Sabtu, 10 Maret 2012

Ungkapan Hati


Dari Orang Bodoh Yang Tak Kunjung Pintar
Posting by: Kuspriyanto

BETAPA terbatasnya pengetahuanku ini , sementara dihadapanku terbentang pengetahuan yang sangat luas , seperti setetes air yang ditumpahkan di lautan. Secuil pengetahuan tentang diri sendiri pun tak aku pahami, apalagi terhadap orang lain bahkan terhadap semua permasalahan hidup ini. Barangkali ini merupakan bagian dari sekian tantangan zaman yang umumnya dihadapi pada saat ini. Seperti yang disampaikan Prof Dr. Muhammad Quraish Shihab, dalam salah satu buku beliau “Menabur Pesan Ilahi (2006) “ diuraikan tentang keterbatasan pengetahuan yang bukan saja berarti ketiadaan ilmu, tetapi juga ketidakmampuan dalam memilah, mengamalkan, dan menyosialisasikannya. Bisa jadi, kita telah memiliki dari yang secuil tadi, tetapi iradah, kemauan, dan tekad kita yang tidak cukup.

Maka bagaimana mungkin dengan ketidakmampuan diri ini bisa mencari kesalahan orang lain. Konon , sekarang ini ada sebagian dari masyarakat kita yang dijangkiti penyakit “serba tahu” sehingga sering menjustifikasi dan menyalahkan orang lain.
Kadang kita tidak mengetahui apa yang kita kehendaki. Kita tidak bisa membedakan mana yang utama dan mana yang tidak , mana yang penting dan mana yang tidak penting, mana keinginan dan mana keperluan. Bahkan kita tidak bisa membedakan mana kawan yang sebenarnya dan mana pula lawan karena ‘iming-iming’ keuntungan material yang diperoleh.
Aku teringat dalam salah satu Hadist Nabi Saw bersabda :”Hati-hatilah kamu, jangan duduk berdekatan dengan orang pandai, kecuali yang mengajakmu “dari 5 ke 5” yaitu:
Pertama, dari keraguan kau diajak menuju ke “keyakinan”.
Kedua, dari kesombongan kau diajak menuju “tawadlu”.
Ketiga, dari permusuhan kau diajak menuju perdamaian.
Keempat, dari riya’ kau diajak menuju ke “ikhlasan”.
Kelima, dari rakus harta kau diajak menuju zuhud.

Maka , masih melekat dibenakku pesan Pak Kyai mengutip nasihat Abu Darda’ : Kun ‘aliman au muta’aliman au mustamian wala takun arrobi’a fatahallaka ya’ni miman laa ya’lamu walaa yastami’u

“Jadilah kamu pendidik, atau anak didik, atau pendengar (yang baik), jangan mendaftarkan orang yang ke empat (yakni) bukan pendidik, bukan anak didik atau bukan pendengar yang baik, jika demikian halnya, pasti kamu binasa."

Mudah-mudahan Allah Swt. menolongku agar dapat selalu menimba ilmu, dan menjauhkan diri dari golongan orang yang ke-empat.

Wallahu 'alam bi shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar