Umat Manusia

DARI sekian banyak karunia Allah SWT yang diberikan kepada kita adalah harta benda dan ilmu. Dua hal ini merupakan faktor dominan yang sangat menentukan dalam upaya mencapai kehidupan yang shalih, bahagia di dunia dan akhirat. Kendatipun demikian tergantung kepada kita apakah kita dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya segala yang telah diberikan Allah SWT kepada kita tersebut, sehingga dalam pelaksanaan penggunaan harta akan ditemukan berbagai golongan manusia. Rasulullah Saw dalam sebuah hadist riwayat At-Tirmidzi yang cukup panjang dari Abi Kabasyah Umar bin Sa’id An Namiry ra, bahwasanya dia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, yang artinya:
“….Bahwa sesungguhnya dunia ini untuk empat golongan ummat manusia:

Pertama, orang yang dikarunia rizki oleh Allah berupa harta benda dan ilmu pengetahuan, digunakan untuk bertaqwa kepada Allah, mempererat tali persaudaraan dan mengetahui akan hak Allah. Inilah golongan yang paling tinggi derajatnya.

Kedua, orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan dan tidak dikaruniai harta benda. Dia mempunyai niat yang benar dan berkata:”Seandainya aku diberi harta benda, tentu saya akan beramal seperti apa yang dilakukan Fulan (yang senang beramal baik). Maka pahala kedua orang ini sama.

Ketiga, orang yang dikarunia harta benda oleh Allah tetapi tidak dikaruniai ilmu pengetahuan. Dia gunakan hartanya itu tanpa disertai (landasan) ilmu; tidak untuk sarana taqwa kepada Allah, tidak untuk mempererat tali persaudaraan, dan dia tidak tahu akan hak-hak Allah di dalamnya. Golongan ini paling rendah derajatnya.

Keempat, orang yang tidak dikarunia harta serta ilmu pengetahuan. Dia berkata,”Seandainya aku dikaruniai harta, tentu akan aku gunakan seperti yang dilakukan si Fulan (yaitu golongan ke tiga). Orang semacam ini akan mendapat balasan sesuai dengan niatnya yang tidak benar. Dan kedua orang ini (golongan ketiga dan keempat) dosanya sama” (HR. At-Tirmidzi)


Keterangan:

Golongan Pertama
Ini termasuk golongan yang beruntung, orang yang dikaruniai kekayaan dan ilmu (kaya dan ‘alim), tahu bagaimana mentasarrufkan hartanya yang antara lain ia gunakan untuk;
  • Mensukseskan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah (pelaksanaan taqwa membutuhkan sarana dan prasarana, naik haji, wakaf dll)
  • Untuk menjalin hubungan harmonis antar sesama manusia (dapat saling membantu dengan sesama : misal kita memberikan sedekah kepada faqir miskin atau amal sosial lainnya). Allah Swt berfirman :

“ … Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)” (QS. Al Baqarah: 272) Tentang tafsir ayat ini, sebagaimana disebutkan dalam tafsir Depag RI, Allah SWT menjelaskan bahwa sedekah itu mendapat faedah timbal balik. Orang yang menerima sedekah itu dapat tertolong dari kesukaran, sedang orang yang memberinya akan mendapat pahala di sisi Allah, dan dihargai pula oleh orang disekitarnya, asal saja ia memberikan sedekah itu dengan cara yang baik-baik, dan ikhlas karena Allah semata. Apa saja harta benda yang baik yang dinafkahkan seseorang dengan ikhlas niscaya Allah akan membalasnya dengan pahala yang cukup dan ia tidak akan dirugikan sedikit pun karena orang-orang yang suka berinfaq dengan ikhlas tentu disayangi dan dihormati oleh masyarakat terutama oleh faqir miskin dan pahalanya tidak akan dikurangi di sisi Allah.

  • Melaksanakan hak-hak Allah (Hak Allah antara lain hak untuk disembah, hak untuk dicintai dan mencintai, hak untuk diikuti perintah-Nya dan dijauhi larangan-Nya, termasuk didalamnya dilaksanakannya perintah zakat dan berjuang di jalan Allah).

Golongan Kedua

Goongan ini, golongan orang yang dikarunia ilmu pengetahuan akan tetapi tidak dikaruniai harta benda. Dengan berbekal ilmu yang dimilikinya, golongan ini tetap sabar. Dia menyadari bahwa harta adalah titipan Allah, dan dia tidak merasa iri sedikitpun terhadap mereka yang dikarunia harta tapi tidak digunakan untuk amal shalih. Dia mempunyai niat yang benar dan berkata:” Seandainya aku diberi harta benda, aku akan beramal seperti apa yang dilakukan Fulan (yang senang beramal baik). Niat semacam ini bagi orang yang alim dan miskin memiliki bobot pahala yang sama dengan golongan pertama tadi.

Golongan Ketiga
Golongan ini, dikarunia harta benda oleh Allah (kaya) tetapi tidak dikaruniai ilmu pengetahuan, dengan kata lain kaya tapi bodoh. Dia gunakan hartanya itu tanpa disertai (landasan) ilmu; tidak untuk sarana taqwa kepada Allah, tidak untuk mempererat tali persaudaraan, dan dia tidak tahu akan hak-hak Allah di dalamnya. Golongan ini paling rendah derajatnya.


Golongan Keempat
Golongan ini, golongan orang yang tidak dikarunia harta serta ilmu pengetahuan, dengan kata lain ‘miskin lagi bodoh’. Dia berkata,”Seandainya aku dikaruniai harta, tentu akan aku gunakan seperti yang dilakukan si Fulan (yaitu golongan ke tiga). Orang semacam ini akan mendapat balasan sesuai dengan niatnya yang tidak bena dan dosanya menurut hadist di atas sama dengan golongan ke tiga tadi (golongan ketiga dan keempat) dosanya sama” (HR. At-Tirmidzi)

Demikian tadi beberapa tipologi golongan pengguna harta , sebagai bahan renungan agar kita dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya segala apa yang telah diberikan Allah SWT kepada kita semua.

Wallahu a’lam bi ash-shawab.

(a.Kuspriyanto, dari berbagai sumber)

Hidup Selalu Tidak Cukup?

Sebuah Nilai Kecukupan

Ibnu Abbas r.a menceritakan sebuah hadist, bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda; “Seandainya anak Adam memiliki dua buah lembah berupa harta benda, niscaya ia masih mencari yang ketiganya, tiada yang dapat memenuhi perut anak adam kecuali tanah, dan Allah akan mengampuni orang yang bertobat (kepada-Nya)” (HR. Syaikhain dan Turmudzi)
Rasulullah Saw juga pernah bersabda:”Seandainya anak Adam diberi sebuah lembah yang penuh dengan emas, niscaya ia masih menginginkan yang kedua. Seandainya dia diberi dua buah lembah, niscaya dia menginginkan yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut anak Adam kecuali tanah, dan Allah mengampuni orang yang bertobat (kepada-Nya). (HR. Syaikhain dan Turmudzi)

KECUKUPAN memang relatif, tergantung pada ukuran atau kriteria apa yang digunakan seseorang dalam menentukan ukuran kecukupan itu. Bisa jadi yang gajinya sudah lumayan ditambah tunjangan profesi atau remunerasi, dihitung total Rp.12.000.000,- per bulan, dirasa masih belum cukup. Atau sebaliknya, buruh bangunan yang mendapatkan bayaran per- minggu Rp.300.000,- dirasa cukup, dari pada yang tidak bayaran. Begitu pula yang lain, sekarang punya mobil satu, ternyata masih kurang juga. Itu kan mobil tua, yang baru juga belum punya, dan seterusnya, tak akan pernah selesai. Maka apa yang diingatkan Rasulullah Saw dalam hadist di atas bahwa hanya tanah yang akan mengakhiri keinginan anak Adam, mengandung ungkapan kinayah,yang menunjukkan mati. Dengan kata lain bahwa anak Adam itu tidak pernah merasa kenyang dari dunia ini sebelum ia mati.

Kalau sekarang ini kita telah tercukupi kebutuhan pokok , rasanya sungguh bahagia dan sepantasnya disyukuri. Rumah yang baik sudah punya, pakaian yang pantas juga sudah punya, makan sehari-hari pun bergizi, apalagi yang membuat hati risau? Rasulullah Saw pernah bersabda:”Tiada hak bagi anak Adam selain dalam beberapa perkara yang berikut, yaitu: Rumah untuk tempat tinggal, pakaian untuk menutupi aurat, dan roti serta air.” (HR Turmudzi Ahmad dan Hakim)

Wallahu a'lam
(A.Kuspriyanto,Mahkota Pokok-Pokok Hadist Rasulullah)

Rabu, 07 Juli 2010

Do'a Terhindar Dari Stroke

Amalan Do’a Agar Terhindar Dari Bala’ (Stroke,dll)

STROKE, begitulah sering kita dengar dan mungkin tidak terlalu asing di telinga kita, nama sebuah penyakit yang cukup populair di Era kini. Memang dimaklumi, lajunya pembangunan pada umumnya, telah mengubah pola struktur masyarakat, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan tersebut tentunya membawa dampak pada pergeseran gaya hidup ala “desa” ke gaya hidup masyarakat perkotaan, termasuk kepada pola makan yang tadinya alami (makan tempe dengan sayur (kuluban), dsb), menjadi gemar makan makanan yang cepat saji (serba cepat - serba praktis, serba goreng). Yang menarik efek lain dari perubahan pola hidup itu, penyakit pun bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif, yakni penyakit cardiovascular dan stroke.

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 500.000 orang yang terkena penyakit stroke, dan sekitar 25 persen-nya meninggal dunia, sedang sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Sehingga saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah jantung dan kanker, bahkan di Indonesia stroke menempati peringkat pertama sebagai penyebab kematian di Rumah Sakit.

Konon, Stroke adalah penyakit otak yang paling destruktif dengan konsekuensi berat. Stroke tidak hanya akan menimbulkan kecacatan yang dapat membebani seumur hidup tapi juga ancaman kematian bagi penderita. Salah satu penyebab stroke adalah kolesterol yang meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah akibat bekuan darah. Kerusakan pembuluh darah di Otak bisa disebabkan karena tersumbat atau karena pecahnya pembuluh darah tersebut.

Oleh karena itu, berbagai usaha untuk sehat kiranya penting untuk dilakukan secara istiqomah. Gaya hidup sehat yang antara lain: berhenti merokok, makan secukupnya dengan memenuhi kebutuhan gizi seimbang, kurangi makanan berlemak tinggi, menjaga berat badan jangan sampai kelebihan berat badan, berhenti minum alcohol dan hidup sederhana, banyak bersyukur, yang tidak kalah penting olah raga teratur 3x seminggu (30-45 menit).

Berikut ini juga ada alternatif lain, yakni amalan do’a , sebagai upaya agar Allah SWT memberikan kesehatan dihindarkan dari penyakit tersebut. Rasulullah Saw bersabda :”Setiap penyakit pasti ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit akan sembuh” (HR. Muslim). Dalam hadist lain disebutkan “Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit melainkan Allah juga menurunkan obatnya” (HR Abu Hurairah).

Inilah do’a yang dibaca :

Bismillaahilladzii laa yadlurru ma’asmihii syai-un fil ardhi walaa fissamaa-I wahuwassamii’ul ‘aliim—dengan menyebut Asma Allah, segala sesuatu (apapun) yang di langit atau bumi, tidak sanggup membuat bahaya (mengancam) Dia, Allah Mendengar dan Mengetahui.” (dibaca 3 kali)

Aban Usman dari ayahnya, Rasul Saw bersabda:
“Orang yang membaca do’a tersebut di atas, sebanyak 3x , di pagi hari pasti tidak akan tertimpa bala’ hingga sore harinya. Dan yang membacanya di sore hari, pasti dipelihara dari musibah (bala) hingga pagi harinya.
Diceritakan Al Faqih Abu Laits Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin, bahwa saat awal penyakit falij (separuh tubuhnya mati, akibat tekanan darah tinggi (istilah sekarang mungkin ‘stroke’), yang menimpa diri Aban, katanya :” Demi Allah saat itu, aku lupa tidak membaca do’a tersebut di atas.”


Demikianlah , hanya sebuah amalan do’a. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan kepada kita, dan menolong kita untuk selalu dapat berdzikir dan bersyukur kepada-Nya.

Wallahu a’lam bi ash-shawab
(A.Kuspriyanto, dari berbagai sumber)

Senin, 05 Juli 2010

Bidadari Penuh Pesona (1)

Karakteristik Bidadari Surga

MENGAGUMKAN kecantikannya bak Bidadari. Begitulah decak kagum kita menyaksikan wanita yang cantik dan mempesona di dunia ini, yang menempatkan kecantikan wanita seperti cantiknya bidadari. Tentu sangat berbeda antara kecantikan wanita di dunia dan Bidadari di Surga. Bahkan mungkin kita tidak membayangkan bagaimana cantiknya bidadari di Surga. Kecantikan yang amat sempurna, bukan hanya cantik fisiknya, melainkan juga mulia sifat-sifatnya.

Kecantikan dan keindahan bentuk tubuh bidadari bagaikan permata. Allah SWT berfirman “Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan.” (QS. Ar-Rahman:58) Sejalan kemajuan industri kaca atau kristal dan batu mulia yang sangat pesat, mungkin kita bisa membayangkan keindahan tubuh bidadari yang hampir mirip dengan yaqut, marjan dan sejenisnya. Sebagaimana sabda rasulullah Saw, “ Seakan-akan mereka adalah permata yakut dan marjan. Permata yakut ialah sejenis batu mulia. Seandainya engkau memasukkan ke dalamnya seutas benang, kemudian engkau sepuh permata itu, niscaya engkau akan dapat melihat benang tersebut di dalamnya.”

Demikian pula kelembutan kulitnya, Allah SWT berfirman: “Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.” (QS. Ash-Shaaffat:49). Konon, orang arab mengenal telur yang tersimpan dengan baik itu adalah telur burung Unta yang terpendam dalam pasir. Warnanya putih dan tidak ada yang melebihi putihnya. Tubuhnya yang transparan bercampur warna putih hingga membuat tubuhnya menjadi putih bening, indah dan cantik jelita. Orang Arab memuji wanita yang berkulit putih: “Wanita yang berkulit putih, baik hati dan tidak suka melakukan perbuatan dosa seperti kijang Mekkah yang dilarang untuk diburu. “Aisyah r.a berkata: “Kulit putih adalah setengah dari kecantikan”.

Selain dari beberapa keistimewaan di atas, ada beberapa karakteristik bidadari surga, yang membuat istimewa yang antara lain sebagai berikut:

1. Mereka suci dan disucikan. Allah SWT berfirman:”Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci.” (Q.S. Al-Baqarah: 25). Mereka tidak memiliki sejumlah kotoran atau mengalami proses sekresi seperti halnya wanita dunia, misalnya haidh, nifas, buang air kecil atau besar, ludah, dahak, berkeringat, serta buang angin (kentut) baik yang berbunyi maupun tidak. Jabir r.a menceritakan sebuah hadist: Aku pernah mendengar Nabi Saw bersabda:” Sesungguhnya ahli surga makan dan minum di dalam surga, tetapi mereka tidak pernah meludah, tidak buang air kecil, tidak buang air besar, dan tidak pula berdahak. Mereka bertanya,”Bagaimanakah dengan makanan?” Nabi Saw menjawab,”Hanya melalui sendawa dan keringat yang wanginya seperti minyak kesturi. Mereka diberi ilham untuk bertasbih dan bertahmid sebagaimana kalian diberi ilham untuk bernafas.” (HR Muslim).


2. Diciptakan tanpa melalui proses kelahiran. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan mereka dengan sebenar-benarnya, yakni para bidadari itu diciptakan Allah tanpa melalui proses kelahiran, melainkan dengan kun fayakun.

3. Mereka Selalu Perawan. Abkaaran, selalu dalam keadaan perawan, begitu pula wanita dunia yang yang masuk surga; yakni setiap kali suami mereka menunaikan hubungan suami-istri, maka ia menjumpai mereka selalu dalam keadaan perawan. Allah SWT berfirman :”Inna ansya’naahunna insyaa-a faja-‘alnaahunna abkaaran ‘uruuban atraaban. Li ash-habil yamiin. Yang artinya, “Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, Kami ciptakan mereka untuk golongan kanan.” (QS. Al Waqiah 35-38). Ibnu Wahb meriwayatkan dengan sanadnya dari Daraj, dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya:”Apakah kami akan bersetubuh di dalam surga?” Beliau menjawab:”Ya, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Lalu apabila dia (seseorang) bangkit (selesai menunaiikan hasratnya), bidadari itu kembali suci dan perawan.”

4. Memiliki tubuh yang wangi dan bercahaya. Allah SWT menciptakan makhluk yang bernama bidadari ini selalu harum dan bercahaya. Dalam riwayat Bukhari, Rasulullah Saw bersabda:”Seandainya salah seorang wanita dari kalangan ahli surga menampakkan dirinya ke bumi, niscaya cahayanya akan memenuhi semua yang ada di antara keduanya dan niscaya bau wanginya akan memenuhi semua yang ada di antara keduanya. Sesungguhnya kerudungnya lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Turmudzi)

5. Mereka umurnya sebaya. Atraaban, bentuk jamak dari lafaz firbun yang artinya sebaya. Dalam salah satu hadist disebutkan umur ahli surga sekitar tiga puluh tahun-an. Abu Said r.a menceritakan hadist, bahwa Nabi Saw, pernah bersabda yang artinya,”Barang siapa yang mati dan ia termasuk ahli surga sejak usia kecil atau sudah tua, maka mereka akan dikembalikan menjadi berumur tiga puluh tahun di dalam surga. Umur mereka tidak akan bertambah untuk selamanya di dalam surga, begitu pula keadaan ahli neraka.” (HR. Tirmidzi)

6. Mereka selalu mencintai Suaminya. Urbun bentuk jamak lafaz ‘uruubun, wanita yang mencintai suaminya. Ada yang mengartikan wanita yang memadukan antara kecantikan tubuh dan keelokan dalam sikap yang santun, keindahan hidup bersuami-istri, memancing gairah cinta pada suami dengan sikap yang manja dan tutur kata yang lembut dan ungkapan yang manis serta keindahan perilaku. Disebutkan oleh para ulama tafsir, bahwa mereka adalah wanita-wanita yang menawan, memiliki rasa cinta yang dalam, genit, manja dan penyayang. Ibnu Katsir meriwayatkan sebuah hadist tentang bidadari: “Setiap kali dia (penghuni surga) datang menemui seorang istrinya dari bidadari, istrinya tersebut berkata,” Demi Allah, tidak ada sesuatu pun di dalam surga ini yang lebih bagus selain engkau dan tidak ada sesuatu pun di dalam surga ini yang lebih kucintai selain engkau.” Lalu bidadari itu bernyanyi. Tidak ada seorang wanita pun di dunia ini yang dapat menandingi keahliannya dalam bernyanyi. Rasulullah Saw bersabda:”Sesungguhnya di dalam surga ada tempat berkumpul bagi kaum bidadari. Mereka menyaringkan suara yang keindahannya tidak pernah didengar oleh makhluk manapun. Mereka berkata:”Kami abadi, maka kami tidak akan pernah binasa, kami menyenangkan maka kami tidak akan pernah membosankan. Kami selalu senang, maka kami tidak akan pernah marah. Maka beruntunglah orang yang menjadi milik kami dan kami menjadi miliknya.”

Segala puji hanya bagi Allah SWT. Sesungguhnya diantara kenikmatan surga yang dijanjikan Allah bagi para hamba-Nya yang beriman, adalah bidadari. Allah SWT menciptakan bidadari yang penuh dengan pesona dan mensifati mereka dengan sebaik-baik sifat dan seindah-indah tabiat. Sebagai dorongan motivasi bagi orang yang beriman untuk meraih apa yang dijanjikan Allah, suatu janji yang pasti akan dipenuhi.

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

Wahai yang meminang bidadari jelita dan mencari
Bertemu dengan mereka di dalam surga yang hidup
Seandainya engkau menyadari siapa yang dipinang dan dicari,
Niscaya engkau berkorban segala yang berharga
Atau dirimu mengetahui dimanakah dia bertempat tinggal
Niscaya engkau berusaha meraihnya dengan mata terpejam
Telah diberitahukan tentang jalan tempat tinggalnya dan
Jika engkau ingin sampai maka janganlah terlambat menerjangnya
Bergegaslah dan paculah jalanmu serta berusahalah,
Sungguh usahamu ini suatu saat yang pendek dalam rentangan zaman
Rindukanlah dia, bisikkan jiwamu untuk segera meraihnya
Berikanlah maharnya selama dirimu merasa mampu berjuang
Sempurnakanlah puasamu sebelum bertemu dengannya dan
Hari pertemuanmu bagai hari idhul fitri setelah ramadhan
Dan jadikanlah kecantikannya sebagai motivasi dan berjalanlah
Engkau dapatkan segala ketakutan berubah menjadi aman



Wallahu a’lam bi ash-shawab.
(A.Kuspriyanto, dari berbagai sumber).