Senin, 28 Februari 2011

Berbuat Baik Dengan Cara Yang Baik


Mutiara Hikmah
Bekerja Yang Baik Dengan Cara Yang Baik

Dari Abi Hurairah r.a. telah berkata: “Telah bersabda Rasulullah s.a.w.:”Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang- orang Mu’min (serupa) dengan apa yang telah diperintahkan kepada Rasul-rasul, maka Allah telah berfirman: “Hai Rasul-rasul! Makanlah dari segala sesuatu yang baik, dan bekerjalah kamu dengan pekerjaan yang baik. Dan telah berfirman:”Hai orang-orang yang beriman ! Makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami rezkikan padamu”. Kemudian beliau menceritakan seorang laki-laki yang telah jauh perjalanannya, berambut kusut penuh dengan debu. Dia menadahkan kedua tangannya ke langit dan berkata: ” Wahai Tuhan”, ”Wahai Tuhan”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakainnya haram dan dikenyangkan dengan barang yang haram, maka bagaimana ia akan diterima permintaannya ?" (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

Dikutip dari Hadist AR’BAIN ANNAWAWIYAH

Wallahu a'lam bi shawab

Minggu, 27 Februari 2011

Aku Ingin Nasihatmu(2)


Mutiara Hikmah
Menjadi Umat Yang Terbaik

RASULULLAH SAW menyeru kepada kita agar supaya saling menasihati dalam hal kebaikan. Beliau menekankan betapa pentingnya saling menasihati demi kemaslahatan umat. Bahkan beliau menyeru seorang budak pun agar menasihati majikannya. Padahal hal demikian mengandung suatu resiko tidak mengenakkan hati sang Majikan, artinya relatif sulit dilakukan karena dibatasi dengan status sosial. Oleh karena itu, Allah Swt memberikan pahala yang setimpal bagi budak yang menasihati majikannya. Rasulullah Saw bersabda: “Seorang budak yang menasihati majikannya akan memperoleh dua pahala.” (HR. Bukhari)

Nasihat memang berperan penting bagi kehidupan kita. Sebab dengan nasihat merupakan sarana yang berfungsi menyeru seseorang dalam hal kebaikan kapan saja dan dimana pun manusia berada. Kita berkuajiban untuk saling menyeru kepada sesuatu yang makruf dan mencegah kemungkaran. Dengan usaha ini, maka kita akan menjadi umat terbaik yang tidak merugi di dunia dan akhirat. Allah Swt berfirman :”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah ….” (QS. Ali Imran: 110)

Dengan usaha untuk saling menasihati, berarti kita ambil bagian dalam memperbaiki kondisi umat dan menjadikannya lebih mulia di sisi Allah Swt. Berarti kita menginginkan kebaikan bagi orang yang dinasihati, maupun diri sendiri. Disamping itu, kita juga mendukung sebuah perubahan yang lebih baik. Allah Swt berfirman:”Sesungguhnya, Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri….” (QS. Ar-Ra’d :11)
Untuk menyampaikan nasihat memang tidaklah mudah. Sehingga dibutuhkan pemahaman dan kesabaran kita. Ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan dalam menyampaikan nasihat agar mudah diterima oleh orang lain dengan lapang hati.

Pertama, meyakini kebenaran nasihat yang disampaikan.
Kedua, menanamkan pemahaman bahwa niat kita menasihati orang lain itu ikhlas karena Allah semata.
Ketiga, memberikan nasihat dengan lemah lembut.
Keempat, menyampaikan nasihat secara diam-diam tanpa ditunjukkan kepada orang lain.
Ada suatu kisah, pada suatu hari ada seseorang yang datang menemui Harun ar Rasyid, kemudian ia menasihati Harun ar Rasyid dalam berbagai hal, tapi sayangnya nasihatnya disampaikan dengan perkataan yang kasar. Setelah mendengar nasihatnya, Harun ar Rasyid bertanya:”Wahai saudaraku, apakah kamu lebih baik daripada Nabi Musa?” Orang itu menjawab,”Tidak.” Harun bertanya kembali,”Apakah kamu lebih buruk daripada Fir’aun?” Ia menjawab,”Tidak.” Harun menjawab, “Jika memang keadaanmu seperti itu, kamu tidaklah lebih mulia daripada Nabi Musa, dan aku pun tidak lebih jahat daripada Fir’aun. Tidakkah kamu tahu bahwa Allah Swt. Berfirman kepada Nabi Musa As., “Maka, berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut….” (QS. Thaahaa: 44).

Wallahu a’lam bi shawab.
Posting by: Mas Kus

Sabtu, 26 Februari 2011

Aku Ingin Nasihatmu (1)


Mutiara Hikmah
Kebaikan Sebuah Nasihat

NASIHAT merupakan salah satu bentuk kebaikan yang sangat mulia. Dengan nasihat dapat mengantarkan seseorang mewujudkan pribadi yang bijaksana dan bersahaja serta umat yang senantiasa dirahmati Allah Swt.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita diharapkan agar bisa menerima nasihat yang disampaikan oleh siapa pun dalam berbagai kondisi. Hal ini dianjurkan, sebab pada dasarnya agama adalah nasihat. Suatu hari, para sahabat bertanya kepada Rasulllah Saw, "Wahai Rasul, engkau menyatakan bahwa agama ialah nasihat. Nasihat bagi siapa?" Rasul saw menjawab, "Nasihat bagi Allah, rasul-Nya, Kitab-Nya, dan Umat Islam." (HR Tirmidzi)

Nasihat bagi Allah dapat dilakukan dengan melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya, mengagungkan Allah, mematuhi ketetapan-Nya serta membela Agama Allah.
Sedangkan nasihat bagi Rasul-Nya diwujudkan dengan mencintai, menghormati, dan memuliakannya, meskipun mereka telah meninggal.

Sementara itu, nasihat bagi Kitab Allah dilaksanakan dengan mematuhi perintah dan menghindari larangan-Nya yang termaktub dalam Kitab, serta membaca dan mengamalkan isinya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sedangkan nasihat bagi umat Islam yakni dengan saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran, tidak mendhalimi orang lain, serta membantu satu sama lain. Jika seseorang tidak berkenan dinasihati, maka kita sebaiknya bersabar,dan lapang hati.

Wallahu a'lam bi shawab
Posting by :Mas Kus

Jumat, 25 Februari 2011

Meneladani Akhlak Rasulullah Saw


Mutiara Hikmah
Berakhlaq Karimah Sebagai Tantangan Generasi

ISLAM yang dibawa oleh Rasulullah Saw. mengajarkan kepada manusia berakhlak karimah , berbudi baik, beradab sempurna, sebaliknya tidak mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan perbuatan mungkar yang tidak mempunyai nilai akhlak yang kurang terpuji. Maka pada hakekatnya berakhlaq karimah, akan memberikan kemanfaatan kepada diri mereka sendiri yang meperoleh faedahnya, diantara perangai-perangai yang luhur itu ada yang bermanfaat bagi masyarakat umum, seperti bersedekah ,bermurah tangan ,memberi pertolongan dan lain sebagainya.

Rasulullah Saw. dengan agama yang dibawanya sungguh mengambil misi yang berat, yaitu membenahi kehidupan manusia yang pada saat itu sudah saat menyeleweng. Di mana-mana timbul keonaran ,pemaksaan, pemerasan, penyiksaan dan lain sebagainya. Mereka pada saat itu bukan hanya tidak mau menyembah kepada Allah Yang Esa ,tetapi benar-benar sudah tidak bermoral dalam hidupnya. Mereka suka menganiaya ,enggan hidup bertetangga ,yang kaya berbuat semena-mena terhadap yang miskin ,yang kuat menindas yang lemah. Pendek kata siapa yang kaya menjadi raja dan siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Ditengah-tengah umat manusia yang sudah sedemikian rusaknya, Muhammad di utus oleh Allah untuk meluruskan kehidupan mereka, memperbaiki moral mereka. Beliau bersabda :
yang artinya:”Sesungguhnya aku diutus oleh Allah hanyalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak."(HR Ahmad)”.

Kehadiran islam di tengah-tengah umat manusia adalah untuk meluruskan kehidupan mereka agar berlaku baik pada yang Maha Pencipta, berlaku baik pada sesama manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Pengertian inilah yang kadang kita lupakan, sehingga di sana-sini masih banyak dijumpai orang islam yang hanya aktif melakukan ibadah yang berkaitan langsung dengan Allah, seperti puasa, dzikir dan sejenisnya, tetapi di segi lain mereka mengabaikan ibadah sosial. Rendahnya perhatian dalam mengurusi ibadah sosial ini, mungkin karena sempitnya sudut pandang kita tentang ibadah itu sendiri, ataupun masih belum begitu mengerti keutamaannya. Padahal kita memaklumi bahwa jalan untuk memperoleh pahala yang dapat menghantarkan seseorang untuk masuk surga banyak sekali. Ibadah apapun bentuknya baik yang berkaitan dengan hak Allah maupun yang berkaitan dengan hak adami, semuanya tentu dapat menghasilkan pahala.Asal ibadah tersebut disertai dengan keikhlasan .Allah Swt berfirman:
yang artinya:”Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah;dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah niscahya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisinya pahala yang besar" (An Nisa: 40).

Islam tidak hanya menekankan masalah ukhrawi, tetap juga mengatur masalah duniawi, yang antara lain masalah kemasyarakatan, seperti adab bertetangga, cara bermu’amalah dan sebagainya.

Sebagai contoh yang sederhana dalam bermasyarakat beliau mengajarkan:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir (kiamat), hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah menghormati tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau hendaknya diam.” (HR Muslim)

”Barangsiapa memudahkan kesulitan saudaranya, niscaya Allah akan memudahkan jalannya ke Sorga.” (HR Muslim)

Pendek kata tidak ada satu masalah di dunia ini yang tidak tercantum di dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, sebenarnya jalan itu telah disediakan bagi siapa saja yang ingin meraih hidup di dunia dan akhirat,hendaknya ia mengikuti jejak Rasulullah Saw, karena pada diri beliau terdapat suri tauladan yang baik.

Keteladanan beliau tentu tidak hanya terhadap umatnya, bahkan secara jujur komunitas diluar Islam pun mengakuinya. Sebut saja, apa yang ditulis Michael H Hart. Dia seorang guru besar Astronomi AS , ia juga seorang Pakar (Sarjana Fisika, Astronomi, Hukum dan juga pengarang ) telah melejitkan namanya karena menulis 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah , diterbitkan tahun 1978, dan telah diterjemahkan dalam sejumlah bahasa. Menurut Michael H Hart secara jujur mengakui dan menempatkan Muhammad Saw adalah orang yang paling berpengaruh di antara seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia, ini artinya dia antara milyaran penduduk dunia, karena ia dianggap sebagai satu-satunya manusia yang berhasil secara luar biasa baik dalam kegiatan keagamaan maupun pemerintahan. Nabi Muhammad Saw menempati urutan pertama setelah Isaac Newton, Yesus, Siddharta Gautama, Kong Hu Cu dan yang lainnya.
Nabi Muhammad Saw yang berasal dari keluarga yang sederhana, berhasil menegakkan dan menyebarkan salah satu agama terbesar di dunia,yakni Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan berhasil tampil sebagai seorang pemimpin yang tangguh, tulen dan efektif. Kendatipun kini telah hampir 14 Abad yang lalu sesudah wafatnya beliau, pengaruhnya masih tetap kuat ,mendalam serta berakar.


Menurut Drs. H. Hasyim Afandi, dalam salah satu ceramahnya menyampaikan bahwa setidaknya ada beberapa sudut pandang yang menghantarkan Nabi Besar Muhammad SAW mencapai sukses yang antara lain ditopang beberapa hal :
a.Faktor pribadinya:
Kepribadian yang diberikan kepada para Nabi: Sidik (jujur), Amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan Fathonah (cerdas).
contoh utuh ajarannya
himpunan sifat-sifat mulianya
visioner (fore casting)
kemampuan memilih metode : (Al hujjatul balighah, pijakan dalil sampai ke sasaran), Al Adabus saamiyah: sopan santun yang tinggi); As siyasatul hakimah
b.Faktor ajaran beliau
Mudah, sederhana
Prinsif keseimbangan
Sesuai fitrah
(ingin selamat, hidup bermakna, pertahankan eksistensinya : agama, jiwanya, hartanya,akalnya dan keterunannya)
Sesuai akal sehat
c.Faktor situasinya

Maka, jejak keberhasilan Rasulullah Saw, sudah seharusnya kita ikuti dan kita teladani dalam kehidupan kita sehari-hari.

Maka nampaknya berakhlaq baik akan menjadi dambaan semua orang, lebih-lebih pada saat terjadi degradasi moral.
Rasulullah Saw bersabda:”Akhlaq yang baik dapat menghapus kesalahan, bagaikan air yang menghancurkan tanah yang keras. Dan akhlak yang jahat dapat merusak amal, seperti halnya cuka merusak manisnya madu. (HR. Baihaqi)

Wallahu a'lam bi shawab
posting by: Mas Kus

Kamis, 24 Februari 2011

Belajar Untuk Mencintai


Mutiara Hikmah
Mengajarkan Cinta Kepada Anak
Posting by: Mas Kus

Rasulullah Saw bersabda:"Ajarkanlah kepada anak-anakmu tiga masalah; mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya, dan membaca Al-Qur'an" (Riwayat Thabrani)

Pendidikan budi pekerti nampaknya sekarang merupakan hal sangat mendesak yang harus mendapatkan perhatian orangtua. Termasuk bagaimana mengajarkan rasa cinta kepada Rasul adalah sebuah tahap terpenting setelah mengetahui mencintai Allah Swt. Membaca kisah Rasul misalnya, merupakan cara yang positip terhadap perkembangan jiwa anak-anak, agar mereka tahu betapa Nabi Muhammad Saw ini mencintai dan menghormati kakek dan pamannya, karena beliau telah ditinggalkan ayahnya sejak dalam kandungan dan ditinggalkan ibunya sejak berumur enam tahun. Dari sini anak-anak dapat membayangkan betapa Rasul akan lebih mencintai orang-tuanya sendiri.

Mencintai Ahli bait (keluarga) Rasulullah Saw, berkaitan erat dengan mencintai Rasulullah sendiri, karena ahli bait beliau adalah krabat yang ada hubungannya nasab dengan beliau, sehingga mencintai ahli bait merupakan manisfestasi mencintai beliau sendiri.

Kemudian, jangan dilupakan membiasakan belajar membaca Al-Qur'an sebagai upaya melatih kefasihan lidah, melatih berbahasa, dan yang terpenting adalah belajar mencintai Kitab Suci sejak kecil agar setelah dewasa tidak merasa asing dengan Kitab Sucinya yang menjadi "pedoman Hidup" manusia sampai akhir zaman.

Wallahu a'lam bi shawab.

Jangan Berputus Asa


Mutiara Hikmah
Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah
Posting by : Mas Kus


SEBAGAI manusia ada kalanya dalam mengarungi kehidupan ini, tidak selalu dapat menunaikan tugasnya dengan baik bahkan tidak sedikit pula yang tersesat dari jalan yang telah digariskan. Berbagai faktor penyebab yang antara lain; lingkungan, dorongan hawa nafsu, dsb. Hal demikian akan membawa manusia ke tingkat yang paling rendah, dimana ia tidak dapat menunaikan misi mulia dan tujuan hidupnya secara ideal.

Kondisi yang labil yang biasanya sering didominasi atas kepentingan pribadinya yang acapkali tidak menghiraukan kepentingan umum. Maka pada saat dunia sunyi dari nilai-nilai moral yang tinggi dimana penghuninya sudah kehilangan tujuan hidup yang ideal,maka kehidupan manusia akan menjadi tempat pergulatan dan pergolakan yang tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang. Karena itulah Agama mengajak orang agar berpegang teguh kepada hak dan kebenaran, sehingga ia tidak tersesat dari jalan yang benar dan berpaling dari tujuan hidup yang utama.

Allah Swt berfirman :”Maka berpegang teguhlah kamu, kepada Agama yang benar yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar adalah kemuliaan besar bagimu dan kaummu dan kelak kamu akan di mintai pertanggung jawaban.” ( Azzukhruf:44)

Manusia makhluk Tuhan yang lemah yang tidak kebal terhadap kealpaan dan kelalaian, tidak bebas dari kekeliruan dan kesalahan yang dihadapkan kepada dua kekuatan yang masing-masing hendak menariknya ke fihaknya; kekuatan yang baik dan kekuatan yang jahat,manusia, beda dengan malaikat yang memang disucikan oleh Allah dan dilindunginya dari perbuatan dosa dan maksiat, diturunkan ke bumi oleh Allah untuk menghadapi rupa-rupa gangguan dan cobaan.
Maka Allah swt. yang Maha Rahman dan Rahim, tidak menutup kemungkinan hamba- Nya, manusia yang lemah itu melakukan kesalahan, penyelewengan dan pelanggaran dengan memberinya kesempatan, disaat ia tergelincir dan tersandung untuk memperbaiki kesalahannya mengobati penyakit-penyakitnya, kemudian memperbaharuinya langkahnya di jalan yang lurus menurut hati nuranidan fitrahnya.
Rasulullah SAW bersabda: ” Tiap anak Adam adalah pembuat kesalahan, dan sebaik-sebaik orang-orang yang membuat kesalahan ialah mereka yang segera bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Rasulullah Saw bersabda :” Sesungguhnya Allah membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubatnya orang-orang yang berbuat kesalahan di waktu siang, dan membuka tangan-Nya diwaktu siang untuk menerima taubatnya orang-orang yang melakukan pelanggaran diwaktu malam hingga kelak terbit matahari dari arah baratnya(kiamat).” (HR.Muslim dan Nasa’i)

Dan Allah SWT. yang mengetahui kelemahan manusia sesuai dengan kodratnya, tidaklah dibebani dengan kewajiban-kewajiban yang berat yang melampaui kekuatan fisik maupun mentalnya. Hanya ia diperintahkan agar kembali kepada Allah jika ia sekali-kali tergelincir dalam dosa dan perbuatan maksiat.
Allah SWT berfirman:”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al Baqoroh:286)

Wallahu a'lam bi shawab

Senin, 21 Februari 2011

Kearifan Sang Guru


Mutiara Kisah
Menguji Kearifan Sang Guru

DALAM sebuah kisah Kearifan Rumi, diceritakan bahwa Mu’inuddin, seorang murid pernah mengundang Maulana ke suatu pertemuan mistis, di mana tokoh-tokoh penting di kota itu juga diundang untuk menghormatinya. Setelah acara mendengarkan khutbah selesai, makanan disajikan dan hidangan istimewa yang berisi makanan yang sangat lezat, diletakkan di depan Maulana. Mu’inuddin telah menempatkan di dalam hidangan itu di sebuah pundi yang penuh berisi mata uang emas, dan ia menyembunyikannya dengan rapi di balik nasi di atas piring. Ini dilakukan untuk menguji apakah Maulana dapat mengetahuinya tanpa menyentuh makanan itu. Sebagai tipu daya,tuan rumah mendesak agar makanan itu diambil tanpa sungkan-sungkan, dan ia menambahkan bahwa makanan itu dibeli dengan uang halal.

Tetapi Maulana duduk saja tanpa menyentuh makanan tersebut , dan kemudian dia berkata bahwa makanan yang baik mestinya tidak dicemari oleh benda lain seperti mata uang emas. Dia telah menemukan tipu daya itu,jelas melalui kekuatan batinnya. Selanjutnya dia membaca syair pertama dari sebuah nyanyian panjang: Hatiku memendam cinta bukan kepada benda yang paling manis, Atau apa pun yang berkilau dan bersinar! Maka,sesungguhnya; Bagiku tidak ada artinya pundi emas Di dalam mangkuk yang berisi benda mati ini. Kemudian tuan rumah memohon ampun kepada Maulana, dan menyentuh kaki sang Guru sebagai penghormatan dan ungkapan rasa malu,karena dia telah menguji sang guru.

Wallahu a’lam bi shawab.

Budaya Malu

Mutiara Hikmah
Jika Engkau Tidak Malu…

“An abii mas’uudinn ‘uqbatabni ‘amrin wal anshooriyyil badri r.a Qaala , qaala Rasuulullah Saw Inna mimma adraakanassu min kalaaminnubuwwatil uula idzaa lam tastahi fashna’ maa syi’ta “

Dari Abi Mas’ud ‘Ukhbah bin Amr Al-Anshari Al Badri r.a. telah berkata : Telah bersabda Rasulullah Saw: “Sesungguhnya dari apa yang telah didapat oleh manusia dari kata-kata kenabian yang pertama ialah: “Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari, dikutip dari Hadist Aba’in Annawawiyyah)

Wallahua’lam bi shawab

Makan Dari Hasil Usaha Sendiri


Mutiara Hikmah
Mengambil Pelajaran Dari Burung

Rasulullah Saw. Pernah bersabda:”Tidak ada sama sekali cara yang lebih baik bagi seorang yang memakan makanan selain dari pada memakan hasil karya tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud As. (merupakan contoh orang yang) makan dari hasil jerih payahnya sendiri.” (HR. Bukhari).

TERSEBUTLAH sebuah kisah, Pada zaman dahulu, hiduplah seorang yang terkenal kesalihannya, ia bernama al-Balkhi. Dia mempunyai sahabat karib yang bernama Abu Iskak atau Ibrahim Adham yang terkenal amat zuhud.
Pada suatu hari, al-Balkhi hendak berangkat ke negeri orang untuk berdagang. Sebelum berangkat, tak lupa dia berpamitan dahulu dengan sahabat karibnya. Namun belum berapa lama al-Balkhi meninggalkan tempatnya , tiba-tiba ia telah datang kembali. Sahabatnya itu menjadi heran, mengapa ia pulang begitu cepat dari yang direncanakan. Padahal, negeri yang dituju masih sangat jauh letaknya. Ibrahim bin Adham yang saat itu berada di Masjid langsung bertanya:”Wahai Sababatku, mengapa engkau begitu cepat pulang?”

“Dalam perjalanan aku melihat suatu kejadian yang aneh, sehingga aku pun memutuskan untuk segera membatalkan perjalanan .” Jawab al-Balkhi.
Kemudian al-Balkhi melanjutnya ceritanya,”Ketika aku sedang beristirahat di sebuah bangunan yang telah rusak, aku melihat dan memperhatikan seekor burung yang pincang dan buta. Aku pun kemudian bertanya-tanya dalam hati, ‘Bagaimana burung ini bisa bertahan hidup, padahal dia berada di tempat yang jauh dari teman-temannya?’
“Tidak lama kemudian, ada seorang burung lain yang dengan susah payah menghampirinya dengan membawa makanan untuknya. Seharian penuh aku terus memperhatikan gerak-gerik burung itu. Ternyata, ia tak pernah kekurangan makanan, karena ia berulang kali diberi makanan oleh temannya yang sehat.”

“Lantas apa hubungannya dengan kepulanganmu?” Tanya Ibrahim bin Adham yang belum jelas maksud kepulangan sahabat karibnya itu dengan segera.
“Maka aku mempunyai kesimpulan,” seraya bergumam, “bahwa Sang Pemberi Rizki telah memberikan reziki yang cukup kepada seekor burung yang pincang lagi buta dan jauh dari teman-temannya ini. Kalau begitu, Tuhan Maha Pemberi , tentu akan pula mencukupi rezekiku sekalipun aku tidak bekerja. Oleh karena itu, aku pun akhirnya memutuskan untuk segera pulang saat itu juga.”

Mendengar penuturan sahabatnya itu, Ibrahim bin Adham berkata,”Wahai al-Balkhi, sahabat karibku, mengapa engkau memiliki pemikiran yang serendah itu? Mengapa engkau rela menyamakan derajatmu sejajar dengan seekor burung yang pincang lagi buta itu? Mengapa kamu mengikhlaskan dirimu sendiri untuk hidup atas belas kasihan dan bantuan orang lain? Mengapa kamu tidak berpikiran sehat untuk mencoba berperilaku seperti burung yang satunya lagi, yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dan kebutuhan sahabatnya yang memang tidak mampu bekerja? Apakah kamu tidak tahu bahwa tangan di atas lebih mulia dari pada tangan di bawah?”

Al-Balkhi pun kemudian menyadari akan kekhilafannya. Ia baru sadar bahwa dirinya salah dalam mengambil pelajaran dari kedua burung tersebut. Saat itu juga, ia pun kemudian bangkit dan mohon diri kepada Ibrahim bin Adham seraya berkata,”Wahai Abu Ishak, ternyata engkaulah guru kami yang baik.” Lalu berangkatlah ia melanjutkan usaha dagangnya yang tertunda itu.

Wallahu A'lam bi shawab.
Posting by:Mas Kus

Ingat Bila Kau Selalu ...

Mutiara Hikmah Sayyidina ‘Ali Karromallahu Wajhah
Ingat Bila Kau Selalu Ma'siat

Sayyidina ‘Ali Karromallahu Wajhah pernah mengatakan :
”Yabna aadama, idzaa ro-aita rabbaka subhaanahu, yutaabi’ ’alaika ni-’amamahu wa anta ta’shiihi fahdzarhu.”

yang artinya" Hai anak Adam, ingat dan waspadalah bila Kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu, sementara kau terus menerus mengerjakan maksiat terhadap-Nya.”

(Dikutip dari Kalam Hikmah Sayyidina Ali)

Sabtu, 19 Februari 2011

Jadilah Engkau Orang Yang...

Mutiara Hikmah
Akan Dilindungi Allah

Dalam sebuah Hadist Qudsi yang cukup panjang,yang diriwayatkan oleh Ibnu Najjar dari Anas r.a, Allah Swt berfirman pada Musa a.s: ”..., WAHAI MUSA! Jadilah engkau gudang kekayaan bagi fakir miskin, benteng pelindung bagi orang yang lemah, hujan nikmat bagi yang meminta perlindungan. Niscaya Aku akan menjadi teman dan kawanmu yang akrab dalam kesulitan, menjadi teman penghiburmu ketika engkau kesepian dan akan menjaga dan melindungimu siang dan malam.”

Wallahu A'lam bi Shawab

Jumat, 18 Februari 2011

Jangan Seperti Mereka


Mutiara Hikmah
Alangkah Indahnya Jika Hidup Rukun

DALAM sebuah kisah hikmah yang ditulis oleh Rumi, pernah dikisahkan bahwa Syaikh Badruddin, sang seniman besar meriwayatkan bahwa, suatu hari dia dan Kepala Sekolah itu, Sirajuddin sedang berjalan bersama Maulana, ketika Maulana berkata kepada mereka bahwa dia benar-benar ingin berjalan sendirian, karena dia lelah menyambut salam dan ungkapan rasa hormat yang diberikan kepadanya oleh orang-orang kemanapun ia pergi, dan ia ingin sendirian.

Maka dia pun berjalan sendiri sebentar, hingga dia melihat sekumpulan anjing di lingkungan berpasir di dalam kota. Dan Kepala Sekolah itu mendekati Maulana untuk menunjukkan betapa damai dan puasnya anjing-anjing itu saat mereka berbaring dan beristirahat di bawah cahaya matahari. ”Lihatlah anjing-anjing ini. Betapa rukun dan akrabnya mereka terhadap satu sama lainnya; sedangkan kita manusia?”

Maulana berpikir sebentar dan kemudian berkata,”Sesungguhnya memang demikian,yaitu bahwa anjing-anjing ini berbaring dan beristirahat dengan damai sekarang. Tetapi cobalah lemparkan sebatang tulang ke tengah mereka, dan kemudian lihatlah keributan yang merusak kerukunan yang kau bicarakan itu. ”Begitu halnya dengan manusia,” lanjut Maulana,”di kalangan manusia, selama tidak ada sifat egois diantara dua orang dan keinginan mencapai harta duniawi tidak mengganggu mereka, maka mereka bisa menjadi sahabat yang paling baik. Tetapi jika kerakusan akan harta dunia ada di antara mereka, maka perhatikanlah bagaimana kedamaian itu akan rusak dan pertikaian pun timbul, lebih buruk daripada pertikaian di antara kawanan anjing.” Hanya mereka yang tidak begitu mementingkan materi yang bisa hilang, dan tidak berkeinginan memiliki apa” yang pasti akan mati dan musnah” sajalah yang bisa menjalani kehidupan yang damai dan tenang.

Wallahu a'lam bi shawab

Kamis, 17 Februari 2011

Hanya Memohon Kepada-Nya


Mutiara Hikmah
Bertawakkal Kepada Allah

Allah berfirman dalam Hadist Qudsi :
Allah telah memberikan wahyu kepada Daud:”Demi keagungan-Ku setiap hamba yang menggantungkan diri kepada-Ku,tanpa bergantung kepada makhluq-Ku (yang Ku-ketahui dari niatnya) dan ditipu oleh siapapun yang ada di langit dan di bumi, pasti aku beri jalan keluar baginya dari tipu muslihat itu. Dan setiap hamba yang menggantungkan diri kepada makhluq , tanpa bergantung kepada-Ku (yang Ku-ketahui dari niatnya) Aku putuskan sumber rizkinya dari langit, dan Aku tetapkan kehancurannya. Dan setiap hamba yang ta’at kepada-ku,pasti Aku mengarunia-nya sebeelum meminta kepada-Ku, dan mengabulkannya sebelum berdo’a kepada-Ku,serta mengampuninya sebelumminta ampunan kepada-Ku.” (HRQ Tamam, Ibnu ’Asakir dan Dailami dari Abdurrachman bin Ka’ab bin Malik yang bersumber daribapaknya).

Berdasarkan Hadist Qudsi tersebut, Allah mengingatkan bahwa :
Pertama, setiap hamba Allah yang berlindung hanya kepada-Nya semata, dalam setiap gerak langkahnya hanya meminta pertolongan kepada-Nya, tanpa mempersekutukan-Nya dengan suatu makhuk -pun, maka Allah akan menolongnya serta mengokohkan imannya. Hal ini diketahui Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu dari niat dan cita-citanya.
Demikian pula, seandainya seluruh penghuni langit dan bumi bersatu menipu mereka (orang-orang yang bergantung kepada Allah), pasti mereka akan lemah dan tidak berdaya melaksanakannya, bagaimanapun mereka berusaha dan menghalanginya, namun Allah pasti menunjukkan jalan keluar dan menyelamatkan dari tipu daya dan rintangan-rintangan mereka.

Ayat Allah menguatkan hadist tersebut, Allah Swt berfirman:”Barangsiapa yang taqwa kepada Allah pasti dibuatkan baginya jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. At- Thalaq 2-3)

Kedua, setiap orang yang berpaling dari Allah, lalu berlindung kepada makhluq yang dianggap dapat memberikan manfaat atau madlarat, akan dilaknat oleh Allah Swt, dan dijauhkan dari rahmat-Nya. Allah Maha Mengetahui niat hamba-hamba-Nya dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Oleh karena itu , akan diputuskan pintu-pintu rizkinya dari langit dan diharamkan segala macam alat-alat keselamatan baginya. Allah Maha kaya dan tidak memerlukan bantuan manusia. Orang yang sering bersandar kepada manusia, segala sesuatunya akan diserahkan kepada manusia itu sendiri. Kepada orang-orang seperti itu, Allah akan menghukumnya dengan jalan menimpakan rasa gelisah dan gundah gulana serta muncul berbagai hal hal yang menyebabkan kegagalan dan kekecewaan, timbul rasa tidak tenang dalam diri, ragu terhadap kekuatan sendiri atau rasa goyah dalam pendirian , hingga ia lemah dan jauh dari taufiq dan hidayah Allah Swt.

Ketiga, bagi orang yang menghadap dan taqwa kepada Allah, taat dan menjaga disiplin-Nya, Allah akan bersikap murah dengan melimpahkan nikmat dan memperkenankan cita-cita dan harapannya. Walaupun lidahnya tidak pernah bergerak untuk memohon dan meminta agar tercapai cita-citanya, Allah Swt akan mengabulkan permintaannya sebelum berdo’a kepada-nya. Lebih dari itu Allah Swt akan mengampuni kesalahan dan kekeliruannya sebelum ia memohon ampun. Semua itu menggambarkan yang melukiskan cepatnya balasan Allah Swt terhadap hamba-hamba-Nya yang taqwa dan ta’at. Selain itu, kita juga agar bertawakkal (berserah diri) yang sebenar-benarnya.

Wallahu a'lam bi shawab
Posting by : Mas Kus

Rabu, 16 Februari 2011

Ziarah Ke Gunung Tidar


Catatan Perjalanan Ziarah Ke Syekh Subakir dan Kyai Sepanjang
Posting by : Mas Kus

Pagi itu suasana cerah. Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi, tanggal 12 Rabiul Awwal 1432 H. Kebetulan hari itu bertepatan hari libur nasional, sehingga lumayan bisa santai jalan-jalan melepas kepenatan kerja. Kami telah bertolak dari rumah , berjalan menyusuri jalan di sepanjang Jalan Ahmad Yani menuju ke Jalan Ikhlas Kota Magelang. Kurang lebih sekitar satu setengah jam kemudian (perjalanan kaki) , kami telah sampai di bekas Terminal lama Kota Magelang atau lokasi di bawah pegunungan Tidar.

Inilah perjalanan kami dalam rangka jelajah Ziarah Ke Petilasan Syekh Subakir dan Kyai Sepanjang di Pegunungan Tidar . Namun sebelum berziarah ke gunung Tidar , terlebih dulu mencari tempat kuliner untuk sekedar mengisi ’energi’ agar tidak pingsan dalam perjalanan selanjutnya. Tengok sana –tengok sini akhirnya mampir ke Warung Makan penjual makanan kuliner yang cukup dikenal di Kota magelang, yaitu Sop Senerek yang lokasinya berada di bekas Terminal Lama Kota Magelang. Kendatipun masih pagi, sudah banyak para pembeli yang mau sarapan pagi. Harga cukup murah-meriah, kami berdua makan 2 porsi sop dan minum , cukup merogoh kocek Rp. 17.000,- . Akhirnya perut sudah terisi, saatnya melanjutkan perjalanan ziarah.

Sebelum melanjutkan perjalanan mendaki ke pegunungan Tidar, kami mampir di sebuah Mushola yang berada di sebelah warung makan yang kami singgahi untuk sejenak berwudlu. Kemudian melanjutkan perjalanan melakukan pendakian naik ke pegunungan Tidar.

Gunung Tidar, merupakan tempat yang cukup dikenal di Kota Magelang. Kendatipun demikian, tentu tidak semua penduduk Magelang pernah mengunjungi pegunungan Tidar hingga di puncaknya. Mungkin ada kesan sebuah gunung belantara yang angker yang dipenuhi dengan hewan buas dan aneka satwa lainnya. Sebenarnya, Gunung Tidar adalah sebuah bukit kecil yang berada di sebelah selatan Kota Magelang, yang berada kurang lebih 500-600 di atas permukaan laut. Secara umum memang gunung Tidar masih alami, banyak tanaman Pinus, Salak dan tanamam buah-buahan tahunan lainnya hasil Penghijauan tahun 1960-an, sehingga menjadikan gunung Tidar tampak rimbun, tapi cukup bersih dan tidak terkesan angker seperti yang dibayangkan sebagian orang.

Sedangkan asal - muasal nama Tidar sendiri banyak versinya. Ada yang mengatakan Tidar berasal dari kata ”Mati opo modar’ , mungkin karena kisah ke-angkerannya, di ibaratkan ”Jalmo Moro Jalmo Mati’, setiap orang yang datang ke gunung Tidar harus berhadapan dengan kemungkinan ”berani datang berarti siap mati atau Modar.”

Kami mulai melakukan pendakian menuju puncak gunung Tidar melalui pintu masuk, yang berada di kampung Magersari Kota Magelang. Jalan pendakian menuju ke atas Gunung Tidar bertrap-trap yang telah dipermanen dengan lebar pijakan rata-rata sekitar 30 cm. Jumlah trap untuk mendaki ke atas jumlahnya ratusan . Perlu diingat agar berhati-hati karena pijakan relatif sempit sedang tanjakan agak tajam. Setelah berjalan mendaki sekitar 30 menit , sampailah kami pada persinggahan pertama, tempat petilasan Syekh Subakir.

Syekh Subakir
Konon Syekh Subakir, merupakan Ulama dari Timur Tengah, bersama – sama dengan Wali Songo menyebarkan Agama Islam di Tanah Jawa. Menurut kisah yang berkembang di masyarakat, bahwa beliau memiliki kemampuan linuwih dalam hal ’menumbali daerah yang angker dihuni makhluk halus’. Dan ternyata memang Syekh Subakirlah yang berhasil menaklukkan Jin dan makhuk halus yang bersemayam di Gunung Tidar. Konon, menurut kepercayaan sebagian masyarakat, dahulu Gunung Tidar hanya dihuni dan dikuasai oleh para Jin dan Setan. Melalui laku spiritual beliau dan sebuah tombak yang bernama ’Kyai Sepanjang’ yang beliau bawa dari negerinya, ia tancapkan tepat di puncak Gunung Tidar sebagai sarana penolak bala. Dan memang benar, konon tombak tersebut mengeluarkan hawa panas yang membuat para Jin dan dedemit di gunung tidar lari tunggang langgang karena ’sumuk-kepanasan’. Akhirnya mereka berlarian mencari tempat hunian baru, tanpa harus direlokasi. Sebagian besar menempati kapling baru di kawasan Gunung Merapi, yang belum lama menyemburkan berjuta-juta meter kubik lahar dingin, dengan berbagai cerita misteri batu dan pasirnya. Sedangkan sebagian yang lain menempati hunian ’asri’ di kawasan Alas Roban dan dikawasan Gunung Srandil.

Makam Kyai Sepanjang
Makam Kyai Sepanjang ini dapat kita jumpai, pada tempat Persinggahan kedua , kurang lebih beberapa puluh meter setelah makam Syekh Subakir. Makam yang terlihat masih belum lama direnovasi ini , bila diamati sekilas mengisyaratkan bukan tempat makam, melainkan sebuah ruang pertemuan. Namun kalau dicermati lebih dekat, akan tampak sebuah makam yang panjang seperti kita saksikan pada makam Raja-Raja dahulu. Panjang Makam Kyai Sepanjang mencapai 7 meter. Menurut cerita sebagaian masyarakat, diceritakan bahwa sebenarnya Kyai Sepanjang itu,murid Syekh Subakir. Karena pernah melakukan kesalahan dan sulit untuk disadarkan, seperti layaknya besi bengkok yang sulit untuk diluruskan, maka Kyai Sepanjang kena tulah dari Syekh Subakir hingga berubah bentuk menjadi Tombak, yang dikenal dengan Tombak Kyai Sepanjang.

Situs Paku Tanah Jawa
Dari tempat persinggahan kedua, kami melanjutkan perjalanan menuju ke persinggahan ke tiga. Hanya dengan mendaki puluhan trap, kemudian berjalan melalui sebuah lapangan yang cukup lebar. Nah dilapangan ini,kami menyaksikan sebuah Tugu sekitar 10 meteran tingginya. Tugu yang memiliki simbol huruf Sa (dibaca seperti pada kata Solok) dalam tulisan Jawa yang mengisyaratkan pesan moral ’Sopo Salah seleh, barang siapa yang berbuat salah pasti akan ketahuan.” Dalam ajaran agama kita diingatkan ” Barang siapa yang berbuat baik sekecil apapun pasti akan mendapat balasan, demikian sebaliknya barang siapa yang berbuat kejahatan, walaupun sekecil apapun kejahatan itu , pasti akan mendapat balasannya pula.” Dan Tugu ini ,konon dipercaya sebagian masyarakat sebagai Pakunya Tanah Jawa, sehingga tanah jawa tetap tenang dan aman.

Makam Kyai Semar
Setelah melewati lapangan yang cukup lebar tadi, akhirnya sampai di makam Kyai Semar atau Sang pamomong Tanah Jawa.
Kami sendiri kurang begitu paham keberadaan dan sejarah makam Kyai Semar. Konon Kyai Semar ini bukan Tokoh Legendaris di Dunia Pewayangan ,tapi merupakan Tokoh central Jin yang pernah berjaya di Gunung Tidar Tempo doeloe. Entahlah, mana yang benar , yang pasti kami menyaksikan di puncak Pegunungan Tidar terdapat sebuah makam yang belum lama dipugar yang berbentuk kerucut dicat dengan warna kuning. Pada dasar kerucutnya dihiasi dengan tulisan Jawa hanacaraka dan dipuncaknya disunduk janur kuning. Konon Makam yang berbentuk kerucut dikenal ’Tumpeng Jejeg sejati” yang berarti orang hidup itu harus berlaku lurus (istiqomah di jalan yang benar yang diridhai Allah Swt), serta agar senantiasa bersyukur kepada yang memberi hidup ini.

Sejenak kami tertegun menyaksikan Situs-situs di Puncak Gunung ini, kami teringat dalam salah Firman Allah SWT, ketika Allah memberikan wahyu kepada Daud:”Demi keagungan-Ku setiap hamba yang menggantungkan diri kepada-Ku,tanpa bergantung kepada makhluq-Ku (yang Ku-ketahui dari niatnya) dan ditipu oleh siapapun yang ada di langit dan di bumi, pasti aku beri jalan keluar baginya dari tipu muslihat itu. Dan setiap hamba yang menggantungkan diri kepada makhluq , tanpa bergantung kepada-Ku (yang Ku-ketahui dari niatnya) Aku putuskan sumber rizkinya dari langit, dan Aku tetapkan kehancurannya. Dan setiap hamba yang ta’at kepada-ku,pasti Aku mengaruniai-nya sebelum meminta kepada-Ku, dan mengabulkannya sebelum berdo’a kepada-Ku, serta mengampuninya sebelum minta ampunan kepada-Ku.” (HRQ Tamam, Ibnu ’Asakir dan Dailami dari Abdurrachman bin Ka’ab bin Malik yang bersumber daribapaknya).

Turun Gunung
Setelah mengamati dan mondar-mandir kesana-kemari, akhirnya capek juga. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk turun gunung. Dalam perjalanan turun gunung, kami berpapasan dengan para duafa, yang siap menerima ’sedekah’, jumlahnya sekitar 10-15 orang. Maka apabila Anda berkesempatan mengunjungi Pegunungan Tidar, sebaiknya sisihkan uang receh atau sebagian rizki untuk mereka. Tentu mereka akan senang dan mereka spontan akan mendo’akan Anda, ”Mugi-mugi diparingi slamet lan berkah” .

Demikian tadi, sekilas catatan perjalanan kami mengunjungi Gunung Tidar, ziarah napak tilas – Jejak Para Kekasih Allah dan Para Pejuang.

Wallahu a'lam bi shawab

Selasa, 15 Februari 2011

Tujuh Perkara...

Mutiara Hikmah

Bergegas Beramal Sebelum Datang 7 Hal

Rasulullah Saw pernah bersabda:” Bergegaslah beramal sebelum datangnya tujuh hal, yaitu kemiskinan yang membuatmu melupakan allah, kekayaan yang menjadikanmu sombong, sakit yang menghancurkan dirimu, masa tua yang pikun, kematian yang membinasakan, Dajjal sebagai seburuk-buruknya hal gaib yang ditunggu, dan hari kiamat yang menjadi bencana terdasyat.” (Tirmidzi : 2306)

Wallahu a'lam bi shawab.

Minggu, 13 Februari 2011

Ketegaran Iman dan Cinta Masyithah


Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Kesebelas)

SEDEMIKIAN kejam dan dasyat penderitaan itu ia jalani dan saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Kendatipun demikian, kehidupan dunia tidak mampu menggoyahkan keteguhan dan cintanya meraih keridhaan Sang Pencipta. Dialah Masyithah, wanita terhormat lagi mulia. Seorang wanita mulia yang teguh dalam pendirian. Ia persembahkan jiwa dan raganya untuk sebuah keyakinan dan cinta abadi yang bersemayam dalam hatinya, sehingga melahirkan pengorbanan yang sempurna. Ia mengalami beragam kedzaliman dan penyiksaan diluar batas kemanusiaan.

Kehormatan dan kemuliaannya bukanlah karena Jabatan yang disandang. Ia hanyalah seorang pelayan Raja. Akan tetapi sebagai seorang bunda, yang mencintai anak-anaknya dengan cinta fitrah ibu yang tulus. Ia berjuang menghidupi anak-anaknya dengan tanganya, ia berjuang, bekerja dan rela letih untuk membahagiakan anak-naknya di dunia dan akhirat. Sampai akhirnya pada suatu waktu , apa yang ia perjuangkan harus direnggut oleh Fir’aun Sang Dhalim.


Disamping sebagai seorang bunda yang baik, Masyithah juga sebagai seorang perempuan yang teguh dalam membela agama. Ia mengakui kebenaran Islam yang disampaikan oleh nabi Musa bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt. Padahal saat itu, Fir’aun mengaku sebagai satu-satunya Tuhan. Alasan inilah yang menjadikannya menyembunyikan keimanan kepada Alah.

Masyithah bertugas menyisir rambut putri Fir’aun. Pada suatu hari, ketika ia sedang menyisir rambut putrid Fir’aun,ia menjatuhkan sisir yang terjatuh serasa berucap, “Bismillah.” Mendengar ucapan Masyithah, putri Fir’aun bertanya, “Mengapa kamu mengakui Tuhan selain Bapakku?” Masyithah menjawab,”Sesungguhnya , Tuhanku, Tuhanmu, Tuhan bapakmu, dan Tuhan semua makhluk adalah Allah Swt.”

Putri Fir’aun segera menemui bapaknya untuk menceritakan hal ini. Akhirnya Fir’aun meminta Masyithah datang ke hadapannya. Ia bertanya kepada Masyithah,”Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku?” Masyithah menjawab,”Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”

Fir’aun merasa geram melihat tingkah Masyithah yang mengakui Allah sebagai Tuhannya. Ia ingin menguji keimanan Masyithah dengan menyiksa keluarganya, yaitu keempat anaknya. Fir’aun hendak memasukkan keempat anaknya ke dalam sebuah wadah yang terbuat dari tembaga berlubang yang dibakar dengan api. Ketika anak pertama akan dilemparkan ke dalam wadah terserbut, Fir’aun bertanya kepada Masyithah,”Apakah kamu mengakui Tuhan selain aku?” Masyithah menjawab,”Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” Kemudian Fir’aun melemparkan anak kedua, ketiga dan keempat ke dalam wadah itu. Bisa dibayangkan, anaknya yang terkecil direnggut dari belaian tangannya. Si sulung diambil paksa. Demikian satu demi satu anaknya ia saksikan menjerit kesakitan terpanggang dalam tungku panas membara.

Hati bunda mana yang tidak hancur dan tersayat sedalam-dalamnya menyaksikan anak-naknya disiksa di depan matanya sendiri. Meskipun demikian, ia tetap tegar dan tidak akan berubah pengakuannya terhadap Tuhannya, Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Akhirnya ia pun dilemparkan ke dalam wadah yang dibakar dengan api.

Keteguhan hati Masyithah dalam membela agama Islam mendapatkan balasan surga dari Allah. Berkaitan dengan hal tersebut, Rasulullah Saw. Bersabda ,”Ketika aku dalam perjalanan Mi’raj kelangit,akumencium bau yang sangat harum. Aku bertanya kepada Jibril,’Bau wangi ini berasal darimana?’ Jibril menjawab,’Sesungguhnya, bau wangi itu berasal dari bau Masyithah,orang yang bertugas menyisir rambut putri Fir’aun,beserta anak-anaknya.” (HR Ibnu Majah: 4030).

Begitu besar iman Masyithah diuji. Mungkin bila dibandingkan dengan kesulitan yang kita alami sangat jauh bedanya. Memang ujian yang diberikan kepada manusia berbeda-beda kadarnya. Ada yang berat,ada juga yang ringan. Saat menerima ujian yang berat, tidak jarang kita sampai menangis . Tapi tangisan itu mudah-mudahan bukanlah tangisan putus asa, melainkan tangis kesedihan dari seorang hamba Allah karena limpahan rahmat-Nya. Dahulu , Rasululllah Saw juga pernah menangisi kematian Hamzah. Ketika itu,seorang sahabat bertanya kepadanya,”Apakah engkau menangis,Wahai Rasulullah?” Rasul Saw menjawab, ”Tangis ini merupakan suatu rahmat yang dihujamkan ke dalam hati para hamba-Nya.”

Hal yang sering terjadi, bila seseorang ditimpa ujian dari Allah, maka ada dua kemungkinan. Pertama, kita tetap istiqamah di jalan Allah, dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Kedua, berpaling dari Allah, dan memohon pertolongan kepada manusia atau selain-Nya. Maka Sahabat Abu Bakar mengingatkan:” Barangsiapa menyembah Muhammad,maka Muhammad telah meninggal. Dan barangsiapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah Maha Hidup.”

Wallahu a’lam bi shawab.
Posting by :Mas Kus

Sabtu, 12 Februari 2011

Ingat Waktu Teman...


Mutiara Hikmah
Ditanya lima Perkara

Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Pada hari kiamat, seorang hamba tidak berlalu di hadapan Tuhannya sebelum ditanya tentang lima perkara. Pertama, 'Umurnya dimanfaatkan untuk melakukan apa?' Kedua, 'Waktunya digunakan untuk kemana saja?' Ketiga, 'Ilmunya digunakan untuk apa saja?' Keempat, 'Hartanya diperoleh dari mana?' Kelima, 'Hartanya dibelanjakan dalam hal apa?'" (Tirmidzi:2416)

AGAMA mengajarkan kepada kita pentingnya waktu ini, karena kita tidak mungkin bisa mengulang lagi apapun pada hari,waktu yang sama. Maka hendaknya waktu yang ada dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sehingga kita tidak menyesal di kemudian hari.Waktu yang digunakan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Swt,sebagaimana nafas yang dihembuskan setiap saat. Ibnu al-Qayyim berkata,"Setiap nafas yang dihembuskan dan keringat yang menetes, yang tidak digunakan dalam hal ketaatan kepada Allah niscaya,pada hari kiamat akan mengalami kerugian.

Terkait dengan pemanfaatan waktu, Hasan al Basri mengingatkan:"Wahai anak Adam, ketika matahari terbit, jadikanlah hari itu sebagai hari baru, yang akan menjadi saksi atas segala perbuatanmu. Oleh karena itu, gunakanlah hari tersebut sebaik mungkin, dan kumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat sebanyak-banyaknya. Sesungguhnya, jika hari itu telah pergi,ia tidak akan kembali hingga hari kiamat."

Wallahu a'lam bi shawab

Jumat, 11 Februari 2011

Melepaskan Kesusahan Saudara Muslim

Mutiara Hikmah

Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi saw telah berkata: "Barangsiapa yang melepaskan dari orang mukmin satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia, pasti Allah akan melepaskan dari padanya satu kesusahan dari kesusahan di hari qiamat. Dan barangsiapa yang menolong yang sedang menderita kesukaran (kerepotan), pasti Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi malu (aib) orang muslim, pasti Allah akan menutup malunya di dunia dan akhirat. Dan Allah tetap bersedia menolong hamba-Nya selama hamba itu suka menolong saudaranya. Dan barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, pasti Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga. Dan apabila berkumpul suatu kaum di suatu rumah dari rumah-rumah Allah (Masjid) , dengan membaca Kitab Allah dan mempelajarinya sesama mereka,maka niscaya turun atas mereka ketentraman, dan mereka diliputi dengan rahmat dan dikelilingi oleh Malaikat. Dan Allah menyebut mereka dalam golongan yang ada pada-Nya (para Malaikat yang menghadap pada-Nya), dan barangsiapa yang lambat amalannya, maka tidak akan dipercepatkan mengangkat derajatnya."

(HR. Muslim, dikutip dari Arba'in Annawawiyyah)

Wallahu a'lam bi shawab

Rabu, 09 Februari 2011

3 Perkara Lebih Agung


Mutiara Hikmah
Tiga Perkara Lebih Agung di Akhir Zaman

Rasulullah Saw pernah bersabda: ”Saya’ti ’alaikum zamaanun laa yakuunu fiihi syaiun a-’azza min tsalaatsatin : dirhamin halaalin au akhin yusta’nasu bihii au sunnatin yu’malu bihaa,” yang artinya :” Akan datang satu masa pada kalian, pada masa itu tidak ada yang lebih agung dari pada tiga perkara, yaitu dirham yang halal atau saudara yang dapat dipercayai atau sunnah yang diamalkan.” (HR. Thabrani dan Khudzaifah).

Dalam hadits tadi Rasulullah Saw memberikan isyarat bahwa akan datang suatu masa yang sangat memerlukan perhatian bagi umat Islam. Karena di masa itu tidak ada yang lebih agung dari pada pada tiga perkara, yaitu dirham yang halal atau saudara yang dapat dipercayai atau sunnah yang diamalkan oleh umatnya.

Hal ini menunjukkan betapa kemunduran akhlaq umat Islam di akhir zaman. Pada waktu itu manusia sudah rakus dengan harta hingga tidak mengenal halal dan haram. Yang penting bagaimana mendapatkan hasil yang memuaskan, tidak peduli lagi hal yang dilakukan itu melanggar agama atau melanggar Undang-undang Negara. Harta yang haram sudah sedemikian meratanya , seolah tidak ada yang halal, sampai Rasulullah Saw mengisyaratkan bahwa harta yang halal di akhir zaman lebih agung nilainya dari pada yang lain.

Pada masa itu pula ,banyak terjadi permusuhan sesamanya, bahkan sesama saudara. Dan permusuhan itu sendiri terkadang disebabkan oleh perkara yang semestinya tidak perlu dibesar-besarkan. Karena begitu banyaknya permusuhan itu, sehingga antar saudara tidak dapat lagi dipercaya, saling curiga, saling mengkhianati dan saling menjatuhkan. Oleh karena itu memiliki saudara yang dapat dipercaya adalah suatu nilai yang agung.

Pada masa itu, juga banyak orang yang mengingkari ke hujjahan As Sunnah sebagai dasar hukum setelah Al-Qur’an. Ada kelompok-kelompok tertentu yang yang menamakan ingkarus sunnah, yang dipegang hanyalah Al -Qur’an. Karena itulah Nabi Saw mengingatkan bahwa orang yang tetap mengamalkan As Sunnah adalah yang termulia di akhir zaman.

Na’udzubillahi min dzalik, mudah-mudahan kita tidak mengalami zaman yang demikian.
Wallahu a’lambi shawab.

By : Mas Kus

Selasa, 08 Februari 2011

Rintihan Do'a Zainal Abidin


Mutiara Hikmah
Jangan Sebut-sebut Ayahku...

Zainal Abidin adalah cicit Rasulullah Saw, putra Husain bin Ali bin Abi Tholib, dilahirkan pada hari Jum'at tahun 38 H.
Beliau hidup dalam masa kesuraman dan kesukaran dalam sejarah Islam. Masa yang penuh fitnah, permusuhan dan saling bunuh membunuh. Zainal Abidin mendapat gelar Ibnal Kharatain, artinya putra dua kebaikan. Pemberian nama ini diangkat dari Sabda Nabi Saw: "Ada dua kebaikan untuk Allah terdapat dalam kalangan hamba-hamba-Nya,kebaikan dalam kalangan orang-orang Arab yaitu Quraisy,kedua,kebaikan dalam kalangan bangsa 'Ajam, yaitu Persia". Pada diri Zainal Abidin mengalir dua darah tersebut, yakni dari ayahnya bangsa Quraisy dan dari Ibunya Sulafah putra raja Persia. Beliau juga mendapat gelar Assajad, maksudnya orang yang banyak sekali sujudnya.

Zainal Abidin dikenal pula kezuhudan dan ketaatannya dalam menjalankan syariat. Ibnu Ishaq menceritakan bahwa ada segolongan manusia Madinah yang penghidupannya tidak menentu, dan darimana asalnya tidak diketahui. Apalagi makan dan minumnya. Barulah diketahui setelah Zainal Abidin meninggal dunia, bahwa darinyalah mereka mendapat makan secara diam-diam di waktu siang maupun malam. Dia pula yang senantiasa merintih bergantung pada Tirai Ka'bah sambil memanjatkan do'a :

Tuhanku, Junjunganku, Pelindungku
Mata banyak telah tidur,
bintang gemintang telah tenggelam
Tetapi Engkau Maha Raja Yang Hidup dan Jaga

Tuhanku, raja-raja telah menutup pintu-pintunya
dan tirai telah membungkusnya
Tetapi pintu-Mu terbuka buat para peminta
Inilah aku,memohon didepan pintu-Mu
Pendosa yang malang dan sengsara.

Aku menghadap-Mu, menanti kasih-Mu
Wahai Maha Pemurah, Wahai Yang Pengasih
Aku bermohon pada-mu, Yaa Rabbi...

Diceritakan, bahwa beliau mengerjakan shalat dan Thawaf di Masjid Al Haram semalam suntuk, sejak waktu 'Isya' sampai waktu fajar sambil merintih kepada Tuhannya. Waktu Thawus Al Yamani menanyakan: "Putera Rasulullah! Mengapa Anda begitu cemas dan takut? Sesungguhnya orang-orang seperti saya inilah yang seharusnya melakukan seperti yang anda lakukan. Bukankah kami ini orang-orang yang selalu berbuat dosa? Sedang ayahmu adalah Husain bin Ali,Ibumu Fathimah dan Datukmu Muhammad SAW?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Zainal Abidin menjawab:"Tidak.., tidak, wahai Thawus. Jangan sebut sebut ayahku, ibuku, dan Datukku. Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan surga bagi siapa saja yang taat kepada-Nya dan berbuat kebajikan, meskipun ia seorang budak hitam dari negeri Habsyi. Dan ia menciptakan neraka bagi siapapun yang bermaksiat kepada-Nya, meskipun ia seorang Quraisy. Tidakkah kau dengar Firman Allah dalam Al Mukminun: 101 : yang artinya, "Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab diantara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya".

"Demi Allah tidak ada yang dapat memberi manfaat kelak pada hari qiamat,kecuali amal kebajikan yang akan berada di depanmu dan menjadi petunjuk jalanmu."

Wallahu a'lam bi shawab.

Mas Kus, sumber: Thasawwuf dan Jalan Hidup Para Wali)

Perjalanan Tanpa Bekal?

Mutiara Hikmah
Bekal Menempuh Perjalanan Sangat Jauh

PERJALANAN Tanpa Bekal? Sekilas kita berpikir, "Nekad kali,ah..masa ada yang bepergian tanpa bekal." Tapi memang di dunia ini serba mungkin kalau Allah Swt berkehendak. Kendatipun demikian, tentu menimbulkan pertanyaan bagi kebanyakan orang, termasuk bagi Abu Mu'thy. Beliau menanyakan kepada Hatim Al 'Ashom: " Betulkah engkau berjalan tanpa bekal di hutan ini hanya semata-mata bertawakkal?" Jawabnya: "Tidak, aku bepergian jauh pasti berbekal." "Lalu apa bekalnya", tanya Abu Mu'thy. "Ada empat perkara bekalku," jawab Hatim Al 'Ashom.
Pertama, Aku yakin bahwa dunia seisinya adalah milik Allah Swt
Kedua, semua makhluq adalah hamba-Nya;
Ketiga, segala usaha atau bekerja adalah semata hanya faktor penyebab saja, sedangkan rizki ada di tangan Tuhan dan;
Keempat, Aku yakin bahwa ketentuan-Nya pasti berlaku bagi semua makhluq."

Kata Abu Mu'thy:"Itulah bekal yang yang paling baik, karena bekalmu itu sanggup menempuh perjalanan yang sangat jauh (akhirat), maka tiada artinya jika hanya perjalanan di atas bumi (dunia)."

Wallahu a'lam bi shawab. (Dari Mas Kus)

Senin, 07 Februari 2011

Katakan Bila Kau Mencintai-Nya


Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Kesepuluh)
Posting By: A.Kuspriyanto

“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq.” (QS Taubah: 24)

SUATU bukti paling nyata bahwa seseorang mencintai-Nya adalah dengan perilaku yang menegaskan kepatuhan atas semua aturan-Nya dan atas Kitab serta Rasul-Nya. Buah dari proses panjang yang telah diuji dengan pemahaman ilmu, kesungguhan, dan kesabaran atas segala derita hidup. Maka ia akan terus menerus rindu kepada budi pekerti mulia, yang akan mendorong ke arah perbuatan baik atau perbuatan terpuji.
Allah Swt berfirman:” Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah 195)

Syaikh Muhammad Husain Fadhlullah berkaitan dengan ayat di atas mengatakan:”Allah SWT membicarakan tentang cinta-Nya kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Mereka adalah orang-orang yang menghidupkan baik dalam pikiran mereka, yakni mereka berpikir bagaimana caranya agar bisa berbuat kebaikan kepada orang-orang yang tengah mencari jalan keluar dari berbagai kesulitan. Selain itu mereka juga melakukan aksi nyata untuk memperbaiki kehidupan orang banyak, sehingga terjadi perubahan dari lemah menjadi kuat, dari fakir menjadi cukup,dan dari hidup penuh keloyoan menjadi penuh semangat. Dengan demikian mereka bisa mengangkat martabat orang banyak menjadi lebih terhormat dan bisa memberikan banyak kebaikan dalam semua urusan dan bidang kehidupan. Dan mereka mengaitkan apa yang mereka lakukan itu dengan Allah dan dalam upaya bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Nya, sehingga dengan begitu, Allah memandang mereka sebagai insan-insan yang mampu melahirkan kebaikan,baik untuk diri mereka sendiri , orang banyak maupun kehidupan pada umumnya yang didasari atas cinta dan ketaatan-Nya. Kalau sudah begitu, tentu Allah akan segera memberikan Cinta-Nya kepada mereka, sehingga mereka benar-benar merasakan kebahagiaan dan mengenyam kenikmatan serta diangkat-Nyalah mereka ke kedudukan yang dekat dengan-Nya.”

Dalam salah satu Hadist Rasul disebutkan do’a : ’Allahumma innii as-aluka hubbaka wal ’amalladzii yuballighunii hubbaka wa hubba man yuhibbuka, Allahummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsi wa ahli wal maa-il baaridi’ yang artinya ”Ya Allah,sesungguhnya aku memohon cinta-Mu dan memohon amal yang menyampaikan aku pada cinta-Mu serta cinta orang-orang yang mencintai-Mu. Ya Allah jadikanlah pula cintaku kepada-Mu lebih dari cintaku kepada diriku sendiri, keluargaku, dan dari air yang segar (saat sangat dibutuhkan)”

Wallahu a'lam bi shawab

Jumat, 04 Februari 2011

Sampaikan Rinduku


Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Kesembilan)
Posting by: A.Kuspriyanto

Malam telah beranjak , terdengar sayup-sayup dari kampung sebelah , jamaah yang sedang membaca barzanji. Begitu semangat mereka mengekpresikan kecintaan kepada Nabinya. Ya..., hari itu memang bertepatan tanggal 1 Maulid 1432 H, artinya hampir 15 abad yang lalu Junjungan Kita Nabi Muhammad Saw dilahirkan. Nabi akhir zaman, sebagai idola dan panutan kita. Ya Nabi Salam 'alaika,Ya Rasul salam 'alaika, Ya habib salam alaika, Shalawatullah 'alaika."

Begitu setiap kali terdengar Namamu, terbersit kerinduan direlung hati. Alunan nada-nada "kerinduan" Bimbo seakan menambah kesyahduan malam.

Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu ya Rasul
Serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya surga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja

Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu ya Rasul
Serasa dikau disini

Kerinduan barangkali merupakan ekpresi sebuah kecintaan dari lubuk hati yang paling dalam. Cinta mulia anak manusia terhadap Sang Nabi yang dicintainya. Cinta yang menghantarkan untuk meraih kebahagian dan kemuliaan dunia dan akhirat.
Dari ’Aisyah : ada seorang lelaki yang datang kepada Nabi lalu berkata:”Wahai Rasulullah, engkau adalah orang yang aku cintai lebih dari diriku sendiri. Sungguh saat aku di rumah,aku ingat kepadamu, aku tak kuasa menahan kesabaranku hingga ku menghadapmu, dan saat engkau masuk surga berkumpul dengan para Nabi, aku khawatir di sana aku tak dapat melihatmu”. Mendengar itu Rasul tidak melarang hingga turun QS. An Nisa’ : 69 ”Wa man yuthi’illaha warrasuula fa-ulaaika ma’alladziina an’amallahu ’alaihim minannabiyina washsshiddiqiina washuhaadaai washshoolihiina, wa hasuna ulaaika rofiiqaa" yang artinya :"Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh, dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

Adapun indikator bahwa kita rindu atau cinta Rasul, akan nampak pada sikap kita sehari-hari yang antara lain:
1. Banyak menyebut dan bershalawat untuk Rasul.
2. Rindu untuk bertemu Rasul dan orang-orang yang dicintai Rasul
3. Membaca shalawat ketika Nama beliau disebut
4. Mencintai orang yang dicintai Rasul
5. Membenci apa yang Rasul benci
6. Meneladani akhlaq Rasulullah Saw.

Tentu kerinduan atau kecintaan itu tidak hadir dengan sendirinya, berbagai upaya untuk meraih pancaran cinta Rasul senantiasa harus diusahakan yang antara lain dengan:
1. Mempelajari kehidupan Rasulullah Saw (Sirah Nabawiyyah, dsb)
2. Memperbanyak sujud dan ibadah
3. Mencintai anak Yatim
4. Memiliki kepedulian sosial
5. Bermuamalah dengan baik
6. Jihad fisabilillah.

Demikian sekilas kerinduan Padamu Ya Rasul, rindu tiada terperi...limpahkan ya Allah,semulia-mulianya shalawat dan salam, atas junjungan dan Nabi kami Muhammad Saw, yang amat penyantun,amat penyayang.

(Wallahu a'lam bi shawab)

Nasihat Untuk Harun al Rasyid


Allah Maha Kuasa

Dalam sebuah bukunya Al-Hikam Ibnu ‘Athoillah menceritakan bahwa ada seorang yang datang memberi nasihat amar ma’ruf kepada Harun al Rasyid. Tetapi nampaknya beliau kurang berkenan, Harun al Rasyid marah dan berkata kepada para pengawalnya, “Ikat dia pada keledainya yang nakal, biar mati disepaknya.” Perintah itupun dilaksanakan oleh para pengawalnya, tetapi keledai itu ternyata menjadi lunak dan tidak mau menyepaknya. Harun al Rasyid berkata lagi, “Sekarang masukkan saja ke dalam ruangan dan tutup pintunya dengan tembok.” Perintah itu pun dilaksanakan oleh pengawalnya, tapi tiba-tiba orang tadi berada dalam kebun, sementara pintu ruangan tetap tertutup dengan tembok.

Berita kejadian tersebut disampaikan kepada Harun al Rasyid, lalu ia memanggil dan menanyai laki-laki tersebut, “Siapa yang mengeluarkanmu dari ruangan?” Ia menjawab, “Yang memasukkan saya ke dalam kebun.” Al Rasyid bertanya lagi, “Siapa yang memasukkan kamu ke dalam kebun?” Ia menjawab, “Yang mengeluarkan saya dari ruangan.” Maka al-Rasyid berkata,”Naikkan orang ini ke atas kendaraan. Bawa keliling kota sambil diumumkan, “Harun al Rasyid hendak menghinakan seorang hamba yang dimuliakan Allah Swt. Tetapi tidak berhasil menghinakannya.”
Allah SWT berfirman yang artinya:”Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran : 26)

Wallahu a’lam bi shawab.

Kamis, 03 Februari 2011

Sedekah Untuk Keluarga

Mutiara Hikmah

Abu Hurairah r.a berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w.: "Diinaarun anfaqtahu fii sabiilillahi,wa diinaarun anfaqtahu fii raqabatin,wa diinaarun tashaddaqta bihi 'ala miskiin, wa diinaarun anfaqtahu 'ala ahlika, 'a'dhamuhaa ajralladzi anfaqtahu 'ala ahlika".

Yang artinya, " Satu dinar kau dermakan dalam perjuangan fisabilillah, dan satu dinar kau pergunakan memerdekakan budak sahaya, dan satu dinar kau sedekahkan pada orang miskin, dan satu dinar yang kau belanjakan untuk keluargamu, yang terbesar pahalanya ialah yang kau belanjakan untuk keluargamu. (HR.Muslim)

(Riadhus Shalihin)