Kamis, 30 Agustus 2012

Selamat Hari Raya Idhul Fitri 1433 H


Syawalan Momentum Meraih Kemuliaan Akhlak
Oleh: Akhmad Kuspriyanto

KETIKA bulan Syawal tiba, saatnya kita menunaikan Shalat idhul fitri artinya saat itu dimulailah acara lebaran atau syawalan. Lebaran konon berasal dari bahasa Jawa “lebaran” atau maknanya selesai menunaikan puasa Ramadhon. Kurang-lebih hampir sebulan penuh tidak makan dan minum dan menahan dari berbagai hal yang membatalkan puasa. Sebuah perjuangan yang tidak ringan dalam menghadapi godaan nafsu. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa sepulang dari sebuah peperangan Badar , beliau bersabda : Roja’naa min jihaadil asghori ila jihaadil akhbar. Kita baru usai dari perang kecil menuju ke perang besar. Mendengar apa yang baru disampaikan Rosulullah SAW , para sahabat bertanya,  Yaa Rosuulullah wamaa jihaadul akbar? Apa yang dimaksud jihadul Akbar? Pertanyaan itu memang sudah sepantasnya ditanyakan mengingat bahwa mereka baru saja menang sebuah peperangan besar, di kawasan Badar yang melibatkan tentara Kaum muslim 300 an orang melawan tentara Kaum musrikin sekitar 1000 orang dengan peralatan perang dan logistis yang lengkap, sedangkan kaum muslimin hanya berbekal peralatan ala kadarnya dengan logistic yang terbatas. Sehingga jatuh korban dari kedua belah pihak, puluhan orang Mati Syahid, sedangkan di pihak musuh pun tidak sedikit yang meninggal bahkan menewaskan pimpinan mereka Abu Jahal. Peperangan yang sedemikan besar ternyata menurut Beliau Rasulullah Saw dikatakan peperangan kecil. Lantas seperti apa sebenarnya perang besar yang sesungguhnya. Rasulullah Saw : Qoola : Jihaadun nafsi. Peperangan besar itu adalah perang melawan hawa nafsu.

Manusia memang diberikan nafsu , yang cenderung menginginkan sesuatu yang kurang baik dan ingin dipuaskan. Ibarat gatal di kulit , semakin ingin digaruk semakin nikmat, akan tetapi berakibat infeksi jadi koreng.  Maka salah satu benteng yang telah dibangun untuk mengendalikan nafsu adalah puasa. Agar manusia menjadi manusia yang dikarunia nafsu yang baik, dipandu akal dan hatinya. Bukan hanya bermanfaat untuk diri dan keluarganya akan tetapi bermanfaat untuk manusia pada umumnya.

Oleh karena itu, ketika idhul fitri tiba, konon para Iblis dan bala tentaranya bermuram durja ditengah hingar bingar meriahnya hari raya. Kenapa ? Karena saat itu manusia yang beriman dan telah menjalankan kuajiban yang sempurna di bulan Ramadhan telah mendapatkan ampunan dari Tuhan-Nya. Maka Iblis dan bala tentaranya pun tidak tinggal diam, dia mengambil langkah-langkah strategis untuk mengganggu manusia agar dimurkai lagi oleh Tuhan-Nya. Jerat nafsu dikumandangkan dan diintensifkan di hari Lebaran : berbagai kenikmatan, nafsu syahwat , pesta minuman yang memabukkan dan berbagai kemaksiatan pestafora.   
Maka agar menjadi manusia yang telah lulus “digembleng di bulan Ramadhan” , dengan predikat Cumlaude. Menelusuri filosofi Jawa Ketupat, “Mengku Laku Papat” , memuat empat perilaku atau hal penting yang hendaknya diperhatikan.

Ditinjau dari aspek lahiriah, kupat dibuat dalam bentuk segi empat dengan ujung ‘kelewer’. Mengandung makna keseimbangan alam dan kemantapan aqidah, dimana pun kita berada : Ujung timur, barat, utara atau di ujung selatan agar tetap memiliki arah tujuan yang pasti, Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa. “Ittaqilaha kai tsumma kunta- bertaqwalah kepada Allah dimana pun kita berada. Dimana pun orang berada hendaknya bisa cerdas menjaga keseimbangan baik dalam beribadah kepada Tuhan-Nya dan juga dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Kemudian bila ditinjau dari aspek bathiniah, kupat mengandung empat pesan spiritual:
Pertama, lebaran. Lebaran telah tiba, dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sesungguhnya orang yang lebaran bukan orang yang bajunya baru, akan tetapi orang yang meningkat ketaatannya. Innamal ‘ied liman thoatahu tajiid.
Kedua, Loberan. Syawal, sebagai momen yang baik untuk berbagi rizki kepada Saudara, handai tolan dan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan. Bukankah diingatkan mereka yang baik, berkenan berbagi rizki baik waktu longgar maupun sempit.
Ketiga, leburan. Syawal, sebagai momen yang baik untuk melebur dosa , saling maaf memaafkan. Maka, sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang bertaubat. Artinya ia menyadari kesalahannya, menyesal dan kemudian memperbaiki diri. Maka , sebagai kesempurnaan taubat, menyelesaian segala urusan yang berkitan dengan hak orang lain , termasuk untuk meminta maaf.
Meminta maaf dan memaafkan , kata yang sederhana namun sebenarnya tidak se-sederhana dan semudah yang diucapkan. Maka , dibutuhkan sebuah kebesaran jiwa atau kerendahan hati untuk mau meminta maaf dan memberikan maaf. Rasulullah Saw mengajarkan akhlaq yang mulia (akhlaq ahli dunya dan akhirat) : Tasilu man qotho’aka , menyambung persaudaraan kepada orang yang pernah memutuskan persaudaraan. Wa tu’ti man haromaka, memberi sesuatu kepada orang yang pernah menahan pemberiannya, wa ta’fu ‘amman dholamaka, memaafkan kepada orang yang pernah mendholimi kepada kita. Sungguh akhlah mulia yang dicontohkan Rasulullah Saw tersebut memang tidak mudah , tentu menjadi inspirasi dan spirit para shalihin.
Keempat, laburan. Syawal, sebagai momen yang baik untuk meningkatkan prestasi dalam segala aspek. Hari ini hendaknya harus lebih baik dari hari kemarin. Dan hari esok harus lebih baik dari pada hari ini, (Man kaana yaumuhu khoiron min amsihi fahuwa robihun).

Maka , tiada yang lebih dan sempurna dari hamba yang dhoif, dengan segala salah dan khilaf. Mengucapkan Selamat Idhul Fitri 1433 H, Taqobbalallahu minna wa minkum, syiamana wa syiamakum, minal ‘aidin wal faizin.
Wallahu  ‘alam bi shawab

Jumat, 20 Juli 2012

Ramadhan, kita Berbenah Diri


Segala puji bagi Allah, yang tidak ada yang bisa mencegah atas apa yang Ia berikan, dan tidak pula ada yang bisa memberi terhadap apa yang Ia cegah.
Bulan Ramadhan sebentar lagi akan kita jelang. Sebagai seorang Muslim sudah semestinya kita menyambut Bulan Ramadhan ini dengan suka-cita. Kemudian apa yang sebaiknya kita siapkan agar kita dapat meraih segala kebaikan di bulan yang Mulia ini?

Ada beberapa hal yang dapat dikerjakan sebagai berikut:

1)           Merasa senang dan gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan.
Senang atau gembira terhadap sesuatu tentu bukan hal yang dapat dipaksakan begitu saja, melainkan terjadi karena adanya proses hubungan yang terjalin baik dengan obyek yang dicintai. Demikian pula merasa senang atau gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan juga tidak bisa dipaksakan.  Mereka senang menyambut bulan Ramadhan, karena ybs memahami keutamaan Ramadhan dan mensyukuri masih diberikan kesempatan pada berada di bulan yang sungguh sangat berharga untuk meraih keridhaan Allah SWT. Dalam salah satu hadist Rasulullah SAW pernah bersabda:”Barangsiapa yang merasa gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya dari semua neraka”  (Al Hadist/ Durratun Naashihiin)
2)         Muhasabah diri
Agama mengajarkan kepada kita agar senantiasa mencermati terhadap amal yang kita kerjakan. Allah SWT berfirman:” Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa melihat kepada dirinya apa yang telah ia persiapkan untuk hari esok.” (Al Hasyr : 18) Oleh karena itu diperlukan muhasabah atau evaluasi terhadap diri kita serta prestasi beribadah kita. Sebenarnya muhasabah itu dilaksanakan sepanjang waktu, bukan hanya waktu jelang Ramadhan saja. Orang yang tidak mau melakukan evaluasi, tentu tidak akan dapat mengetahui kemajuan atau kemunduran prestasinya. Bisa jadi ia menyangka telah banyak berbuat sesuatu, padahal sebenarnya masih jauh dari apa yang ditentukan. Maka Rasulullah SAW mengajarkan agar membuat perbandingan, kepada hal yang baik (agama) untuk melihat , mencontoh ke atas (kepada orang yang lebih taat, lebih ‘alim dsb) sedang perkara dunia (hal yang kurang baik) untuk melihat ke bawah, agar orang dapat bersyukur. 
3)         Memperbanyak istighfar dan taubat
Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan dalam kehidupan ini. Rentang panjang kehidupan yang dilalui acap kali membuat kita terlena dalam khilaf dan dosa. Maka istighfar dan taubatlah pintu untuk membersihkan kesalahan kita tsb, bahkan Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan. Rasulullah SAW bersabda:”Barangsiapa yang selalu menetapi istighfar, maka Allah menjadikan baginya dari setiap kesempitan suatu jalan keluar, dari setiap kesusahan suatu jalan penyelesaian, dan Allah memberinya rezeki dari arah yang ia tidak duga-duga.” (Riwayat abu Daud dan Nasai dengan sanad berpredikat sahih)
Rasulullah Saw mengajarkan kepada umatnya untuk memperbanyak istighfar, kendatipun beliau sendiri telah mendapat ampunan atas semua dosa yang lalu dan yang kemudian. Sekurang-kurangnya 70 kali atau 100 kali dibaca setiap harinya. Suatu pendapat mengatakan tentang jumlah yang harus dibaca, minimal 100 kali pada pagi hari dan 100 kali pada sore hari. Sebagian ahli shufi menetapkan kepada muridnya pada permulaan perkaranya membaca istighfar 100 kali pada setiap pagi dan sore hari, membaca shalawat nabi 100 kali serta membaca Laa Ilaaha Illallah 300 kali lebih sedikit.

4)         Memperbaiki dan meningkatkan Silaturahmi
Allah SWT berfirman:”Bertaqwalah kepada Allah, yang kau minta (hajatnya terpenuhi) kepada-Nya, dan peliharalah pertalian persaudaraan/ kerabatmu (jangan kau putuskan ikatan dengan mereka). (An Nisa 1)
Dalam salah satu hadist, Rasulullah Saw pernah bersabda:”Amal yang paling cepat pahalanya adalah silaturahmi, dan dosa yang disegerakan akibatnya adalah putusnya hubungan persaudaraan dan penganiayaan.” (Al Hadist/ Tambihul Ghafilin)
Jelang Ramadhan merupakan momen yang sangat baik, untuk meningkatkan silaturahmi. Demikian pula dapat dipergunakan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan manakala ada salah paham (mis komunikasi) dan sebagainya, dapat diselesaikan sebelum bulan Ramadhan tiba. Jadikan bulan Ramadhan benar-benar bulan ibadah, akan sangat sayang bila diwarnai dengan perseteruan berkepanjangan. Maka memperbaiki hubungan akan semakin menambah keharmonisan dalam keluarga ketika menjalankan ibadah puasa, maka saatnya untuk saling meminta maaf.
5)         Melatih ibadah pada bulan Sya’ban
Sebenarnya ibadah atau amalan apapun tidak memberikan dampak yang berarti, apabila tidak dikerjakan dengan ikhlas, sungguh-sungguh dan istiqomah. Momen yang tepat menjelang bulan Ramadhan dapat dimanfaatkan untuk melatih diri dan anggota keluarga meningkatkan ibadah, seperti berpuasa, membaca Al- Qur’an, shalat malam, meningkatkan sedekah dan sebagainya. Dari Aisyah ra, ia berkata:”Tidakkah saya melihat Rasulullah menyempurnakan satu bulan puasa kecuali Ramadhan, dan tidaklah saya melihat Rasulullah yang paling banyak puasanya kecuali bulan Sya’ban” (HR. Bukhari)
6)         Mempersiapkan bekal keperluan selama bulan Ramadhan
Banyak orang yang menyiapkan bekal keperluan secara khusus menghadapi bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan dengan harapan akan dapat menjalankan ibadah puasa dengan tenang dan khusuk. Berbagai persiapan dilakukan, baik menyangkut tempat ibadah, pakaian shalat, buku-buku bacaan agama bahkan ada pekerja berat yang dengan suka cita menabung 11 bulan untuk bisa menikmati dan menyempurnakan ibadah bulan Ramadhan.
7)         Meningkatkan kegiatan taklim
Menimba ilmu atau menghadiri kegiatan taklim akan sangat bermanfaat untuk menyempurnakan ibadah puasa. Muadz bin Jabal pernah mengatakan:”Belajarlah ilmu, sebab belajar itu adalah suatu kebaikan, dan menimbanya adalah ibadah, sedang mengingatnya adalah tasbih, lalu mengadakan penyelidikan padanya berarti jihad, kemudian mengajarkannya adalah shadaqah, dan memberikannya kepada yang berhak adalah taqarrub, karena ilmu itu adalah cara untuk menempuh derajat di surga. Ilmu adalah kawan di saat kesepian atau di tengah pengasingan, ia sebagi penunjuk jalan kegembiraan, dan penolong saat kesukaran, penghias di antara kawan, dan senjata penghalau musuh.”
Berbagai media taklim hampir dijumpai dimana-mana; penghajian di Masjid, di Mushola di rumah-rumah, di media elektronik (TV, Radio, internet) dsb. Orang dapat memilih yang disukai sesuai selera dan kesempatan masing-masing.

Demikian sekilas amalan yang mungkin dapat dikerjakan dalam rangka menyongsong bulan Ramadhan

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadualla ilaaha illa anta, Astaghfiruka wa atuubu ilaika.
Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu, Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada.Mu

Wallahu a’lam bi shawab.
(A.Kuspriyanto, Sumber: Tanbihul Ghafilin, Mahkota Pokok-2 Hadist Rasulullah, dan sumber lain)

Selasa, 17 Juli 2012

Marhaban Ya Ramadhan 1433 H


Marhaban Ya Ramadhan 1433 H
Posting by : Akhmad Kuspriyanto
PUASA Ramadhan sebentar lagi akan datang. Sebagai orang yang beriman kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini , agar kita menjadi orang yang bertaqwa. Orang yang bagus amal ibadahnya dan bagus pula amal sosialnya.
Oleh karenanya , pantas kehadiranya disambut dan dipersiapkan dengan penuh suka cita. Maka berbagai event pun digelar untuk menyambut kedatangannya , dari ujung pelosok hingga tidak pelosok ‘rame-rame’ melakukan penyambutan. Mulai dari budaya “padusan” (maksudnya mandi besar, membersihkan badan agar bersih dan suci), membersihkan perlengkapan sholat seperti ; ‘rukuh’ , sarung atau sajadah, sampai penyambutan kolosal ‘pawai ta’aruf songsong romadhon’ dan sejenisnya yang melibatkan kolaborasi berbagai elemen masyarakat dan budaya.
Memang, cara orang menyambut sang Ramadhan bermacam-macam. Tetapi, sebenarnya penyambutan itu sudah dimulai awal bulan Syawal, ketika berakhirnya bulan Ramadhan tahun yang lalu. Semangat beribadah yang sebaiknya tetap menggelora setelah bulan Ramadhan berakhir ; dari hari ke hari , bulan ke bulan , seperti halnya menjalani ibadah di bulan Ramadhan. Kebiasaan beribadah seperti shalat berjamaah lima waktu, membaca Qur’an, bersedekah, membantu para duafa, dan amal sholeh yang lain. Akan sangat indah, dan sangat bermanfaat bisa dijalankan sepanjang hari, sepanjang bulan, bukan hanya di bulan Ramadhan bahkan sepanjang kita masih bernafas.
Terlebih lagi ketika, memasuki bulan yang dimuliakan Allah, bulan yang penuh barokah, rahmat dan maghfirah, dimana amalan-amalan shalih pada bulan Ramadhan dilipatgandakan pahalanya, dosa dan kesalahan akan terampuni bagi siapa saja yang melakoninya dengan iman dan ikhlas semata-mata mengharap ridha dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Dahulu Rasulullah SAW, ketika datang bulan Ramadhan beliau memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya,”Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh barokah. Allah menurunkan padanya rahmah, menghapus kesalahan-kesalahan , mengabulkan do’a , dan Allah membanggakan kalian di hadapan para Malaikat-Nya, maka perlihatkanlah kepada Allah kebaikan diri-diri kalian, sesungguhnya orang-orang yang celaka adalah orang yang diharamkan padanya rahmat Allah “ (Ath-Thabrani)
Marhaban ya Ramadhan, selamat datang Ramadhan, Ya syahrus syiam
Mari kita menyambut dengan suka- cita
Seperti kegembiraan kita menyambut kedatangan tamu agung ,
Menyambut kehadiran seseorang yang kita nanti-nantikan.
Hendaklah jangan dipersoalkan datangnya sang Tamu Agung besok hari Jum’at atau hari sabtu , atau kapan . Mari kita ikuti para ‘alim yang ahli di bidangnya.
Jalani dengan penuh keyakinan, iman dan ikhlas.
Sekali lagi Marhaban ya Ramadhan, selamat datang Ramadhan
Wallahu a’lam bi shawab.

Selasa, 05 Juni 2012

SUKSES KARIR DAN RUMAH TANGGA BAGI WANITA?


Mungkinkah : 
Meraih Sukses Karir dan Rumah Tangga bagi Wanita?
Oleh : Nety Herawati

SEMUA orang tentu menginginkan meraih sukses dalam hidupnya, tidak terkecuali wanita. Sungguh merupakan hal yang sangat diidam-idamkan menjadi wanita yang sukses dalam karir dan rumah tangga. Tidak ada seorang pun yang menolak jika disuguhkan pilihan ‘manis’ tersebut. Terlebih lagi, di zaman globalisasi sekarang ini, kemandirian finansial nampaknya menjadi salah satu obsesi banyak wanita di kota besar. Sukses berkarir sekaligus sukses mengurus rumah tangga menjadi idealisme para wanita, kendatipun untuk menjalankan fungsi ganda ini , bukan merupakan hal yang  mudah untuk dilaksanakan.
Peran Ganda wanita
Tidak bisa dielakkan, bahwa wanita mempunyai dua peran yang harus dijalani secara bersamaan yakni: sebagai ibu rumah tangga (peran domestik) , sekaligus juga sebagai wanita karir (peran publik). Peran domestik sebagai seorang wanita yang berkeluarga teraplikasi di internal keluarga sebagai sosok istri atau pendamping suami dan seorang ibu yang melakukan peran untuk tugas-tugas tak tergantikan sebagai seorang perempuan yakni terkait fungsi reproduksi; dari mulai mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Selain itu, tugas utama seorang wanita dalam tugas domestik ini, yakni bekerja sama dengan suami mendidik anak dan berbakti kepada suaminya.
Amanah untuk mendidik generasi yang sholeh dan sholehah bagi wanita adalah merupakan tugas utama yang tidak diperselisihkan lagi. Wanita memang disiapkan oleh Sang Pencipta untuk tugas itu, baik secara fisik maupun mental, dan tugas yang agung ini hendaknya tidak dilupakan atau diabaikan oleh faktor material dan kultural apapun. Sebab, tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan peran kaum wanita dalam tugas besarnya ini, yang padanyalah bergantungnya masa depan umat, dan dengannya pula terwujud kekayaan sumber daya manusia.
Sedangkan dalam peran publik, sosok wanita karir atau wanita pekerja adalah keaktifannya dalam bidang-bidang sosial dalam rangka tugas ‘amar ma’ruf nahi munkar di berbagai bidang kehidupan. Sebuah batasan penting yang hendaknya dipertimbangkan, bahwa peran publik bagi seorang wanita yang beraktifitas di dunia profesional adalah dalam rangka untuk membantu Suami dalam mencari nafkah keluarga, juga ambil bagian dari agenda-agenda perubahan umat. Dan konsep peran publik seorang wanita ini tidaklah sama dengan konsep women liberation atau gerakan-gerakan feminis yang bermunculan di Barat yang menuntut persamaan dalam segala hal dengan kaum lelaki, yang mengarah terjadinya keruntuhan institusi keluarga akibat terbengkalainya semua urusan-urusan rumah tangga karena kelalaian seorang istri yang tidak mampu berperan sebagaimana mestinya.
Peran ganda wanita menuntut keikutsertaannya dalam proses pengambilan keputusan, tidak hanya di sektor domestik saja tetapi juga masuk ke ranah publik. Wanita bahkan merasa butuh diyakinkan bahwa mereka sanggup menjalankan berbagai profesinya di luar rumah sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang baik. Dengan berkiprah diberbagai lapangan kehidupan tersebut, tentunya merupakan kesempatan bagi kaum wanita untuk mengambil peran sosialnya lebih luas , mulai dari aktifitas dalam lingkup terkecil, misalnya di lingkungan RT hingga lingkup kerja professional sepanjang diperbolehkan menurut syar’i.
Menurut Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fatwa-fatwa Kontemporer, disebutkan bahwa ada beberapa syarat yang mendasari seorang wanita diperbolehkan bekerja: Pertama, hendaklah pekerjaan yang dilakukan sesuai tuntunan syariah. Kedua, memenuhi adab wanita muslimah ketika keluar rumah, dalam berpakaian, berjalan, berbicara, dan melakukan gerak-gerik. Ketiga,  janganlah pekerjaan atau tugasnya itu mengabaikan kewajiban-kewajiban lain yang tidak boleh diabaikan, seperti kewajiban terhadap suaminya atau anak-anaknya yang merupakan kewajiban pertama dan tugas utamanya.
Nampaknya persoalan “Karir” , berdasarkan survey yang dilakukan oleh MarkPlus Insight pertengahan tahun 2010 yang lalu menempati 10 besar kekhawatiran wanita dalam kehidupannya, khususnya bagi wanita bekerja. Hal ini diungkapkan oleh sekitar 7,7 persen dari 1.301 wanita. Kecemasan apabila tidak sukses dalam karir cukup membayang-bayangi mereka. Lebih jauh terungkap , sebanyak 16,9 persen dari 220 wanita yang disurvey mengaku bahwa berhasil di sektor publik adalah segalanya bagi mereka. Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa karir telah menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan bagi wanita di Indonesia. Kemudian bagaimana dengan keseimbangan karir dan rumah tangga?
Memang sulit meraih keduanya, tapi bukan tidak mungkin sebagian wanita dapat meraihnya. Kita melihat zaman sekarang banyak sekali wanita yang mengejar karirnya. Mereka memprioritaskan karir yang menjadi impian mereka, tetapi di sisi yang lain, mereka melupakan tugas utamanya untuk keluarga, suami, anak dan pekerjaan rumah tangga. Kemudian, ironisnya mereka menganggap telah sukses. Apakah benar mereka telah sukses? Sebenarnya apa yang disebut dengan kesuksesan?
Ukuran Kesuksesan
Mendefinisikan kesuksesan bagi kaum wanita masa kini khususnya yang sudah menikah, tidaklah mudah. Namun demikian, paling tidak emansipasi bagi wanita tidak lagi dimaknai sebagai ‘keinginan wanita untuk sederajat dengan laki-laki’, tetapi lebih mengarah kepada kebebasan untuk memilih jalan hidup. Oleh sebab itu, maka wanita juga harus bertanggungjawab atas pilihannya tersebut.
Kesuksesan adalah merupakan sesuatu hal yang sangat diinginkan oleh semua orang, termasuk wanita, tidak hanya sukses dalam pekerjaannya tetapi juga sukses dalam berumah tangga; sukses dunia juga sukses akhiratnya. Dan biasanya kesuksesan beriringan dengan kebahagiaan, akan tetapi tidak setiap orang yang meraih kesuksesan pasti merasa bahagia. Oleh karena itu, tolok ukur kesuksesan bagi wanita masa kini adalah apabila keberhasilan membangun karir dibarengi dengan kesuksesan mengelola rumah tangganya.
Bagaimana Meraih Sukses
Untuk meraih sukses sebagai wanita karir dan rumahtangga, setidaknya ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan dan dilakukan dengan sebaik-baiknya antara lain:
a)         Kesadaran diri. Pentingnya menyadari bahwa seberapa pun hebatnya seorang wanita dalam karier, tetaplah sebagai seorang wanita dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki. Sehingga sebaiknya jangan mengandalkan kesuksesan tersebut ibarat ‘super women’ yang selalu bisa mengerjakan tugas-tugasnya sendirian tanpa adanya bantuan dari orang lain. Janganlah ragu untuk berbagi atau mendelegasikan tugas dengan rekan kerja atau dengan suami dan anak-anak di rumah untuk meminta bantuan dalam mengerjakan sesuatu, karena kita  sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
b)         Menjaga keseimbangan peran. Untuk menjaga keseimbangan perannya, seorang wanita hendaknya mampu mengelola waktu dan mengatur kegiatannya dengan baik. Kedua peran ini tentu bukan untuk dipilih salah satunya saja, namun kedua peran ini harus dijalani dengan baik sehingga keberadaannya mampu memberikan kontribusi positip , bagi keluaga maupun pekerjaannya. Selain itu diperlukan juga kerja sama yang baik suami-istri. Ketika seorang wanita melakukan aktifitas publiknya, maka sebaiknya memperoleh ijin dari Suami dan memastikan bahwa semua urusan rumah tangga telah tuntas.
c)         Mengatur jadwal dan membuat prioritas kegiatan. Pengaturan jadwal serta prioritas kegiatan sangat penting, misalnya  date line untuk setiap pekerjaan berdasarkan urgensi dan prioritas,  kapan waktunya pekerjaan harus selesai , kapan waktunya beristirahat dan bersantai , maka sebaiknya beristirahat dan biarkan pekerjaan tersebut dilanjutkan esok hari. Dengan demikian hidup anda akan lebih teratur dan kinerja menjadi lebih produktif. Demikian pula diperlukan pengaturan , bahkan ketegasan dalam menerima atau menolak peran sosial, mengingat bahwa beban tugas rumah tangga serta beban kerja sudah cukup tinggi.
d)        Focus dan sungguh-sungguh.  Ada ungkapan Arab yang terkenal di kalangan pesantren , “Man Jadda Wajada” yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Demikian pula dalam melaksanakan pekerjaan agar diupayakan focus, serta sungguh-sungguh sehingga hasilnya akan lebih baik.
e)         Profesional. Sebaiknya berupaya semaksimal mungkin agar tidak mencampurkan segala urusan yang bukan pada tempatnya, jangan melibatkan segala urusan pekerjaan dengan urusan rumahtangga, demikian pula sebaliknya.
f)          Berbuatlah yang Baik. Kerjakan dan berbuatlah yang baik dalam semua hal kapan pun dan dimana pun kita berada. Tepatilah Janji Anda, karena janji yang anda ucapkan itu akan menjadi ukuran sampai dimana keluhuran budi seseorang. Jangan pernah memelihara penyakit hati seperti iri, dengki atas apa yang telah dicapai orang lain karena hanya akan membuat kita terpuruk. Bahkan seharusnya keberhasilan orang lain dapat menjadi motivasi agar dapat berusaha lebih baik lagi sehingga bisa berhasil seperti orang tersebut. Biasakan untuk selalu berbagi dan gemar menolong kepada sesama baik itu materi maupun sekedar memberi motivasi kepada orang yang sedang kesusahan, tunjukkan selalu sikap empati kepada sesama.
g)         Hindari gossip. Hindarilah gossip sedapat mungkin, karena gossip akan merusak hubungan Anda , teman maupun tetangga, bahkan bisa membuat suasana jadi tidak harmonis.
h)         Ikhlas dan bersyukur. Bekerja adalah ibadah, demikian pula menjadi ibu yang baik. Berupaya untuk selalu ikhlas dan menerima dengan lapang dada kondisi apapun yang sedang kita hadapi, bersyukur atas segala nikmat Tuhan yang telah dikaruniakan kepada kita dan berserah diri kepada Sang Khalik agar Tuhan menambah nikmatnya kepada kita.

Demikianlah, bahwa sukses hidup seseorang wanita yang sudah berkeluarga dan berkiprah dalam ranah publik, sangat mungkin diwujudkan oleh setiap wanita yang bekerja sepanjang mereka bersungguh-sungguh dalam berikhtiar serta mendapatkan dukungan yang positip dari lingkungan atau keluarganya. Oleh karena itu, sebagai seorang wanita yang sukses diharapkan menjadi lentera-lentera benderang yang menerangi keluarga, lingkungannya dan menebarkan kebaikan dimanapun mereka berada. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:”Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.”


Kendatipun tidak mudah, akan tetapi jika ada semangat, kesungguhan dan kecerdasan dalam menyikapi setiap permasalahan yang dihadapi. Anda bisa menjadi wanita yang sukses dalam karir dan juga sukses di berbagai aspek kehidupan bersama-sama keluarga tentunya . Semoga..! 

Wallahu a'lam bishawab.

***
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Qardhawi , Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jakarta :Gema Insani Press.

Minggu, 06 Mei 2012

Menjaga Hati dan Lisan


Hati dan Lisan
Menurut Imam al Faqih dlm Tanbihul Ghafilin disebutkan, bahwa pada dasarnya jasmani manusia terbagi menjadi 3 bagian: “Hati, lisan dan anggota badan” Masing-masing mempunyai keistimewaan masing-masing. Keistimewaan hati , dengan tauhid dan makrifat. Keistimewaan lisan, dengan sahadatain dan membaca al qur’an dan keistimewaan badan, dengan amalan lahiriah seperti shalat, puasa dan amalan sholeh lainnya.
Dalam salah satu riwayat diceritakan Seorang pembantu dari Ethiopia (terlihat hikmatnya pertama kali) ketika disuruh majikannya untuk menyembelih kambing, lalu minta bagian terbaik, diambilkannya hati dan lidah. Di hari berikutnya, minta bagian kambing yang terburuk , maka diberi hati dan lidah. Kemudian sang majikan bertanya:”Mengapa engkau berikan ini lagi?” Katanya,” Tiada yang terbaik dari bagian tubuh, kecuali anggota ini, jika keduanya baik, maka seluruh tubuhnya baik. Jika buruk keduanya, burukpula seluruh tubuhnya. (dari Luqman Hakim)
Demikianlah begitu pentingnya hati dan lisan dalam kehidupan kita sehari-hari.  Oleh karena itu , untuk menyempurnakan ibadah kita, ada baiknya kita mencermati amalan yang dilaksanakan organ tersebut:
Pertama, hati,
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seleruh tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk , maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati.” (HR. Bukhari)
Hati adalah organ yang sangat “urgent” , ibarat motor yang dapat menggerakkan seluruh onderdil yang lain. Apabila hatinya baik maka seluruh organ yang lain juga ikut baik. Namun sebaliknya, ketika hati kita sedang risau atau sakit, akibatnya kita tidak bisa konsentrasi menjalankan aktivitas dengan sempurna, kendatipun sudah kita bawa ke tempat-tempat wisata yang terkenal. Bahkan, karena merananya hati pula ,yang tidak jarang kita jumpai orang yang berakhir hidupnya dengan cara yang tidak baik. Karena hati mereka gersang dari bimbingan agama, kering kerontang tanpa setetes embun keimanan yang menyiraminya.
Hati yang bersih, hati yang suci, akan mudah merespon kebaikan. Sebaliknya apabila hati kita kotor, maka tentu sulit merespon kebaikan. Apa yang sebaiknya dilakukan kemudian? Kata para ‘alim menyarankan , agar diterapi dengan menggunakan ramuan sebagaimana sering kita dengar “Tombo ati ono limo perkarane”

1.           Pertama, membaca Al qur an dan maknanya
2.           Kedua, mendirikan shalat malam
3.           Ketiga, berkumpul dengan orang shaleh
4.           Keempat, memperbanyak puasa
5.           Kelima, dzikir malam, perpanjanglah
Ingatlah , hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d :28) Kata Ibnu Taimiyah –rahimahullah, “Perumpamaan dzikir bagi hati adalah seperti air bagi ikan. Apa jadinya keadaan ikan tanpa air.
Yaa ayyuhalladziina aamanu laa tulhikum amwaalukum walaa auladukum an dzikrillah
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. ” (QS. Al-Munafiqun: 9)
Ayat di atas dengan jelas mengabarkan bahwa orang yang lalai dari mengingat Allah, ia akan merugi di dunia terlebih lagi di akhirat. Dengan senantiasa ber-dzikir (ingat) kepada Allah, maka ketentraman hati, mendapatkan banyak keutamaan .
Yang Kedua, menjaga lisan
Lisan adalah organ tubuh manusia yang sangat penting, karena akan mewarnai semua aktivitas kehidupan kita sehari-hari.
 Firman Allah Swt:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ -٣٣-


 Wa man ahsanu qoulam mimman da-‘aa ilallah wa ‘amila shoolihaw wa qoola innanii minal muslimiin (QS Fushilat 33)
"Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengejakan amal sholeh dan berkata “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri.”
Dalam salah satu tafsir dijelaskan bahwa "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah serta mengerjakan amal-amal saleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”
Wa man ahsanu qaulan (dan siapakah yang lebih baik perkataannya), yakni yang lebih bijak perkataannya. Menurut satu pendapat, yang lebih baik seruannya.
Mimmaη da‘ā ilallāhi (daripada orang yang menyeru kepada Allah) dengan bertauhid, yaitu Muhammad saw..
Wa ‘amila shālihan (serta mengerjakan amal-amal saleh), yakni menunaikan kewajiban-kewajiban. Menurut pendapat yang lain, ayat ini diturunkan sekaitan dengan para muazin. wa man ahsanu qaulan (dan siapakah yang lebih baik perkataannya), yakni seruannya; mimmaη da‘ā ilallāhi (daripada orang yang menyeru kepada Allah) dengan azan; wa ‘amila shālihan (mengerjakan amal-amal saleh), yakni menunaikan shalat dua rakaat seusai azan kecuali seusai azan shalat Magrib.
Wa qāla innanī minal muslimīn (dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”), yakni memeluk Islam. Dan dia berkata, “Sesungguhnya aku adalah seorang Mukmin sejati.” Itulah perkataan Muhammad saw. dan para shahabatnya.
Oleh karena itu, hendaknya kita berupaya agar setiap untaian kata yang keluar dari lisan kita penuh makna. Menghindari kata-kata kotor, keji dan tidak senonoh. Sebab setiap kali kita bicara kotor, kesucian hati pun ternoda. Demikian pula berupaya menjaga hati kita, agar selalu mengingat Allah.
Wallahu a'lam bi shawab

Minggu, 11 Maret 2012

Aku Tak Tahu


Dibalik Ketidak-tahuan
Posting by: Kuspriyanto

TERUS TERANG aku katakan: “Excuse me, aku tak tahu…. Sekali lagi maaf , aku memang tak tahu.” Entah berapa kali , aku mengatakannya begitu. Ada falsafah Jawa yang mengatakan : "Dadi wong kuwi ojo rumongso biso ananging biso rumongso".

Falsafah Jawa tadi mengandung pesan moral, agar kita menjadi manusia yang bisa menyadari (mawas diri) akan keterbatasan kemampuannya sebagai insan. Karena orang yang selalu merasa bisa, cenderung akan bersifat sombong dengan melakukan sesuatu yang sebenarnya ia tidak bisa kerjakan dengan sempurna. Sehingga hasil akhirnya tentu tidak akan memuaskan, bahkan pada sisi yang lain, bisa merugikan banyak pihak.
Sedangkan orang yang “biso rumongso” justru akan mendapatkan nilai lebih karena kejujurannya, dan pada sisi yang lain akan membawa ketenangan hati bagi pelakunya. Konon, dalam sebuah riwayat diceritakan, bahwa Imam Malik dulu pernah diajukan 48 pertanyaan, akan tetapi hanya 25 % pertanyaan diantaranya yang beliau jawab, sisanya beliau katakan :”Aku tidak tahu”. Demikian halnya serupa, terjadi pada Imam Syafi’I , beliau ditanya oleh seseorang hingga berulang-ulang pertanyaan serupa diajukan kepada beliau agar berkenan memberikan jawaban, akhirnya beliau katakan :”Aku sebenarnya sedang berfikir yang mana yang lebih baik kutempuh; diam atau menjawab pertanyaanmu.”

Allah Swt berfirman :

قَالُواْ سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ -٣٢-

Mereka menjawab, “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau Ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (Q.S.Al Baqarah:32)

Dalam salah satu tafsir disebutkan : Para malaikat berkata, “Maha Suci Engkau, kami tidak memiliki pengetahuan selain apa-apa yang telah Engkau Ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Qālū subhānaka (para malaikat berkata, “Maha Suci Engkau), kami bertobat kepada-Mu dari hal itu. Lā ‘ilma lanā illā mā ‘allamtanā (kami tidak memiliki pengetahuan selain apa-apa yang telah Engkau Ajarkan kepada kami), yakni yang telah Engkau Ilhamkan kepada kami. Innaka aηtal ‘alīmu (sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui) terhadap kami dan mereka. Al-hakīm (lagi Maha Bijaksana”) terhadap urusan kami dan mereka.

Kemudian, bagaimana karena sudah terlanjur aku mengatakan “sok tahu padahal tidak tahu” , kan isin tho?” , Maka sekali lagi aku hanya bisa mengatakan: “Maaf, memang, aku tak tahu, maaf…”.

Wallahu a’lam bishawab