Rabu, 23 Juni 2010

Doa Untuk Segala Penyakit

Terafi Do’a Dengan Air Putih

BETAPA kita kadang risau dengan penyakit yang kita derita. Karena berbagai upaya pengobatan telah dilakukan, mulai dari pengobatan tradisional bahkan sampai yang modern, ternyata belum juga membuahkan kesembuhan dari penyakit yang diderita. Sehingga tidak sedikit yang mungkin karena putus asa, akhirnya menjatuhkan pilihan berobat ke “dukun” , yang tidak saja jauh dari ajaran agama, bahkan secara medis pun tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Berikut ini ada alternatif lain , suatu upaya (ikhtiar) pengobatan yang bisa dicoba agar sembuh dari penyakit yang kita derita; Terafi do’a dengan minum air putih. Berdasarkan kajian yang dilakukan Dr. Masaru Emoto, terbukti bahwa air mampu merespon dengan baik terhadap perlakuan dan maklumat yang diberikan kepadanya, dalam bentuk tulisan, gambar bahkan kata-kata atau suara. Bersama Kazuya pembantunya, kristal-kristal air dapat terekam dalam gambar, apabila air tersebut dibekukan pada suhu min 25 derajat celcius dengan menggunakan kamera berteknologi tinggi. Bentuk kristal yang dihasilkan bergantung kepada perlakuan yang diberikan kepada air. Ternyata, air mampu merekam pesan, seperti pita magnetic atau compact disk. Molekul air akan membentuk kristal yang paling indah adalah air yang diberi kata-kata ‘cinta’ dan ‘terima kasih’. Sebaliknya molekul air membentuk kristal yang tidak cantik bahkan membentuk lingkaran yang berlubang di tengahnya apabila dikatakan padanya “kamu tidak berguna” atau “kamu bodoh”.
Jika kita biasa menyatakan terima kasih, senantiasa bersyukur dan dihiasi perasaan cinta , jauh dari rasa iri-dengki , dalam kehidupan kita, insya Allah kita memfasilitasi terbentuknya air dalam tubuh kita menjadi kristal-kristal heksagonal yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Sebaliknya jika keadaan hidup kita senantiasa diwarnai dengan kejahilan, permusuhan, iri dengki atau rasa tidak syukur, maka kita tidak akan pernah mendapatkan kristal-kristal heksagonal tersebut, yang sangat berguna untuk kesehatan, mengeluarkan toxin dalam tubuh kita.Air heksagonal adalah air yang berperanan untuk mengikat radikal bebas H+ dan OH. Oleh sebab itu jika air seperti ini kita minum, dapat menimbulkan reaksi positif berupa detox effect atau homeostatic, yakni reaksi balik terhadap toxin dalam badan kita.

Bagaimana sebenarnya cara kerjanya.

Meminum air minum biasa dengan metode yang benar, dapat memurnikan tubuh manusia. Hal ini membuat usus besar bekerja dengan lebih efektif dengan cara membentuk darah baru yang dalam istilah medis dikenal sebagai aematopaises. Bahwa mucousal pada usus besar dan usus kecil diaktifkan oleh metode ini, merupakan fakta yang tak terbantah, seperti teori yang menyatakan bahwa darah segar baru diproduksi oleh mucousal fold ini. Bila usus bersih, maka gizi makanan yang dimakan beberapa kali dalam sehari akan diserap dan gizi makanan tadi dapat diubah menjadi darah baru. Darah merupakan hal penting dalam menyembuhkan penyakit dan memelihara kesehatan. Oleh karena itu, sangat penting mengkonsumsi air secara teratur agar tubuh tetap sehat.

Bagaimana melakukan terapi dengan minum air.

Pagi hari ketika baru bangun tidur (bahkan tanpa gosok gigi terlebih dahulu) minumlah 1,5 liter air, yaitu 5-6 gelas.
Lebih baik airnya ditakar dahulu sebanyak 1,5 liter
Untuk diketahui bahwa jangan minum atau makan apapun satu jam sebelum dan sesudah minum 1,5 liter air ini.
Tidak boleh minum minuman beralkohol pada malam sebelumnya

Persoalannya, apakah mungkin minum sekaligus 1,5 liter air? Untuk permulaan, akan terasa sulit meminum 1,5 liter air sekaligus, tetapi lambat laun akan terbiasa juga. Untuk mengawali latihan, boleh dicoba minum 4 gelas dulu dan sisanya yang 2 gelas diminum dua menit kemudian. Pada permulaan latihan, mungkin kita akan buang air kecil 2 sampai 3 kali dalam satu jam, tetapi setelah beberapa lama, akan normal kembali.

Menurut penelitian dan pengalaman, beberapa penyakit dapat disembuhkan dengan waktu bervariasi ; sembelit 1 hari, asam urat 2 hari, kencing manis 7 hari, tekanan darah dan kanker 4 minggu, serta TBC Paru-paru 3 bulan.

Disarankan agar penderita radang/sakit persendian dan rematik melaksanakan terapi ini 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan malam satu jam sebelum makan selama 1 minggu, setelah itu 2 kali sehari sampai penyakitnya sembuh.

Sebagai insan yang beriman sebelum minum agar berdoa terlebih dahulu sesuai keyakinan masing-masing. Kita harus yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah atas kehendak Allah SWT, maka kita pun harus yakin memohon pertolongan kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Setiap penyakit itu ada obatnya.” (HR.Muslim) dan Allah SWT berfirman yang artinya;” Mintalah (berdo’alah) kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (QS. Al-Mukmin).

Berikut ada beberapa amalan do’a :

Bismillahirrohmaanirrohiim, Allahumma robbannaasi adzhibil ba’sa isyfi antasysyaafii laa syifaa-a illa syifa-uka syifa-an laa yughaadiru saqaman, dibaca 3 kali (Dengan menyebut Asma Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Ya Allah, Tuhan Penguasa Manusia, lenyapkanlah penyakit ini, sembuhkanlah ia. Hanya Engkaulah yang dapat menyembuhkannya, tiada kesembuhan kecuali hanya kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit). Atau ;

Bismillah x 3 , a’udzu bi’izzatillahi wa qudratihii min syarri maa ajidu wa uhaadziru – dibaca 7 kali ( Dengan Nama Allah, aku berlindung dengan kemulyaan Allah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang aku derita dan yang aku takuti ) Atau;

K.Mahfudz-Sya’roni (alm) menyampaikan suatu amalan do’a untuk menyembuhkan segala penyakit. Pertama, membaca Al-Fatihah, dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Syekh Abdul Qadir Al-Jaylani dan ‘Auliya’. Kemudian membaca ayat Kursi 13 kali, ayat QS At-Taubah: 128 (laqad jaa-akum rasuulum min anfusikum ‘azizun ‘alaihi maa ‘anittum hariishun ‘alaikum bil-mukminiina raufur rahiim , sebanyak 7 kali dan Al-Fatihah 41 kali. Setiap sekali bacaan dari bacaan tadi, tiupkanlah pada air yang sudah tersedia. Selanjutnya airnya diminum mengikuti ketentuan di atas.

Demikianlah alternatif pengobatan yang barangkali dapat dicoba, dengan harapan Allah SWT memberikan kesembuhan terhadap penyakit yang sedang diderita. Sekali lagi ini hanyalah sebuah usaha dan tidak ada sesuatu pun yang tidak mungkin bila Allah SWT menghendaki.

Wallahu a’lam A.Kuspriyanto, dari berbagai sumber)

Minggu, 20 Juni 2010

Demand Intentions Science

Luruskan Niat Dalam Menuntut Ilmu

Allah SWT berfirman: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5)

NIAT, begitulah kata orang semua harus dengan niat. Secara jujur, mungkin kita sendiri yang sebenarnya memahami tentang apa yang kita niatkan. Niat menurut istilah bahasa artinya bertujuan, sedangkan menurut syariat yaitu menghendaki sesuatu yang dibarengi dengan perbuatan. Adapun tempat niat ada di hati (anniyyatu qashdu syai-in muqtarinan bi fi’lihi wa mahalluha al qalbu).

Sahabat Umar r.a telah menceritakan , bahwa Nabi Saw. telah bersabda: ”Sesungguhnya semua amal perbuatan hanya bergantung kepada niatnya masing-masing, dan setiap orang hanya memperoleh apa yang diniatkan.” (Riwayat Khamsah) Imam Shafi’i berkaitan dengan hadist di atas, menyatakan bahwa di dalam hadist tersebut terkandung separuh ilmu (agama). Karena sesungguhnya amal perbuatan dalam agama itu ada dua yaitu amal batin dan amal lahiriah. Amal batin adalah niat yang merupakan pekerjaan hati.”

Syekh Mansyur Ali Nashif, dalam salah satu pembahasan tentang niat, menjelaskan bahwa Sahnya semua amal perbuatan yang dikerjakan oleh orang-orang mukallaf (baik amal perbuatan yang menyangkut ucapan atau pekerjaan, baik yang fardhu maupun yang sunnah) hanyalah dengan niat, yakni apabila disertai dengan niat. Kendatipun demikian menurut beliau hal demikian merupakan batasan (hashr) yang bersifat mayoritas (aktsari) bukannya keseluruhan (kulli), karena sesungguhnya ada amal ibadah yang sah sekalipun tanpa niat, seperti membaca Al-Qur’an dan adzan, sebagaimana sah pula meninggalkan hal yang diharamkan tanpa memakai niat sebelumnya sekalipun pahala bergantung kepadanya. Semua ungkapan tersebut menunjukkan wajib berniat dalam semua amal perbuatan.

Oleh karena itu, mungkin ada baiknya kita meluruskan niat dalam semua amal ibadah kita ,termasuk juga dalam mencari ilmu. Karena tidak cukup kita hanya dengan ucapan saja, sedangkan hati kita lalai dan lupa. Ada pepatah yang mengatakan ”Appearances are deceptive’ –’yang tampak lahir itu selalu dusta”. Maksudnya bila kita melihat sesuatu yang bagus janganlah kita mudah percaya sebab sering kali hanya penampilannya yang baik tapi niat sebenarnya buruk.

Menurut Syaikh Az-Zarnujiy dalam Ta’limul Muta’alim, disebutkan bahwa orang yang menuntut ilmu wajib berniat dalam usaha menghasilkan ilmu sebagai berikut:
· Berniat mencari Keridha-an Allah SWT
· Berniat mencari kebahagiaan akhirat;
· Berniat memerangi kebodohan dirinya dan segenap orang yang bodoh;
· Berniat menghidupkan agama Islam;
· Berniat mengabadikan agama Islam dengan ilmu;
· Mensyukuri kenikmatan akal dan kesehatan badan

Begitu pentingnya niat, sehingga Rasulullah SAW pernah mengingatkan, ” Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi amal akhirat sebab niatnya bagus; dan banyak amal akhirat yang karena buruk niatnya menjadi amal dunia.” Syaikhul Imamil Ajall Ustadz Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin Isma’il Ash-Shafar Al Anshariy membacakan syi’ir Imla’ Abu Hanifah:


Siapa saja gerangan, menuntut ilmu untuk hari kemudian
Untunglah dapat kemuliaan, anugrah Allah penunjuk jalan
Aduh, amat merugi penuntut ilmu nan suci
hanya buat sesuap nasi, dari hamba Ilahi.”

Wallahu a’lam bi ash-shawab (A.Kuspriyanto, dari berbagai sumber)

Kamis, 17 Juni 2010

Do'a Panjang Umur

Dibaca Rutin Setiap Habis Shalat Maghrib dan Subuh

Ada suatu amalan do’a agar diberikan Allah SWT pajang umur. Berikut do’anya yang dikutip dari Silahul Mukmin, hendaknya dibiasakan membaca secara rutin setiap sehabis shalat Maghrib dan Subuh.

Laqod jaa-akum rasuulum-min anfusikum aziizun ‘alaihi maa ‘anittum hariishun ‘alaikum bil-mu’minina rauufur-rahiim. Fain tawallaw faqul hasbiyallahu laa ilaaha illaa huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa rabbul ’arsyil ‘adhiim.”


“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang utusan dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat jelas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: ”Cukuplah Alah bagiku, tidak ada Tuhan Selain Dia. Hanya kepada-Nya aku berserah diri, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘arsy yang agug.” (QS. At-Taubah:128-129).

Wallahu a’lam bi ash –shawab.

(A.Kuspriyanto/ Juny 2010/ cahayamu-abadi.blogspot)

Senin, 14 Juni 2010

Obat Hati Gelisah

Kunjungi Tiga Tempat

PADA suatu ketika datanglah seseorang kepada Sahabat Rasulullah SAW yang bernama Ibnu Mas’ud r.a meminta nasehat, katanya: ”Wahai Ibnu Mas’ud berilah nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tentram, jiwaku gelisah dan pikiranku kusut, makan tak enak dan tidur pun tak nyenyak.” Maka Ibnu Mas’ud menasehatinya, katanya: ”Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu untuk mengunjungi tiga tempat, yaitu ketempat orang yang membaca Al Qur’an, engkau baca Al-Qur’an atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya. Atau engkau pergi ke majlis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah SWT. Atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, disana engkau ber-khalwat beribadah kepada Allah SWT, umpamanya di tengah malam buta di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan salat malam, meminta dan memohon kepada Allah SWT ketenangan jiwa, ketentraman fikiran dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobat dengan cara ini , engkau minta kepada Allah agar diber-Nya hati yang lain, sebab hati yang kamu pakai itu bukan lagi hatimu.
Setelah orang itu pergi ke rumahnya, diamalkannya nasihat Ibnu Mas’ud r.a itu. Dia pergi mengambil wudhu kemudian diambilnya Al-Qur’an, terus dia baca dengan hati yang khusu’. Selesai membaca Al-Qur’an, berubahlah kembali jiwanya, menjadi jiwa yang tenang dan tenteram, fikirannya jernih, kegelisahannya hilang sama sekali.

Memang tidak mudah mengobati hati yang sedang resah-gelisah, karena yang sakit ada di dalam tubuhnya. Mungkin akan lebih mudah orang mengobati penyakit luka di salah satu anggota badan, karena tampak dan dapat dilihat dengan mata. Oleh karena itu, resep pengobatannya tentu berbeda, harus bersifat bathiniyah. Ibnu Mas’ud ra memberikan advice penyakit gelisah ini dengan memberikan resep agar kita mengunjungi tiga tempat, yaitu:
Pertama, ketempat orang yang membaca Al Qur’an, kita membaca Al-Qur’an atau kita dengar baik-baik orang yang membacanya. Setiap mukmin yakin, bahwa membaca Al-Quran saja sudah termasuk amal yang sangat mulia, begitu pula mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Sebagian ulama mengatakan, bahwa mendengarkan orang membaca Al-Qur’an pahalanya sama dengan orang yang membacanya. Bukan hanya menjadi amal ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. Allah SWT berfirman :”Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikan dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al A’raaf :204) Subhanallah, sungguh luar biasa fadhilah Al-Qur’an. Berdasarkan hasil penelitian Al Qahdi, di Klims Besar Florida, Amerika Serikat, penelitian itu berhasil membuktikan bahwa sekedar mendengarkan bacaan Al-Qur’an, seorang Muslim baik mereka yang berbahasa Arab maupun yang bukan dapat merasakan perubahan fisiologis yang besar. Seperti penurunan depresi, kesedihan bahkan dapat memperoleh ketenangan, menolak berbagai macam penyakit. Penemuan Qadi ini diperoleh dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Penemuan itu menunjukkan bahwa bacaan Al-Qur’an berpengaruh besar hingga mencapai 97 %, dalam memberikan ketenangan dan penyembuhan penyakit.

Kedua, kita pergi ke majlis pengajian/ majlis taklim yang mengingatkan hati kepada Allah SWT. Berbagai media majlis taklim dapat diikuti, lebih-lebih diselenggarakan di Masjid. Rasulullah Saw. bersabda:"Tidaklah satu kaum berkumpul dalam satu rumah Allah (masjid), membaca kitab Allah (Al-Qur'an) dan mendalaminya isinya, melainkan mereka diliputi rahmat, diberi ketenangan dan dikerumuni Malaikat serta dipuji di hadapan Malaikat-malaikat yang ada di sekitarnya." (HR. Abu Daud. Hadist ini diriwayatkan pula oleh Muslim dengan arti yang hampir sama dengan Hadist di atas).

Ketiga, kita cari waktu dan tempat yang sunyi, disana kita ber-khalwat beribadah kepada Allah SWT, umpamanya mengerjakan salat malam), dsb. Kata Ibnu Qayyin mereka yang ber-tafakur akan diberikan kekuatan hati. Ditutup pintu yang mematahkan cita-cita dan frustasi kemudian dibukakan pula baginya pintu kenikmatan dalam ibadah yang tidak pernah mengenyangkannya. Demikian pula sangatlah besar fadhilah mengerjakan shalat lail, Jabir r.a berkata: Nabi Saw. bersabda: "Sembahyang sunnat dua rakaat di tengah malam, dapat menghapus dosa-dosa."


Wallahu a'lam bi ash-shawab.(A.Kuspriyanto, dari berbagai sumber )

Sabtu, 12 Juni 2010

360 Persendian Ada Sedekahnya

Rahasia Shadaqah (2)

Abu Dzar r.a berkata Rasulullah Saw. Bersabda :”Tiap pagi ada kewajiban bersedekah untuk tiap-tiap persendian (ruas). Maka setiap ucapan (Subhanallah) sedekah, dan tiap ucapan (Alhamdulillah) sedekah, dan tiap ucapan (La ilaha ilallaah) sedekah,dan tiap ucapan (Allahu Akbar) sedekah, dan menganjurkan kebaikan dan mencegah dari munkar sedekah, dan memadai dari itu semua sembahyang dua rakaat sunnat dhuka.” (HR. Muslim)

Dan dalam badan manusia ada 360 ruas (persendian) yang kesemuanya itu harus disyukuri nikmat Allah yang demikian luas dan banyak, tetapi agama menganggap semua penggunaan dari persendian itu untuk kebaikan maka itu sebagai sedekahnya. (Riadhus Shalihin).

Subhanallah, Allah, Maha Pencipta Yang Maha Sempurna. Perkara yang sungguh mengagumkan di dalam Hadist Rasulullah SAW, kurang lebih 14 abad yang lalu, dimana pada waktu itu belum ada penelitian dan penerbitan anatomi tubuh. Rasulullah Saw telah menyebutkan secara tepat jumlah sendi-sendi pada tubuh manusia dengan sangat detail yakni 360 sendi. Benarkah angka tersebut? Ataukah hanya sebuah perkiraan belaka.

Seorang Doktor muslim bernama Hamid Ahmad ternyata berhasil mengungkapkan sebuah rahasia tentang 360 sendi tubuh manusia tersebut. Dalam sebuah bukunya yang sangat menakjubkan ‘Perjalanan Iman Di dalam Tubuh Manusia’, beliau secara rinci menjelaskan 360 ruas tubuh tersebut terdiri dari : 147 sendi-sendi yang terdapat pada tulang punggung, 24 sendi-sendi terdapat pada dada, 86 sendi-sendi terdapat pada area atas (tulang bahu, siku tangan, pergelangan tangan dan tulang-tulang tangan), 92 sendi yang terdapat pada area bawah (paha, lutut, tulang lutut, kaki dan mata kaki) serta 11 sendi terdapat pada tulang panggul (antara tulang punggung dan tulang ekor, tulang pangkal paha, dan pubic symphysis). Jadi jumlah keseluruhan sendi-sendi tubuh kita 360 ruas. Sedangkan sendi-sendi yang tertanam di antara tulang tengkorak tidak termasuk dalam sendi-sendi pergerakan bebas pada tulang-tulang manusia yang disebutkan di atas.

Semua sendi-sendi yang terdapat pada tubuh manusia ini mampu bergerak secara sistimatis sehingga manusia sangat fleksibel dalam gerakannya. Sendi juga dikenal dengan nama ‘sinovial arthritis’ (pelumas) karena mengandung cairan yang membantu pergerakan tulang tanpa membentur satu sama lain. Sendi peluru, sendi engsel dan sendi-sendi yang lain berfungsi secara otomatis tanpa berbenturan dengan yang lain. Kalau saja, ada satu sendi yang tidak berfungsi, niscaya kita akan merasakan nyeri atau sakit sehingga tidak bisa bergerak bebas.

Allahu Akbar, sungguh luar biasa apa yang dikaruniakan Allah Swt kepada kita. Tanpa struktur yang mengagumkan yang diberikan oleh Allah Swt tersebut, niscaya kita tidak bisa bergerak bebas dan senikmat sekarang. Oleh karena itu, maka sudah semestinya kita selalu mengutamakan kesyukuran atas karunia Allah atas sendi-sendi tubuh dengan disain yang demikian sempurna. Yang menjadikan tubuh kita sempurna dibanding makhluk yang lain.

Mungkin kita bisa membandingkan dengan makhluk lain, misalkan ketika kita berada di Kebun Binatang. Coba kita cari dan bandingkan adakah mereka yang sebagus kita. Diberikan-Nya kita berupa kerangka tulang yang berdiri tegak lurus. Tulang-tulang tsb terdiri dari tulang yang besar, kecil dan yang rawan. Allah menciptakan susunan tulang yang sangat ideal, sehingga posisi organ-organ yang lunak dan lembek berada di tempat yang aman. Allah juga menciptakan fleksibilitas gerakan yang membuat kita bisa berdiri, duduk, terlentang, membungkuk, menggenggam serta gerakan-gerakan lainnya. Cakep-cakep, manis-manis dan ganteng-ganteng semua kan?

Sebuah perenungan yang barangkali bisa kita tanyakan pada diri kita, apakah kita sudah mensyukuri atas nikmat Allah tersebut setiap hari, kemudian kita ujudkan dalam bentuk sedekah yakni berbuat kebaikan (makruf) kepada orang lain, atau sedikit berbagi rizki kepada orang lain yang membutuhkan. Atau mungkin belum terpikirkan selama ini?

Apabila ternyata memang tidak ada yang bisa diberikan buat orang lain, Rasulullah Saw menganjurkan cukuplah ucapan (Subhanallah) sedekah, ucapan (Alhamdulillah) sedekah, ucapan (La ilaha ilallaah) sedekah, dan ucapan (Allahu Akbar) sedekah.

Ataukah kita menganjurkan kebaikan dan mencegah dari munkar sebagaimana juga pernah disebutkan dalam Hadist terdahulu “…engkau damaikan antara dua orang (yang berselisih) itu adalah sedekah dan menolong orang yang berkenaan dengan tunggangannya (kendaraannya) engkau mengangkatnya atau mengangkat barang-barangnya ke atas tunggangannya itu adalah sedekah. Dan kata-kata yang baik itu adalah sedekah Dan setiap langkah berjalan untuk sembayang adalah sedekah Dan menyingkirkan sesuatu rintangan dari jalan adalah sedekah” . Atau kita akan memilih yang dianjurkan Rasulullah Saw,”memadai dari itu semua sembahyang dua rakaat sunnat dhuka.”

Wa Allahu a’lam bi ash-shawab.

(A.Kuspriyanto, Juny,2010 / dari berbagai sumber)

Selasa, 08 Juni 2010

Pentingnya Ilmu (1)

Mencari Ilmu Sepanjang Hayat

Bismillahiirohmaanirrohim, Alhamdulillahi robbil ‘aalamin wa bihi nasta’inu ‘ala umuriddunya wadin , Washolatu wassalamu ala asyrafil mursalin, sayyidina Muhammadin wa ala alihi wa shahbihi ajmain amma bakdu.

KALAU kita mau membangun sebuah gedung, sudah pasti kita membutuhkan orang yang ahli di bidang bangunan, agar gedung yang kita bangun berdiri dengan kokoh dan awet. Demikian juga kalau kita mau beribadah agar diridhai Allah SWt , haruslah mengetahui ilmu agama. Pendek kata semua hal diperlukan ilmu masing-masing sesuai kebutuhannya.
Maka sungguh tepat, Sabda Rasulullah SAW: “Man arooda dunya, fa’ alaihi bil ilmi, wa man aroodal akhirota fa’alaihi bil ilmi, wa man arooda huma fa ‘alaihi bil ilmi. Barangsiapa yang menghendaki keutamaan di dunia diperoleh dengan ilmu, barangsiapa yang menghendaki keutamaan di akhirat diperoleh dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kedua-duanya juga dengan ilmu."
Dalam salah satu Hadist, Rasulullah SAW pernah bersabda:
Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tuntutlah ilmu walau di negeri cina, sebab menuntut ilmu agama itu wajib atas tiap orang muslim. Sesungguhnya Malaikat menghamparkan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu karena ridho dengan apa yang dituntut (dicari)”. (HR. Abdul Barr).

Menuntut ilmu itu bukan saja merupakan kebutuhan kita pada saat ini saja, melainkan kebutuhan sepanjang waktu, bahkan Rasulullah SAW mengingatkan:”Tholabul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi- menuntut ilmu itu semenjak dari ayunan hingga liang lahat”. Sejalan apa yang disampaikan Rasulullah SAW, Seorang Fisiolog Rusia, pemenang hadiah nobel 1904 mengatakan “Science demands from a man all his life’ artinya ilmu pengetahuan menuntut dari seseorang seluruh hidupnya.

Ada sebuah syair lagunya Raihan, yang berjudul Bacalah : yang mengingatkan tentang ilmu
Bacalah dengan nama Tuhanmu,
Itulah permulaan ilmu
Sebagai yang telah diwahyukan
Menuntut ilmu satu kewajipan
Ilmu menjadi penyuluh jalan
Dengan ilmu dapat kemuliaan
Ilmu memajukan kehidupan
Ilmu yang baik dapat keberkatan
Sabda Rasul junjungan
Carilah ilmu pengetahuan
Dari dalam buaianHingga hari kematian
Tuntutlah ilmu hai teman
Janganlah kita siakan
Untuk masa hadapanAgama dan bangsa
Utlubul 'ilmaWalaw bissin
Tuntutlah ilmuWalau ke negeri China
Jangan berilmu tanpa amalan
Bagai pohon tanpa buahnya
Ilmu yang berkat membuatkan taqwa
Bermanfaat sesama insane

Allah Swt berfirman:
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui" (QS. Az-Zumar :9)
Kiranya dimaklumi memang tidak sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, sebagaimana tidak sama pula orang yang melihat dengan orang yang buta.
Begitulah pentingnya ilmu sehingga menjadi penyebab diangkatnya derajat orang-orang yang dikehendaki oleh Allah dari kalangan hamba-Nya. Allah ta’ala berfirman:
yang artinya, “Allah akan mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.”

Ibnu Katsir menyebutkan di dalam tafsirnya sebuah riwayat yang menceritakan bahwa Nafi’ bin Abdul Harits pernah bertemu dengan Umar bin Khattab di ‘Isfan (nama sebuah tempat). Ketika itu Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Umar pun berkata kepadanya, “Siapakah orang yang kamu serahi urusan untuk memimpin penduduk lembah itu?”. Dia mengatakan, “Orang yang saya angkat sebagai pemimpin mereka adalah Ibnu Abza; salah seorang bekas budak kami.” Maka Umar mengatakan, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”. Dia pun menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dia adalah orang yang pandai memahami Kitabullah, mendalami ilmu waris, dan juga seorang hakim.” Umar radhiyallahu’anhu menimpali ucapannya, “Adapun Nabi kalian, sesungguhnya dia memang pernah bersabda, ‘Sesungguhnya Allah akan mengangkat kedudukan sekelompok orang dengan sebab Kitab ini, dan akan merendahkan sebagian lainnya karena kitab ini pula.’ (HR. Muslim).
(QS. Al Mujadilah : 11).Wallahu a’lam bi ash-shawab (A.Kuspriyanto, dari berbagai sumber)

Kamis, 03 Juni 2010

Test Cinta

Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Kelima)



BAGI para muda sering dibikin pusing yang namanya cinta. Lantaran, mungkin karena saking “geregetan” cinta yang sering bikin sewot. Ada pepatah yang mengatakan “jinak-jinak merpati” –dekat dimata jauh di hati , kalau ditinggal malah mendekati kalau didekati di tinggal lari, kayaknya jual mahal tho. Apakah ini cinta sepihak, ataukah cinta bak gayung bersambut. Nggak tahulah, bingung kan?

Oleh karena itu, untuk menjawab kegalauan hati tentang berbagai pertanyaan adakah cinta diantara kita. Berikut ada test yang berisi lima pertanyaan dari Charlie W. Shedd dalam bukunya “How to Know if You’re Really in Love” yang telah dirangkum dalam Reader’s Digest (Juni 1982)
Tentunya akan sangat membantu, minimal sebagai bahan pertimbangan bagi yang belum menikah , tentang perspektif perkawinan yang akan dijalani memiliki bibit-bibit yang memungkinkan untuk berkembang bersama dalam jangka panjang. Sedangkan bagi mereka yang sudah terlanjur berkeluarga, dapat sebagai bahan pertimbangan untuk memupuk cinta mereka.

Pertama, test kemerdekaan (The Liberty Test)
Pertanyaan pertama ini ditujukan untuk mengetahui , apakah kita saling mendukung untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sendiri secara pasti, untuk memiliki teman-teman secara terpisah dengan kita, dan untuk merasa bebas sebagai individu?
Letak kebesaran semangat cinta adalah ‘menciptakan ruang kebebasan’. Tentunya perkawinan yang baik menyediakan peluang bagi kedua pihak untuk mengembangkan kemandirian yang sehat (a healty independence). Tidak ada paksaan untuk mengikuti kecenderungan masing-masing. “Masak dari dulu hingga kini, kok gitu aja, nggak berubah-berubah tho?” katanya.
Pasangan suami-istri yang bijaksana memiliki usaha belajar untuk berpandangan:”Gue kawini lhu, bukan untuk merubah lhu jadi seperti diri gue.” Tapi sebuah keyakinan bahwa masing-masing baik sendiri maupun berdua / bersama-sama dapat hidup dalam nafas sebagaimana Kahlil Gibran katakana:”Biarkan terdapat jarak dalam kebersamaan kita.” .Lebih penting lagi “Dengan perkawinan marilah kita bersama beribadah menuju ridho Ilahi.

Kedua, tes mementingkan diri sendiri (The UnselffishnessTest)
Apakah banyak hal positif kita saling mendukung, bukan atas dasar ego (dominasi) kita masing masing-masing pihak. Dalam suatu perkawinan yang baik, kematangan jiwa bukanlah apa yang akan kau lakukan untukku?, tetapi apa yang dapat kulakukan untukmu. Cinta yang tidak egois berpandangan, “Aku cinta engkau karena engkau, seperti engkau apa adanya,” Pernyataan itu dapat diungkapkan baik secara lisan maupun perbuatan.

Ketiga, tes maaf memaafkan (The mercy-apology Test)
Apakah kita menahan diri dari mengeritik yang berlebihan terhadap pasangan kita. Dan apakah dengan kebesaran hati kita mau mengakui kesalahan kita. “Maafkanlah saya, saya minta maaf, saya telah bersalah” . Hal demikian dalam upaya untuk menuju awetnya cinta. Seni tentang minta maaf adalah sesuatu yang sederhana, yakni bagaimana kita mengakui kesalahan, menyesali dan menyampaikan untuk minta maaf. Cinta yang murni menuntut suatu pengujian yang besar untuk saling memaafkan.

Keempat, tes mengenai seks (The Sex Test)
Ini test yang paling sensitif. Apakah kita ini peka terhadap kebutuhan-kebutuhan seks pasangan kita. Harapan ideal tentang hal dari dua jenis kelamin yang berbeda tidaklah bisa diharapkan sepersis-persisnya. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kompromi atau adanya saling pengertian. Maka diperlukan perundingan berbagai hal yang diinginkan untuk membicarakan tentang kerukunan dan rasa damai yang terinti (inner peace).

Kelima, test tentang keuangan (The Money Test)
Seni mengelola keuangan dalam keluarga bermacam-macam, bisa secara bersama-sama (a common phylosophy) atau dikelola berdasarkan kesepakatan. Uang dapat dimanfaatkan bagi pemeratu keluarga, atau bisa jadi sumber konflik. Apakah kita sependapat dalam mengartikan sukses dalam keuangan. Dsb.

Apabila terhadap lima butir test di atas, kita dapat sepakat “no problem”, maka dapat disimpulkan bahwa kita berada dalam alur kearah hubungan suami istri yang matang. Namun apabila masih ada beberapa pertanyaan yang belum ada kesepakatan, kiranya perlu perhatian atu proses pemahaman masing-masing secara khusus.

Kendatipun demikian apapun hasilnya, kiranya perlu dihargai karena kita telah melakukan suatu usaha dengan sungguh-sungguh. Kemudian kita tawakkal kepada Allah SWT.
Allah berfirman :"...dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu membulatkan tekad, maka ber-tawakkal -lah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT menyukai pada orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya" (QS.3 : 159)

Wallahu a'lam bi ash-shawab.


(A.Kuspriyanto, Juny ,2010)

Rabu, 02 Juni 2010

Tanda Amal Yang Diterima

Anjuran Beramal Dengan Ikhlas
(Bagian Ketiga)

Syaikh Ibnu ‘Atho’illah As Sukandari, dalam salah satu buku karya beliau “Matnul Hikam”, beliau berkata:
“Man wajada tsamrota ‘amalihi ‘aajilan fahuwa daliilun ‘alaa wujuudil qubuuli ajilan”
Barangsiapa yang menemukan atau merasakan buah amalnya sekarang (di dunia) mereka itu adalah sebagai petunjuk diterimanya amal oleh Allah kelak."

Apabila seseorang dapat merasakan manisnya amal dari hasil perbuatannya dan tidak merasa berat atau bosan untuk mengerjakannya, maka hal itu menjadi pertanda bahwa amal yang diperbuatnya tersebut diterima oleh Allah. Dan di akhirat kelak ia akan menerima balasan yang berlipat ganda.
Untuk mengerjakan amal-amal tersebut tentu saja diperlukan kesabaran. Sabar dalam berkorban, sabar dalam memerangi hawa nafsu dan juga sabar dalam menderita. Dan barang siapa yang mau bersabar, maka ia patut bergembira dengan sabda Rasulullah Saw: ”Sabar itu satu perbendaharaan dari perbendaharaan syurga”
Berkaitan dengan hal ini, sebagian ahli makrifat berpendapat: “Tiada sesuatu kebaikan, melainkan sesudahnya ada akibat yang membutuhkan kesabaran. Barangsiapa yang sabar dalam menanggung keberatannya, pasti dia akan mencapai kepuasan dan kemudahan. Sesungguhnya yang demikian itu harus dengan memerangi nafsu, mau menderita di dalam meninggalkan keduniaan, kelezatannya dan kenikmatannya”.
Dengan demikian, tentunya kita dapat menjenguk ke dalam hati kita sendiri, apakah sudah merasakan manisnya amal yang kita perbuat ataukah belum. Jika belum, maka sebaiknya kita harus lebih bersungguh-sungguh, sabar serta ikhlas dalam beramal.
Allah Swt berfirman: ”Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.”. (Al Israa:19)
Wallahu a’lam bi ash Shawab.
(A.Kuspriyanto, Juny, 2010)

Ibnu 'Athoillah : Tingkatan Ikhlas

Anjuran Beramal Dengan Ikhlas
(Bagian Kedua)

Nama lengkapnya Tajuddin, Abu al-Fadl, Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Karim bin Atho’ al-Iskandari al-Judzami al-Maliki al-Syadzili. Pengarang kitab al-Hikam yang cukup populer di negeri kita ini, berasal dari bangsa Arab. Nenek moyangnya berasal dari Judzam yaitu salah satu Kabilah Kahlan yang berujung pada Bani Ya’rib bin Qohton, bangsa Arab yang terkenal dengan Arab al-Aa’ribah. Kota Iskandariah merupakan kota kelahiran sufi besar ini. Suatu tempat di mana keluarganya tinggal dan kakeknya mengajar. Kendatipun namanya hingga kini demikian harum, namun kapan sufi agung ini dilahirkan tidak ada catatan yang tegas. Diperkirakan dilahirkan sekitar tahun 658 sampai 679 H (DR. Taftazani). Ayahnya termasuk semasa dengan Syaikh Abu al-Hasan al-Syadili -pendiri Thariqah al-Syadziliyyah. Syaikh Ibnu ‘Atho’illah As Sukandari, dalam salah satu buku karya beliau “Al-Hikam”, beliau membagi ikhlas menjadi tiga tingkatan sesuai dengan tingkatan manusia.

Pertama, ikhlas al-’ibaad (ikhlas para hamba); ialah amal perbuatan yang bersih dari riya’ dan yang menjadi bagian dari nafsu. Mereka beramal semata karena Allah, sambil mendambakan pahala dari_nya atau keselamatan dari siksa-Nya.

Kedua, ikhlas al-muhibbin (keikhlasan para pecinta); ialah amal perbuatan semata karena Allah Swt. Sambil ber-ta’dzim dan hormat kepada-Nya. Mereka memandang bahwa Allah berhak disembah dan diagungkan. Mereka beramal tidak karena ingin pahala atau lari dari siksa-Nya.

Ketiga, ikhlas al-‘arifin (keikhlasan para wali yang mengenal Allah); ialah penyaksian mereka bahwa al-Haq sendiri (tanpa sekutu) yang menggerakkan dan mendiamkan mereka. Sama sekali mereka tidak memandang bahwa diri mereka memiliki kekuatan untuk mengamalkan amalan yang mereka amalkan. Mereka tidak merasa mengamalkan apa-apa, tetapi Allah yang menggerakkan mereka.
Demikian tingkatan ikhlas, tentunya kita dapat mengevaluasi amal kita masing-masing, apakah ada yang sesuai dengan salah satu tingkatan ikhlas di atas.
Wallahu a'lam bi ash-shawab.
(A.Kuspriyanto, Juny, 2010)

Selasa, 01 Juni 2010

Cinta Bukan Cinta?

Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Keempat)

MEMANG tidak mudah mejadi ‘Jomblo’. Naksir sana-naksir sini. Naik gunung-turun gunung, muter-muter dari desa ke desa sampai menyusuri lembah dan ngarai belum tentu cocok dengan selera. Kalau ada yang naksir, boleh jadi cinta bertepuk sebelah tangan. Sudah terlanjut ‘ngebet’ cintanya, ternyata Si dia hanya berteman saja. Aduuh… kasihan deh lhu.
Oleh karena itu, agar kita tidak terlalu kecewa,berkut ada beberapa rambu-rambu cinta yang diilhami tulisan L. Kirkendall yang mengisyaratkan adanya perasaan cinta tetapi bukan cinta.

Mendapatkan kesenangan dalam pacaran, disalahtafsirkan sebagai cinta.
Siapa yang tidak senang pacaran? Saat-saat berkencan seringkali menimbulkan rasa senang. Perasaan-perasaan senang sesaat tadi, sering pula dianggap bahwa satu sama lain telah cocok dalam berbagai aspek kehidupan. Padahal sebenarnya belum. Berbagai persoalan misalnya dalam hal keuangan, mengasuh anak dsb. Guna menuju cinta yang matang diperlukan kesepakatan dan kesesuaian dalam banyak hal tersebut.

Rasa bangga disalahtafsirkan sebagai cinta.
Orang pacaran sering kali merasa bangga kalau berhasil mendapatkan cinta dari idola kelompoknya. “Nih gue jagoan tulen, dapet nggaet si cantik yang jadi rebutan. Padahal Gue nggak pake jopo montro – jaran goyang, setan kober. Si Die sudah terkintil-kintil” katanya dengan sangat bangganya. Sebenarnya perasaan demikian belum tentu menunjukkan cinta, akan tetapi hanya rasa puas dalam menundukkan pujaan kelompoknya.

Daya tarik seksual disalahtafsirkan sebagai cinta.
Mata orang sedang pacaran sering kali kurang akurat. Kalau melihat lekuk tubuh yang ‘aduhai’ ,rasa gairah membara dari kontak pisik, akan mebuat bayang-bayang nikmat dalam hidup perkawinan yang akan dijalani.” Alangkah indahnya andaikan aku bisa duduk bersanding denganmu Dinda, amboiku, yang paling bahenol”, katanya. Padahal perasaan demikian belum tentu menunjukkan cinta, akan tetapi hanya godaan nafsu birahi semata.

Keinginan membrontak disalahtafsirkan sebagai cinta.
Para muda yang sedang jatuh cinta, tidak jarang yang dalam masa transisi nilai-nilai mengalami hambatan dari lingkungannya, terutama orang tua. Mereka merasa sangat dibatasi ruang geraknya dalam berinteraksi. Sehingga sebenarnya ia ingin berontak untuk mendapatkan otonomi dan kebebasan. Dan nampaknya dalam berpacaran menemukan pasangan yang dirasanya dapat menjadi teman hidup untuk mencapai kebebasannya dari kekangan orangtua sehingga ia ingin cepat-cepat kawin. Perasaan demikian disangkanya mereka telah sama-sama jatuh cinta, padahal hanyalah dorongan untuk memberontak.

Nafsu ingin memiliki disalahtafsirkan sebagai cinta.
Sesungguhnya nafsu ingin memiliki atau cemburu adalah pengejawantahan nafsu menguasai atau memonopoli, artinya ini merupakan gejala-gejala ketidaktetapan hati. Hal demikian dikiranya cinta, padahal sebenarnya cinta itu mengandung kebebasan kepada sang kekasih yang sekaligus perlindungan agar tidak menyalahgunakan kebebasan.

Nafsu ingin mengalahkan orang lain disalahtafsirkan sebagai cinta.
Kencan di kalangan para pemuda, tidak jarang yang menimbulkan persaingan. Sebuah kompetisi cinta yang hanya menunjukkan ingin berkuasa dan dinyatakan sebagai pemenang. Mereka sangat bangga karena dapat mengalahkan para pesaing lainnya. Perasaan demikian disangkanya jatuh cinta, padahal hanyalah dorongan untuk menang dalam kompetisi.

Nafsu untuk menjaga ‘gengsi’ disalahtafsirkan sebagai cinta.
Kencan di kalangan para pemuda, tidak jarang berawal dari akibat ‘pelarian cinta’ karena telah dikecewakan kekasih, sehingga mendorongnya untuk cepat mencari gantinya dan ingin cepat kawin. Bisa jadi ada pepatah yang mengatakan “teklek kecemplung kalen- tinimbang golek haluwung balen.” Seolah-olah ia mengatakan kepada temannya itu,”Aku, juga nggak cinta kau. Tunggu, sebentarr lagi kan kau dengar gue kan kawin sama orang lain.” Tapi, perasaan demikian disangkanya saling mencintai padahal perasaan untuk menjaga gengsi.

Pemberian hadiah disalahtafsirkan sebagai cinta.
Hadiah di kalangan pemuda sering dilakukan sebagai bentuk perhatian atau pernyataan sebuah ciinta. Pemberian sebuah hadiah memang bisa menimbulkan rasa senang dan merupakan ungkapan cinta murni. Akan tetapi, hal demikian tidak selalu berarti cinta melainkan sebagai bentuk “pemaksaan secara halus” kepada si penerima agar tercipta kelangsungan hubungan yang manis. Hadiah semacam ini biasanya datang dari cinta sepihak atau dari si pemberi. Sementara itu, bagi penerima hadiah merasa senang yang dikiranya sebagai rasa cinta, padahal hanya rasa terikat atau tidak sampai hati.

Begitulah kira-kira beberapa hal yang dapat menjadikan kita mengambil sebuah kesimpulan tentang perasaan cinta yang sebenarnya bukan cinta. Tentu sebuah pembelajaran yang sangat berharga untuk dilewatkan dan sebuah memori yang sangat indah untuk dikenang agar kita menjadi orang yang cerdik. Rasulullah Saw mengingatkan: ”Orang yang cerdik ialah orang yang dapat menundukkan hawa nafsunya dan beramal untuk sesuatu sesudah matinya nanti sedang orang ahmak (kurang akal) ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan menggantungkan berbagai harapan kosong terhadap Allah” (HR. Tirmidzi)
Wallahu a’lam bi ash shawab.
Bersambung…

(A.Kuspriyanto, Juny, 2010 /cahayamu-abadi)