Selasa, 07 Februari 2012

Mereformasi Diri









Perubahan Membutuhkan Lingkungan Yang Kondusif
Oleh: Akhmad Kuspriyanto

PERUBAHAN atau ada yang menyebutnya dengan istilah kerennya ’reformasi’, diartikan sebagai suatu perubahan terhadap suatu system yang ada pada suatu masa. Maka me-reformasi diri maksudnya melakukan perubahan system nilai pribadi kita , harapannya tentu menjadi pribadi yang lebih baik/ sholeh.
Kata seorang Sesepuh yang mengaku pernah menjadi pejuang:

Ketika aku masih kecil dulu, aku mempunyai cita-cita ingin mengubah dunia ini, dan ternyata.. setelah aku pikir-pikir sejalan dengan perjalanan waktu, ternyata cita-citaku itu sulit kuwujudkan, maka kupersempit cita-citaku tadi ,kemudian aku bercita-cita ingin mengubah negeriku , dan ternyata sejalan dengan perjalanan waktu, setelah aku pikir-pikir lagi cita-citaku itupun masih sulit kuwujudkan, sehingga cita-citaku lebih kusederhanakan , aku hanya ingin mengubah kampung tempat tinggalku, ternyata… itupun juga sulit kuwujudkan.

Kemudian saat usiaku sudah senja dan aku hanya bisa berbaring ditempat tidurku, aku masih ingin berbuat sesuatu minimal untuk mengubah keluargaku. Celakanya…, ternyata akupun tidak bisa : di dalam keluargaku sendiri : istriku, anak-anakku pun tidak bersedia mengikuti aku. Aku ternyata tidak bisa menjadi Imam untuk keluargaku sendiri.
Sekarang sudah tidak ada yang kumiliki lagi, tapi aku masih bersyukur, karena aku masih memiliki semangat untuk berubah di sisa-sisa umurku, minimal ingin mengubah diriku sendiri, menjadi lebih baik. Mudah-mudahan berawal dari perubahan diri sendiri ini, mungkin aku bisa mengubah keluargaku, kampungku, negeriku bahkan dunia.” Katanya bersemangat.

Begitulah perubahan itu selalu hadir menyertai perjalan sang waktu. Ada kalanya perubahan itu membawa perbaikan, tapi pada sisi yang lain banyak pula ditemukan perubahan justru menuju ke arah kemunduran.


Oleh karena itu, agar perubahan itu menuju ke hal positip , ada beberapa faktor yang perlu dicermati :


1. Lingkungan/ pergaulan dengan budaya lain. Lingkungan atau pergaulan yang terjadi dapat mendorong inovasi / perubahan baru .
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang hidup berkelompok, la pasti membutuhkan lingkungan dan pergaulan.Sehingga teman bergaul merupakan hal penting dalam memenuhi kebutuhan hidup bersosialisasi. Manusia tidak bisa hidup seperti ikan di laut, meski hidup di air tempat tinggalnya yang penuh dengan kandungan garam, tetapi ikan tersebut tidak ikut asin
Mungkin kita pernah menjumpai….teman kita yang tadinya berakhlaq manis dan penyantun. Dari keluarga agamis yang taat, ternyata pada suatu waktu ia ditemukan oleh Petugas sedang nyabu, atau ngoplo. Bukan berhenti disitu saja , bahkan terlibat serentetan perkara kriminal . Padahal dahulu kita kenal sebagai orang yang yang baik akhlaqnya. Selidik punya selidik, ternyata selama ini tanpa diketahui oleh keluarganya , ia terjerumus dalam lingkungan yang salah, sehingga karena begitu kuatnya pengaruh dari teman-temannya yang ‘tidak benar’ tadi membawa ia ke lubang kemaksiatan. Demikian pula bisa terjadi sebaliknya, ada pula mereka yang mendapatkan hidayah, yang semula buruk akhlaqnya kemudian berubah drastis menjadi orang yang sholeh, karena lantaran pengaruh lingkungan yang baik.
Namun demikian, suatu hal yang sering menjadi hambatan perubahan adalah pada umumnya kita cenderung senang bergaul dengan teman pergaulan yang sepadan, yang memiliki cara pandang dan kebiasaan yang tidak jauh berbeda.
Nabi Saw bersabda:”Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap.” (HR.Bukhari dan Muslim)

2.Sistem pendidikan yang maju; Sistem pendidikan yang ada sangat berpengaruh terhadap semangat perubahan. Dengan pendidikan yang maju akan memberikan ruang terhadap pemikiran baru dan nilai-nilai tertentu yang memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan/nilai-nilai yang ada masih dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak. Sekarang banyak pilihan orang untuk menempuh pendidikan formal. Dari yang bertaraf lokal sampai International. Maka sering dalam memilih pendidikan ini berdasarkan prestasi akademiknya , akan tetapi kurang mempertimbangkan pembinaan akhlaqnya, sehingga banyak dijumpai mereka kaya ilmu tapi miskin hatinya; cerdas IQ-nya tapi kurang social dan spiritualnya. Maka pendidikan yang tepat akan sangat mewarnai kearah perubahan yang positif.

3, Orientasi terhadap masa depan:
Pemikiran yang berorientasi pada masa lalu dan saat ini , sering tidak memberikan banyak warna perubahan sesuai zamannya. Maka diperlukan penyempurnaan dengan pemikiran yang berorientasi ke masa depan sehingga akan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

4. Nilai ikhtiar
Ikhtiar / menyempurnakan usaha dan berdo’a harus selalu kita lakukan dalam upaya melakukan perubahan menuju hal yang lebih baik , lebih bermanfaat di dunia dan akhirat. Maka kesungguhan dalam berikhtiar akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan kita capai.
Wallahu a'lam bi shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar