Jumat, 25 November 2011

Selamat Tahun Baru 1433 H


Selamat Tahun Baru 1433 H
Bahan Muhasabah Diri
Posting by : Mas Kus

ESOK hari kita akan memasuki tahun baru 1433 Hijriah, yang diawali hari-hari pertama di Bulan Muharram. Tentu saja ketika mengingat bulan Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam sistem kalender Islam, pasti tidak bisa dilepaskan dari peristiwa hijrahnya junjungan kita Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah, sekitar 1433 tahun yang lalu. Sebuah peristiwa bersejarah yang patut diperingati dan disemangati sebagai tonggak transformasi spiritual-sebuah perjuangan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik. Maka sejalan apa yang disampaikan Ibnu Katsir, bahwa hijrah merupakan pemisah dua fase, yaitu fase pembangunan aqidah (di Makkah) dan pembangunan pilar-pilar negara serta perlindungannya di Madinah. Hijrah juga merupakan titik tolak terbentuknya Daulah Islamiyah dan pengeluaran manusia dari kegelapan menuju cahaya.

Maka , seiring makna hijrah, yang bukan hanya dimaknai secara makani atau berpindah secara fisik, melainkan juga hijrah secara maknawi yang artinya berpindah dari suatu nilai yang kurang baik menuju nilai yang lebih baik, dari kebatilan menuju kebenaran, dari kekufuran menuju ke-Islaman dsb. Ada yang kiranya patut direnungkan sebagai suatu muhasabah, bahwa sejauh mana kita berupaya dan menyikapi dari sebuah perubahan dari fase sekarang menuju fase hari esok yang lebih baik, dalam meraih ridha Ilahi. Terlepas dari apapun posisi kita dan dimana pun kita berada.

Persiapan Jelang Asyura'
Sebagai bagian dari memaknai tahun baru Hijriyah adalah menunaikan apa yang dianjurkan Rasulullah Saw dalam meraih keutamaan puasa Asyura' di bulan Muharram ini. Sebagaimana diketahui banyak keutamaan di dalam bulan Muharram ini sehingga disebut bulan Allah (syahrullah). Pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram yang masyhur dikenal sebagai hari asyura’. Allah menyelamatkan nabi Musa as dan bani Israil dari kejaran Fir’aun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah menetapkan puasa tanggal 10 Muharram sebagai rasa syukur atas pertolongan Allah.

Ibnu Abbas r.a berkata: Ketika Nabi saw telah hijrah ke Madinah maka ia melihat orang-orang Yahudi puasa pada hari asyuraa, maka Nabi saw bertanya : Hari apakah yang kamu berpuasa? Jawab mereka: Hari ini hari besar. Pada hari ini Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun dengan tentaranya, maka Nabi Musa as telah berpuasa untuk syukur kepada Allah, dan kami pula puasa pada hari ini. Maka sabda Nabi Saw bersabda:”fanahnu ahaqqu wa aula bimuusaa minkum fashoomahu warasuulallahi shollallahu ‘alaihi wassalama wa amara ash-haabahu bishaumihi.” Maka kamilah yang lebih layak mengikuti Musa dari pada kamu, lalu nabi saw puasa dan menyuruh sahabat-sahabat supaya puasa. (HR Bukhari, Muslim) Yakni Rasulullah saw merasa lebih layak untuk mensyukuri dan memperingati hari-hari kemenangan agama Allah dan perjuangan–perjuangan para Nabi RasulNya.

Dalam keterangannya Imam Al Faqih menyebutkan bahwa disebut ‘asyura’ karena persis hari kesepuluh Muharram. Sementara menurut pendapat yang yang lain, karena para Nabi dimulayakan dengan 10 kehormatan:
1. Diterimanya taubat Nabi Adam as
2. Diangkatnya derajat Nabi Idris as
3. Mendaratnya kapal Nabi Nuh as
4. Dilahirkan dan dilantiknya nabi Ibrahim as selalku khalilullah, serta diselamatkannya dari kobaran apai namrudz
5. Diterimanya taubat nabi Daud as
6. Diangkatnya nabi Isa as ke langit
7. Diselamatkannya nabi Musa as
8. Ditenggelamkannya Fir’aun
9. Dikeluarkannya Nabi Yunus dari dalam perut ikan
10. Dikembalikannya kerajaan Nabi Sulaiman as.

Abu Qatadah ra berkata:” suila Rasuulullahi Shallallahu ‘alahi wassalam ‘an shiami ‘aasyuuraa’? Faqaala : Yukaffirussanatal maadhiyah . Rasulullah saw ditanya tentang puasa ‘asyuura’, maka jawabnya : dapat menebus dosa setahun yang lalu (HR Muslim)
Dosa-dosa yang terlebur karena amal ibadah itu adalah dosa-dosa kicil, adapun dosa-dosa besar, harus melalui taubat dengan mengikuti syarat-syaratnya.

Maka kita dianjurkan berpuasa pada hari asyura’ yang dapat dilaksanakan dengan beberapa pilihan dengan satu hari sebelum atau sesudahnya. Rasulullah Saw bersabda:” Puasalah kalian pada hari Asura, bedakanlah dengan orang-orang Yahudi, berpuasalah satu hari sebelum dan sesudahnya.”

Selamat, Tahun Baru 1433 Hijriyah

Wallahu a'lam bi syawab

Selasa, 01 November 2011

Puasa Sunnat Arafah


Keutamaan Puasa Sunnat Arafah
Posting by : Mas Kus

APABILA kita sudah terbiasa menjalankan puasa sunnat, maka pada bulan Dzulhijjah sangat dianjurkan bagi kaum muslimin menjalankan puasa sunnat Arafah, khususnya bagi yang tidak menjalankan ibadah haji.
Puasa sunnat ini dilaksanakan pada hari Arafah yakni tanggal 9 Dzulhijjah pada kalender Qamariyah atau Hijriyah. Kesunahan puasa Arafah tidak didasarkan adanya wuquf di Arafah oleh jamaah haji, tetapi karena datangnya hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Maka, bisa jadi hari Arafah di suatu tempat tidak sama dengan di Arab Saudi.

Tentang keutamaan berpuasa di hari Arafah , Qatadah r.a. berkata : Nabi Saw bersabda: "Bahwasanya puasa pada hari arafah itu dapat menebus dosa dua tahun yang lalu dan tahun yang akan datang". ( Riwayat Muslim)

Alfudhail berkata :”Siapa yang dapat menjaga lidah, pendengarannya dan penglihatannya pada hari Arafah, maka akan diampunkan baginya dari hari Arafah itu hingga hari Arafah tahun yang akan datang.” (Dalam Irsyadul ‘Ibad).

Wallahu a’lam bi syawab

Selasa, 18 Oktober 2011

Menyongsong Ibadah Qurban 1432 H



Esensi Sebuah Pengorbanan
Posting by : Kuspriyanto

TIADA terasa sebentar lagi kita akan memasuki bulan Dzulhijjah 1432 H. Dimana kita akan memperingati satu diantara sekian hari-hari Allah, yakni disyariatkannya ibadah qurban. Hari dimana seorang Nabi Allah Ibrahim as, menorehkan sejarah pengorbanannya dengan tinta emas dalam sejarah manusia. Beliau seorang Nabi yang mendapat gelar khalilullah, adalah seorang nabi yang banyak menerima ujian dan tantangan sepanjang hidupnya, selalu diiringi dengan pengorbanan demi pengorbanan yang begitu beratnya. Berbagai ujian yang ia jalani, ternyata tidak menyurutkan dalam pengabdiannya kepada Allah. Kekayaan, urusan keluarganya, bahkan anak satu-satunya yang sangat ia sayangi ia korbankan dengan tabah dan tawakkal untuk melaksanakan perintah Allah SWT.

Sebuah riwayat, bagian dari prosesi penyembelihan Ismail as, disebutkan ketika Nabi Ibrahim hendak pergi melaksanakan penyebelihan. Dia berkata kepada isrinya Hajar “Pakaikan anakmu Ismail, pakaian yang paling baik, karena aku akan mengajaknya pergi bertamu.” Maka, Hajar pun memakaikan pakaian yang bagus, memberi minyak wangi dan menyisir rambutnya,” Kemudian Ibrahim as. Dan Ismail pergi dengan membawa tali dan pisau menuju ke kota dekat Mina. Maka pada hari itu Iblis terkutuk mengalami kesibukan yang luar biasa. Sejak mulai diciptakan tidak sesibuk hari itu. Maka dia pun berupaya dengan berbagai cara untuk menggagalkan niat Ibrahim as. yang akan melaksanakan perintah Allah SWT, tapi Iblis pun tak berhasil.

Gambaran keteguhan Beliau antara lain dapat kita simak dalam dialog keduanya pada jenak-jenak terakhir sebelum tiba kesepakatan besar. ”Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:”Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang orang yang sabar”. (QS: 37:102)
Betapa Ibrahim memanggil dengan penuh kasih sayang kepada anaknya:” “Ya Bunayya, anakku tersayang?” Kemudian Ibrahim bertanya kepada anaknya dengan hati-hati; “Cobalah pertimbangkan bagaimanakah pendapatmu tentang itu?” Dapat dibayangkan bagaimana perasaan yang berkecamuk di relung hatinya. Putranya Ismail as. dengan kebesarannya jiwanyai menjawab ,”Wahai ayahku tersayang, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang orang yang sabar”

Ringkas cerita ketika Nabi Ibrahim dan Ismail As, telah pasrah bulat-bulat dan tawakkal kepada Allah SWT kemudian Allah SWT memberikan kabar gembira , menyuruh Ibrahim menghentikan pengorbanan anaknya dan Allah berkenan menggantinya dengan seekor domba yang besar dari surga. “Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar . Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim” (QS Ash-Shaffat: 107-109)

Kita ketahui bersama, bahwa sebenarnya ibadah qurban bukan hanya sekedar ritual menyembelih ternak serta membagi-bagikan dagingnya, melainkan merupakan media mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT untuk meraih keridhaan-Nya. Sehingga pernah terjadi pada Sahabat Bilal bin Rabah, Abu Hurairah serta beberapa sahabat yang lain terpaksa hanya mampu berkurban ayam untuk ikut bersedekah qurban untuk menyatakan kepada Allah SWT (diriwayatkan dalam Subulus Salam). Demikian pula Ibnu Abbas ra pernah ketika datang hari qurban (yaumunnahr) memerintahkan kepada pelayannya agar membeli daging untuknya dengan 2 keping dirham, serta membagikannya kepada masyarakat dengan memberitahukan hal itu sebagai qurban ibnu abbas (Demikian dalam Fiqh Aktual, Dr. Setiawan Budi Utomo).

Dalam surat Al Hajj 37, Allah SWT berfirman:”Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan darimulah yang dapat mencapainya.”

Menurut Imam Alm Ghazali dalam bukunya “Ayyuhal Walad”, ada empat hal yang harus dilakukan orang yang menempuh jalan taqarrub kepada Allah. Pertama, punya keyakinan yang benar dan jauh dari unsur bid’ah, Kedua, melakukan taubat nashuha, dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi kemaksiatan. Ketiga, minta keridhaan orang yang menjadi jmusuhnya (menyelesaikan haqqul adamiyah). Keempat, belajar ilmu agama, agar bisa menjalankan agama dengan benar.Disamping hal tersebut, Islam menekankan kepada kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan ibadah kepada Allah (hablumminnallah) dan hubungan baik dengan sesama (hablumminnas).

Esensi Sebuah Pengorbanan

Dalam benak kita mungkin terbersit sebuah pertanyaan , mengapa kita harus bersusah payah dalam hidup ini untuk selalu berkorban. Kenapa ? Pengorbanan yang tidak jarang diwarnai berdarah-darah dan ratapan air mata. Tapi hidup ini berjalan sesuai dengan Sunnatullah yang harus dilalui dengan segala dinamikanya, karena hidup adalah ujian semata dari allah SWT yang menuntut pertanggungjawaban, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun" (QS 67: 2)

Tidak bisa dipungkiri bahwa pada hakikatnya hidup ini tak akan pernah lepas dari sebuah pengorbanan, sehingga dengan kata lain pengorbanan senantiasa hadir sebagai keniscayaan hidup. Hanya ada satu hal yang dapat memutus siklus pengorbanan manusia dalam perjalanan hidupnya adalah kematian. Bahkan dengan pengorbanan dapat mengantarkan setiap pribadi menuju kematangan pribadi dan kejayaan hidup.

Lihatlah bagaimana junjungan kita Nabi Muhammad SAW , harus berkorban demi dakwahnya sepanjang 22 tahun, harus menghadapi kekejaman kaum kafir Quraiys, Beliau dicaci maki, difitnah, disakiti, dikucilkan bahkan diancam keselamatan jiwanya. Namun demikian tidak membuat perjuangan Beliau surut ke belakang. Dan Rasulullah SAW menghadapinya dengan ketegaran, kesabaran dan keluhuran akhlaq beliau. Pernah suatu saat ketika Beliau menghadapi ancaman, Rasulullah SAW mengatakan :” Aku bersumpah demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, kemudian memintaku untuk menghentikan misi ini, aku tidak akan berpaling dari misi tersebut hingga Allah memberiku kemenangan atau aku binasa di sana.”. Begitulah akhirnya setelah melalui berbagai rintangan yang berat dan melelahkan, bahkan disertai pengorbanan yang penuh dengan darah dan air mata, akhirnya beliau mencapai kemenangan yang gemilang.

Tengoklah kisah Nabi Yusuf As, bagaimana beliau harus mengorbankan masa mudanya di dasar sumur yang gelap, lalu rela dijebloskan di penjara yang begitu melelahkan;
Kita tengok kisah Nabi Nuh, bagaimana beliau mengorbankan 950 tahun masa hidupnya untuk berdakwah dan akhirnya hanya mendapat dua belas pasang pengikut;
Kita lihat bagaimana nabi Musa dan Harun harus melewati jalan terjal dalam menyampaikan dakwahnya dan berhadapan dengan Penguasa dholim Fir’aun yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan.
Kita saksikan kisah Ashabul Kahfi, bagaimana para Pemuda di Zamannya yang dengan rela hati meninggalkan Kota, mengorbankan masa muda mereka hidup di dalam Gua untuk mempertahankan agama yang diyakininya.

Dengan ibadah qurban dapat diimplementasikan dengan meningkatkan kepedulian sosial atau kesalehan sosial lainnya. Karena pengorbanan itu pada hakikatnya tidak terbatas para hari raya saja, melainkan setiap saat setiap waktu dan kesempatan dibutuhkan pengorbanan . Dan nilai pengorbanan tentunya tergantung dari keikhlasan serta tingkat kesulitan apa yang dikurbankan. Sedangkan kesempurnaan apa yang kita kurbankan tentunya bersifat situasional, kontekstual dan kasuistik bergantung kepada kondisi, situasi, relevansi dan posisi seseorang dari amalan tersebut.

Oleh karena itu, sebagai umat Islam yang konsisten dengan agamanya, apabila memiliki kelonggaran rizki, tentunya tidak akan merasa keberatan melaksanakan perintah ibadah qurban tersebut, sebagai wujud melaksanakan perintah Allah SWT dalam surat Al Kautsar (Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah), serta melaksanakan himbauan Rasulullah Saw yang disampaikan oleh Aisyah RA : “ Tak ada suatu amalan dari keturunan Adam pada hari Nahar yang lebih dicintai oleh Allah Azza wa Jalla daripada mengalirkan darah (menyembelih qurban); dan sesungguhnya akan datang pada hari qiamat dengan tanduknya, dengan kotorannya, dan dengan rambut-rambutnya; dan sesungguhnya darah yang mengalir itu akan sampai kepada Allah (diterima) sebelum darah tersebut jatuh ke tanah. Makasucikanlah dirimu dengan berqurban.” (HR At Tirmidzi dan Abu Daud).

Wallahu a'lam bishawab.
Magelang, 19 Oktober 2011

Selasa, 06 September 2011

Puasa Enam Hari Bulan Syawwal


Meraih Pahala Puasa Sunnat Bulan Syawwal
Posting by : Mas Kus

Abu Ayub Al-Anshari r.a telah menceritakan hadist bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:”Man shooma romadhoona tsumma atba’ahu sittan min syawwaalin faka-annamaa shooma dahra- Barang siapa yang puasa bulan Ramadhan kemudian mengiringinya dengan (puasa) enam hari dari bulan Syawwal, maka seakan-akan ia puasa satu tahun.” (Riwayat Khamsah kecuali Bukhari)

Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawwal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, dikatakan demikian karena setiap hari sama pahalanya dengan sepuluh hari , Allah Swt berfirman : Man jaa-a bil hasanati falahuu ‘asyru amtsaalihaa - Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya. (Surat Al An’am : 160)
Dengan demikian kalau kita berpuasa 1 bulan Ramadhan pahalanya sama dengan berpuasa 10 bulan, sedangkan puasa 6 hari di bulan syawwal pahalanya sama dengan puasa 60 hari atau 2 bulan, sehingga secara keseluruhan pahalanya sama dengan berpuasa 12 bulan atau satu tahun penuh.

Kemudian dalam pelaksanaan puasa sunnat ini, dalam riwayat Imam Nasa’I disebutkan bahwa seandainya seseorang memisah-misahkan yang enam hari tersebut, atau ia kerjakan pada pertengahan terakhir bulan Syawwal, hal itu dianggap cukup, tetapi yang lebih utama ialah hendaknya enam hari syawwal dilakukan secara berturut-turut, dan sehabis hari raya idhul fitri.

Membiasakan puasa Syawal memiliki beberapa manfaat :
1. Puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh;
2. Bahwa jiwa manusia sesudah menunaikan puasa ramadhan lebih cenderung kepada makanan dan apa-apa yang diinginkannya. Kemudian apabila ia kembali berpuasa dengan perintah Allah Swt, maka hal itu akan terasa berat, karena itu pahalanya pun besar;
3. Membiasakan puasa sunnat 6 hari di bulan Syawwal merupakan serangkaian upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt yang tidak terputus dengan berlalunya bulan yang penuh rahmat, maghfirah (bulan Ramadhan).

Barangkali dapat diambil hikmah sebuah nasihat ketika ada seorang Ulama’ salaf yang ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya di bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi. Kata beliau ,”Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah secara benar kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang yang shalih adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh di sepanjang tahun”.

Wallahu a’lam bi shawab.
(Sumber : Mahkota Pokok2 Hadis Rasulullah Saw, dll)

Selasa, 30 Agustus 2011

Selamat Hari Raya Idhul Fitri 1432 H



Meraih Keberhasilan Idhul Fitri
Posting by : A.Kuspriyanto

Allahu Akbar 9x Kabirau walhamdulillahi katsiirau wasubhanallahi bukratau wa-ashiilaa. Laa ilaahaillallah wallahu akbar , allahu akbaru walillahi hamdu
Alhamdulillahiladzii ahallanal yaumaththo’aama wa harromashshiyaama wa ja’alal ‘iida min sya-‘aairil islam. Asyhadu allailaahaillallahul malikul ‘allam, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhul haadi ilaa sabiilissalam. Allahumma sholli wasallim ‘ala sayyidiina muhammadin wa ‘alaa aalihii wa-asyhabiihil kiroom amma ba’du.
Fayaa ‘ibaadallahittaqullaha haqqatuqaatihii walaa tamuutunna illa wa antum muslimun

Tiada kata terindah yang bisa terucap selain puji syukur kepada Allah yang Maha Ghafur, hanya atas kudrat dan iradat-Nya, hidayah serta Taufiq-Nya kita dapat berjumpa kembali di hari raya 1 Syawal 1432 H dalam suasana penuh kebahagiaan. Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad Saw, keluarganya, tabiit-tabiin serta para pengikutnya yang istiqomah mengikuti ajarannya.


Allahu akbar 3x walillahi hamdu.
Sejalan dengan esensi puasa, Allah SWT telah memberikan fasilitas yang ekslusif kepada kita, sebulan penuh puasa di Bulan Romadhan. Maka sudah sepantasnya kesempatan itu dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh.

Rasulullah SAW bersabda: Man shaama Romadhoona iimanan wahtisaaban ghufiralahu maa taqaddama min dzambihi : Barangsiapa yang berpuasa di bulan romadhan karena iman dan ikhtisaban, maka akan diampuni dosanya yang telah terlewati. Artinya bahwa puasa yang kita kerjakan hendaknya memenuhi dua hal :Pertama, dengan semangat keimanannya, mampu menahan syahwat, membelenggu nafsu, menghantarkan jiwa dan sikap kita menuju peningkatan /perubahan kepada akhlaq yang karimah. Kedua, Puasa yang diiringi dengan semangat ihtisab. Ihtisab berasal dari kata hasaba yahsibu hisban hisaban ihtisaaban, yaitu semangat menghitung, maksudnya bermuhasabah, mengevaluasi diri kita, sudah sejauh mana kualitas ibadah yang kita kerjakan.

Ada satu maqolah , dari Sayyidina Ali K.a yang artinya:”Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia adalah orang yang beruntung, dan barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia adalah orang yang merugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang hancur. Maka output dari puasa kita dalah menjadi orang yang lebih shalih / shalihah.

Suatu ibrah, pelajaran bagi kita bagaimana makhluk Allah SWT yang bernama ulat pun juga berpuasa. Ulat adalah makhluk yang menjijikkan, tidak disukai orang, hama yang merugikan. Tapi ia berpuasa menjadi kepompong, kemudian setelah mencapai masanya ia berubah menjadi kupu-kupu, makhluk yang indah. Kehandirannya senantiasa memberikan kesejukan. Bila ia hadir di taman akan menambah keindahan dan pesona yang melihatnya. Kalau ia masuk rumah, maka kehadirannya sebagai pertanda akan kehadiran tamu kehormatan.

Pada siisi yang lain, ada pula makhluk Allah yang bernama ular, juga melakukan puasa, ia merupakan makhluk yang buas dan berbahaya. Ketika ia berpuasa, ia mengurung diri di sarangnya hingga berganti kulitnya. Akan tetapi setelah ia berganti kulit yang baru, ia pun keluar dari sarangnya sebagai ular yang lebih buas dan lebih berbisa dengan “seragam barunya”. Oleh karena itu, nilai keberhasilan puasa nampaknya bukan hanya diukur ketika saat berpuasa saja melainkan juga waktu waktu setelah berpuasa.

Allahu akbar 3x walillahi hamdu.

Salah satu keberhasilan apa yang kita kerjakan pada bulan puasa, tentunya bukan hanya diukur pada waktu bulan puasa saja, justru indicator keberhasilan atsarnya akan nampak setelah kita selesai mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, yakni mulai bulan syawal ini hingga 11 bulan ke depan. Artinya setelah menunaikan shalat id, dan seterusnya mampukah kita menjaga nilai-nilai kesalihan hingga bulan Ramadhan yang akan datang secara istiqomah. Menurut Imam Al Faqih , istiqomah ditandai dengan 4 perkara:
1. Tidak mudah dipengaruhi budi seseorang dalam menegakkan yang haq
2. Tidak gentar dalam mengatasi problema yang menghadang dalam mencapai yang haq
3. Mampu mengendalikan hawa nafsu dalam menjalankan perintah Allah SWT
4. Segala fasilitas yang dimiliki tidak membuatnya lupa (selalu taat) kepada Allah SWT.

Allahu akbar 3x walillahi hamdu

Sebagai manusia memang kita menyadari kelemahannya :” …dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An Nisa’ :28) Suatu kelemahan, dimana kita cenderung mudah tergoda untuk berbuat dosa dan mengotori kesucian jiwanya. Kita punya hati, kadang tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, kita memiliki mata tetapi kadang tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah , dan kita punya telinga juga kadang tidak dipergunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Akan tetapi Allah Swt Maha Pemaaf, lebih-lebih di bulan puasa. Seandainya kita semua mengetahui kebaikan bulan Ramadhan tentu akan berharap semua bulan menjadi Ramadhan. Rasulullah Saw bersabda. Lauta’lamu ummati maa fii romadhaana latamannau an takuunassanatu kulluha ramadhaana. (Dari Ibnu Abbas Ra. Rasullullah Saw bersabda:”Kalau sekiranya umatku mengetahui kebaikan di dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar supaya tahun semuanya itu menjadi Ramadhan.”)

Oleh karena itu, dengan perjuangan yang cukup gigih menahan berbagai godaan, dan kini kita telah sampai pada hari raya idhul fitri ini merupakan moment keberhasilan awal yang masih harus duji dan dibuktikan 11 bulan ke depan. Sebagai ungkapan rasa syukur memperingati kemenangan awal, tentu boleh orang merayakannya sesuai dengan kemampuannya masing-masing dengan azas kesederhanaan sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw dalam segala hal (tidak boros, juga tidak pelit). Baju baru dan berbagai macam makanan (bahasa Jawa : kembange mejo) nampaknya merupakaian bagian yang tak bisa dihindarkan dari tradisi lebaran. Oleh karena itu bisa dimaklumi, bagaimanapun situasinya orang akan berupaya untuk menyediakannya. Dalam hal ini ada maqolah yang mengingatkan: Laisal ‘iidu liman labisal jadiida innamal ‘iidu liman thoo’atuhu tajiiduLebaran bukan dengan pakaian / barang yang baru, tapi lebaran adalah untuk mereka yang taatnya kepada Allah semakin bertambah.

Konkritnya, akan lebih bermakna pada hari raya ini apabila kita buktikan dengan meningkatkan amal sholih seperti halnya bersilaturahmi kepada keluarga , tetangga atau bersedekah membantu kepada orang yang membutuhkan, serta amal sholih yang lain.

Nabi Saw pernah bersabda kepada Uqbah bin Amir r.a:” Wahai Uqbah! Maukah engkau ku beritahukan tentang budi pekerti ahli dunia dan akhirat yang paling utama? Yaitu: (tashilu man qotho’aka-Melakukan shilaturahim (menghubungkan kekeluargaan dengan orang yang telah memeutuskannya), (wa tu’thi man haroomaka) memberi pada orang yang tidak pernah memberimu, dan (wa ta’fuu ‘amman dhaalamaka) memaafkan orang yang pernah menganiayamu.

Untuk menjadi orang yang berakakhlaq mulia ( tidak pendendam dan pemaaf) memang tidaklah mudah, apalagi kita lakukan kepada orang yang memusuhi kita sebagaimana dianjurkan junjungan kita Rasulullah Saw. Rasulullah Saw pernah suatu waktu, dalam peperangan suci di Uhud, seorang budak hitam bernama Wahsyi, yang dijanjikan oleh tuannya akan dimerdekakan bila bisa membunuh paman Nabi yang bernama Hamzah bin Abdul Muththolib r.a, ternyata budak itu berhasil membunuh Hamzah dan ia dimerdekakan. Kemudian ia masuk islam dan menghadap kepada Nabi Saw. Ia menceritakan peristiwa pembunuhan paman nabi. Walaupun Nabi Saw telah menguasai Wahsyi dan kuasa untuk melakukan pembalasan, namun Rasulullah Saw tidak melakukannya bahkan memaafkannya. Subhanallah, sungguh mulia akhlakh beliau. Maka apabila kita bisa meneladani dan melaksanakan apa yang dianjurkan beliau, berarti nilai-nilai puasa telah tertanam dalam pribadi kita.

Allahu akbar 3x walillahi hamdu.
Marilah kita beningkan hati kita dengan senantiasa mengingat Allah, penuhi jiwa kita dengan kasih, melalui hari ke depan dengan senyuman, tetapkan langkah kita dengan syukur dan sucikan hati kita dengan permohonan maaf. Taqobballahu minna wa minkum, minal aidin wal faizin. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua, dan kita kembali fitrah dan meraih kesuksesan. Dan semoga setiap tahun kita selalu dalam kebaikan.

Saya dan keluarga menyampaikan :

Di hari yang fitri ini
Dengan ketulusan dan kerendahan hati
Yang mungkin sering membuat resah gelisah
Mohon maaf segala khilaf dan salah

Kupat kecemplung santen
Menawi kulo lepat nyuwun pangapunten

Suminten kejedug jendelo
Nyuwun ngapunten sedoyo lepat kulo
Mugi sehat lan selamet sedoyo

Di Irian ada burung Cendrawasih
Cukup sekian dan terima kasih

Magelang, 1 Syawal 1432 H (bertepatan tanggal 31 Agustus 2011)

Senin, 30 Mei 2011

Tanda-Tanda Cinta 4


Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Ke-duapuluh satu)
Posting by: Mas Kus


Tanda - tanda cinta ketujuh; sang pencinta selalu ingin mendengar nama orang yang dicintai. Senang membicarakannya, menjadikannya bak mentari pagi yang bakal menerangi dunia. Seakan tidak ada tempat lain senyaman di sisinya,sehingga tidakperlu segan dan takut lagi untuk mendatanginya. Jadi, demikianlah adanya. Kecintaannya pada sesuatu akan membuatnya buta dan tuli. Contohnya, meskipun ia tidak memperoleh manfaat sedikit pun dari tempat dimana kamu berada, tetapi kalau disitu tengah terjadi pembicaraan hangat mengenai orang yang dicintainya, pastilah ia enggan beranjak dari sana.

Bagi orang yang sedang mabuk cinta,apabila mendengar kekasihnya dicerca orang , ketika ia sedang makan, boleh jadi nasi yang ditelan itu akan tersendat di tenggorokan. Apabila nama kekasih dibuat penggunjingan saat ia minum, maka air yang diminumnya serasa penuh duri di kerongkongannya. Dan apabila nama sang kekasih tiba-tiba mewarnai orang yang baru dikenal,maka bermacam-macam tanda tanya besar pasti akan berseliweran dikepalanya. Sebab,layar batin dan pikirannya mulai dipenuhi bayangan-bayangan orang yang dipujanya selama ini.

Jika berita yang sampai di telinganya adalah buruk, maka akan terlihat perubahan mendadak pada air mukanya. Wajah yang semula cerah, tiba-tiba jadi murung. Gerak gerik yang semula lepas lepas-bebas jadi tegang-kaku dan serba salah. Lama kelamaan tutur katanya pun makin terbatas, kemudian sering diam seperti merenung kehilangan gairah komunikasi yang semula begitu tinggi.

Tanda-tanda cinta kedelapan; ciri ciri lain orang yang jatuh cinta adalah suka menyendiri, atau melamun. Dalam kesendirian itu seakan ia benar-benar menikmati kebebasannya tanpa batas. Tidak ada penghalang apa pun untuk berkelana, bergerak, dan menyeruak menuju tambatan hati. Ini semua merupakan bukti yang tidak dapat dipungkiri dan kenyataan yang tidak dapat dibantah mengenai adanya rasa cinta yang tersembunyi di balik relung labirin jiwanya.

Bersambung...
Tanda-tanda cinta ke-sembilan

Wallahu a'lam bi shawab.

Tanda-Tanda Cinta 3


Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Keduapuluh)
Posting by: Mas Kus

Tanda Cinta Keenam, perasaan senang yang terus melimpah membuat wajahnya cerah berseri. Kadang merasa sempit meskipun berada di padang yang luas. Selalu tertarik pada sesuatu yang diambil atau dipegang oleh sang kekasih. Banyak memberikan isyarat halus dan rahasia. Duduknya tidak bisa tegak, tetapi agak menyamping atau bersandar. Sering mengusap tangan saat berbicara, mengelus bagian-bagian tubuh yang nampak, mencecap sisa minuman yang pujaan hati, dan menyukai tempat-tempat tertentu yang dijadikan ajang memadu kasih dengan tambatan hatinya.

Perilaku orang yang jatuh cinta kadang berlebihan, baik rasa senang ataupun sebaliknya, kesedihan yang terlalu dalam yang bisa mencelakakan jiwa raga. Tertawa banyak dan terbahak dapat mengeluarkan air mata. Hal-hal seperti ini banyak terjadi, dan ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Sepasang kekasih yang mempunyai tingkat kecintaan yang sepadan dan terlalu ketat dibelenggu cinta, waktu waktu kebersamaan mereka sering malah dihabiskan tanpa makna. Sebab, dengan kesepadanan tersebut justru membuat masing-masing jadi lebih berani melontarkan pernyataan yang bertentatangan. Jika sudah demikian, mungkin akan muncul riak-riak kecil yang dapat berubah menjadi gelombang. Kemudian masing-masing akan mengomentari pendapat yang dilontarkan pasangannya, lalu menafsirkan dengan agak menyimpang dari makna yang seharusnya untuk menguji sejauh mana kokoh-kuatnya keyakinan masing-masing tentang pasangannya.

Perbedaan paham, perselisihan kadang merupakan suatu yang tak bisa dielakkan, akan tetapi hal tersebut akan segera pudar dan cair seiring dengan pulihnya ketenangan jiwa. Peristiwa bantah membantah hanya sekejap, dan semuanya akan menguap. Serupa mendung di musim kemarau yang ditiup angin pasat tenggara. Perselisihan kecil itupun cepat mereda , dan keduanya kembali terlibat dalam canda dan tawa dengan hati yang berbunga-bunga. Kejadian demikian bisa saja terjadi berulang kali dalam satu waktu. Memang untuk menjalin cinta sejati diperlukan perjuangan yang benar disertai rajutan kasih yang tulus, sehingga benih cinta yang dihasilkan nanti diharapkan benar-benar cinta sejati yang tidak mudah goyah dan patah ketika badai menerpanya berkali-kali.

Bersambung…
(Tanda-Tanda Cinta ketujuh)

Wallahu a’lam bi shawab.