Jumat, 25 November 2011

Selamat Tahun Baru 1433 H


Selamat Tahun Baru 1433 H
Bahan Muhasabah Diri
Posting by : Mas Kus

ESOK hari kita akan memasuki tahun baru 1433 Hijriah, yang diawali hari-hari pertama di Bulan Muharram. Tentu saja ketika mengingat bulan Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam sistem kalender Islam, pasti tidak bisa dilepaskan dari peristiwa hijrahnya junjungan kita Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah, sekitar 1433 tahun yang lalu. Sebuah peristiwa bersejarah yang patut diperingati dan disemangati sebagai tonggak transformasi spiritual-sebuah perjuangan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik. Maka sejalan apa yang disampaikan Ibnu Katsir, bahwa hijrah merupakan pemisah dua fase, yaitu fase pembangunan aqidah (di Makkah) dan pembangunan pilar-pilar negara serta perlindungannya di Madinah. Hijrah juga merupakan titik tolak terbentuknya Daulah Islamiyah dan pengeluaran manusia dari kegelapan menuju cahaya.

Maka , seiring makna hijrah, yang bukan hanya dimaknai secara makani atau berpindah secara fisik, melainkan juga hijrah secara maknawi yang artinya berpindah dari suatu nilai yang kurang baik menuju nilai yang lebih baik, dari kebatilan menuju kebenaran, dari kekufuran menuju ke-Islaman dsb. Ada yang kiranya patut direnungkan sebagai suatu muhasabah, bahwa sejauh mana kita berupaya dan menyikapi dari sebuah perubahan dari fase sekarang menuju fase hari esok yang lebih baik, dalam meraih ridha Ilahi. Terlepas dari apapun posisi kita dan dimana pun kita berada.

Persiapan Jelang Asyura'
Sebagai bagian dari memaknai tahun baru Hijriyah adalah menunaikan apa yang dianjurkan Rasulullah Saw dalam meraih keutamaan puasa Asyura' di bulan Muharram ini. Sebagaimana diketahui banyak keutamaan di dalam bulan Muharram ini sehingga disebut bulan Allah (syahrullah). Pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram yang masyhur dikenal sebagai hari asyura’. Allah menyelamatkan nabi Musa as dan bani Israil dari kejaran Fir’aun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah menetapkan puasa tanggal 10 Muharram sebagai rasa syukur atas pertolongan Allah.

Ibnu Abbas r.a berkata: Ketika Nabi saw telah hijrah ke Madinah maka ia melihat orang-orang Yahudi puasa pada hari asyuraa, maka Nabi saw bertanya : Hari apakah yang kamu berpuasa? Jawab mereka: Hari ini hari besar. Pada hari ini Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun dengan tentaranya, maka Nabi Musa as telah berpuasa untuk syukur kepada Allah, dan kami pula puasa pada hari ini. Maka sabda Nabi Saw bersabda:”fanahnu ahaqqu wa aula bimuusaa minkum fashoomahu warasuulallahi shollallahu ‘alaihi wassalama wa amara ash-haabahu bishaumihi.” Maka kamilah yang lebih layak mengikuti Musa dari pada kamu, lalu nabi saw puasa dan menyuruh sahabat-sahabat supaya puasa. (HR Bukhari, Muslim) Yakni Rasulullah saw merasa lebih layak untuk mensyukuri dan memperingati hari-hari kemenangan agama Allah dan perjuangan–perjuangan para Nabi RasulNya.

Dalam keterangannya Imam Al Faqih menyebutkan bahwa disebut ‘asyura’ karena persis hari kesepuluh Muharram. Sementara menurut pendapat yang yang lain, karena para Nabi dimulayakan dengan 10 kehormatan:
1. Diterimanya taubat Nabi Adam as
2. Diangkatnya derajat Nabi Idris as
3. Mendaratnya kapal Nabi Nuh as
4. Dilahirkan dan dilantiknya nabi Ibrahim as selalku khalilullah, serta diselamatkannya dari kobaran apai namrudz
5. Diterimanya taubat nabi Daud as
6. Diangkatnya nabi Isa as ke langit
7. Diselamatkannya nabi Musa as
8. Ditenggelamkannya Fir’aun
9. Dikeluarkannya Nabi Yunus dari dalam perut ikan
10. Dikembalikannya kerajaan Nabi Sulaiman as.

Abu Qatadah ra berkata:” suila Rasuulullahi Shallallahu ‘alahi wassalam ‘an shiami ‘aasyuuraa’? Faqaala : Yukaffirussanatal maadhiyah . Rasulullah saw ditanya tentang puasa ‘asyuura’, maka jawabnya : dapat menebus dosa setahun yang lalu (HR Muslim)
Dosa-dosa yang terlebur karena amal ibadah itu adalah dosa-dosa kicil, adapun dosa-dosa besar, harus melalui taubat dengan mengikuti syarat-syaratnya.

Maka kita dianjurkan berpuasa pada hari asyura’ yang dapat dilaksanakan dengan beberapa pilihan dengan satu hari sebelum atau sesudahnya. Rasulullah Saw bersabda:” Puasalah kalian pada hari Asura, bedakanlah dengan orang-orang Yahudi, berpuasalah satu hari sebelum dan sesudahnya.”

Selamat, Tahun Baru 1433 Hijriyah

Wallahu a'lam bi syawab

Selasa, 01 November 2011

Puasa Sunnat Arafah


Keutamaan Puasa Sunnat Arafah
Posting by : Mas Kus

APABILA kita sudah terbiasa menjalankan puasa sunnat, maka pada bulan Dzulhijjah sangat dianjurkan bagi kaum muslimin menjalankan puasa sunnat Arafah, khususnya bagi yang tidak menjalankan ibadah haji.
Puasa sunnat ini dilaksanakan pada hari Arafah yakni tanggal 9 Dzulhijjah pada kalender Qamariyah atau Hijriyah. Kesunahan puasa Arafah tidak didasarkan adanya wuquf di Arafah oleh jamaah haji, tetapi karena datangnya hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Maka, bisa jadi hari Arafah di suatu tempat tidak sama dengan di Arab Saudi.

Tentang keutamaan berpuasa di hari Arafah , Qatadah r.a. berkata : Nabi Saw bersabda: "Bahwasanya puasa pada hari arafah itu dapat menebus dosa dua tahun yang lalu dan tahun yang akan datang". ( Riwayat Muslim)

Alfudhail berkata :”Siapa yang dapat menjaga lidah, pendengarannya dan penglihatannya pada hari Arafah, maka akan diampunkan baginya dari hari Arafah itu hingga hari Arafah tahun yang akan datang.” (Dalam Irsyadul ‘Ibad).

Wallahu a’lam bi syawab