Rabu, 09 Februari 2011

3 Perkara Lebih Agung


Mutiara Hikmah
Tiga Perkara Lebih Agung di Akhir Zaman

Rasulullah Saw pernah bersabda: ”Saya’ti ’alaikum zamaanun laa yakuunu fiihi syaiun a-’azza min tsalaatsatin : dirhamin halaalin au akhin yusta’nasu bihii au sunnatin yu’malu bihaa,” yang artinya :” Akan datang satu masa pada kalian, pada masa itu tidak ada yang lebih agung dari pada tiga perkara, yaitu dirham yang halal atau saudara yang dapat dipercayai atau sunnah yang diamalkan.” (HR. Thabrani dan Khudzaifah).

Dalam hadits tadi Rasulullah Saw memberikan isyarat bahwa akan datang suatu masa yang sangat memerlukan perhatian bagi umat Islam. Karena di masa itu tidak ada yang lebih agung dari pada pada tiga perkara, yaitu dirham yang halal atau saudara yang dapat dipercayai atau sunnah yang diamalkan oleh umatnya.

Hal ini menunjukkan betapa kemunduran akhlaq umat Islam di akhir zaman. Pada waktu itu manusia sudah rakus dengan harta hingga tidak mengenal halal dan haram. Yang penting bagaimana mendapatkan hasil yang memuaskan, tidak peduli lagi hal yang dilakukan itu melanggar agama atau melanggar Undang-undang Negara. Harta yang haram sudah sedemikian meratanya , seolah tidak ada yang halal, sampai Rasulullah Saw mengisyaratkan bahwa harta yang halal di akhir zaman lebih agung nilainya dari pada yang lain.

Pada masa itu pula ,banyak terjadi permusuhan sesamanya, bahkan sesama saudara. Dan permusuhan itu sendiri terkadang disebabkan oleh perkara yang semestinya tidak perlu dibesar-besarkan. Karena begitu banyaknya permusuhan itu, sehingga antar saudara tidak dapat lagi dipercaya, saling curiga, saling mengkhianati dan saling menjatuhkan. Oleh karena itu memiliki saudara yang dapat dipercaya adalah suatu nilai yang agung.

Pada masa itu, juga banyak orang yang mengingkari ke hujjahan As Sunnah sebagai dasar hukum setelah Al-Qur’an. Ada kelompok-kelompok tertentu yang yang menamakan ingkarus sunnah, yang dipegang hanyalah Al -Qur’an. Karena itulah Nabi Saw mengingatkan bahwa orang yang tetap mengamalkan As Sunnah adalah yang termulia di akhir zaman.

Na’udzubillahi min dzalik, mudah-mudahan kita tidak mengalami zaman yang demikian.
Wallahu a’lambi shawab.

By : Mas Kus

Selasa, 08 Februari 2011

Rintihan Do'a Zainal Abidin


Mutiara Hikmah
Jangan Sebut-sebut Ayahku...

Zainal Abidin adalah cicit Rasulullah Saw, putra Husain bin Ali bin Abi Tholib, dilahirkan pada hari Jum'at tahun 38 H.
Beliau hidup dalam masa kesuraman dan kesukaran dalam sejarah Islam. Masa yang penuh fitnah, permusuhan dan saling bunuh membunuh. Zainal Abidin mendapat gelar Ibnal Kharatain, artinya putra dua kebaikan. Pemberian nama ini diangkat dari Sabda Nabi Saw: "Ada dua kebaikan untuk Allah terdapat dalam kalangan hamba-hamba-Nya,kebaikan dalam kalangan orang-orang Arab yaitu Quraisy,kedua,kebaikan dalam kalangan bangsa 'Ajam, yaitu Persia". Pada diri Zainal Abidin mengalir dua darah tersebut, yakni dari ayahnya bangsa Quraisy dan dari Ibunya Sulafah putra raja Persia. Beliau juga mendapat gelar Assajad, maksudnya orang yang banyak sekali sujudnya.

Zainal Abidin dikenal pula kezuhudan dan ketaatannya dalam menjalankan syariat. Ibnu Ishaq menceritakan bahwa ada segolongan manusia Madinah yang penghidupannya tidak menentu, dan darimana asalnya tidak diketahui. Apalagi makan dan minumnya. Barulah diketahui setelah Zainal Abidin meninggal dunia, bahwa darinyalah mereka mendapat makan secara diam-diam di waktu siang maupun malam. Dia pula yang senantiasa merintih bergantung pada Tirai Ka'bah sambil memanjatkan do'a :

Tuhanku, Junjunganku, Pelindungku
Mata banyak telah tidur,
bintang gemintang telah tenggelam
Tetapi Engkau Maha Raja Yang Hidup dan Jaga

Tuhanku, raja-raja telah menutup pintu-pintunya
dan tirai telah membungkusnya
Tetapi pintu-Mu terbuka buat para peminta
Inilah aku,memohon didepan pintu-Mu
Pendosa yang malang dan sengsara.

Aku menghadap-Mu, menanti kasih-Mu
Wahai Maha Pemurah, Wahai Yang Pengasih
Aku bermohon pada-mu, Yaa Rabbi...

Diceritakan, bahwa beliau mengerjakan shalat dan Thawaf di Masjid Al Haram semalam suntuk, sejak waktu 'Isya' sampai waktu fajar sambil merintih kepada Tuhannya. Waktu Thawus Al Yamani menanyakan: "Putera Rasulullah! Mengapa Anda begitu cemas dan takut? Sesungguhnya orang-orang seperti saya inilah yang seharusnya melakukan seperti yang anda lakukan. Bukankah kami ini orang-orang yang selalu berbuat dosa? Sedang ayahmu adalah Husain bin Ali,Ibumu Fathimah dan Datukmu Muhammad SAW?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Zainal Abidin menjawab:"Tidak.., tidak, wahai Thawus. Jangan sebut sebut ayahku, ibuku, dan Datukku. Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan surga bagi siapa saja yang taat kepada-Nya dan berbuat kebajikan, meskipun ia seorang budak hitam dari negeri Habsyi. Dan ia menciptakan neraka bagi siapapun yang bermaksiat kepada-Nya, meskipun ia seorang Quraisy. Tidakkah kau dengar Firman Allah dalam Al Mukminun: 101 : yang artinya, "Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab diantara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya".

"Demi Allah tidak ada yang dapat memberi manfaat kelak pada hari qiamat,kecuali amal kebajikan yang akan berada di depanmu dan menjadi petunjuk jalanmu."

Wallahu a'lam bi shawab.

Mas Kus, sumber: Thasawwuf dan Jalan Hidup Para Wali)

Perjalanan Tanpa Bekal?

Mutiara Hikmah
Bekal Menempuh Perjalanan Sangat Jauh

PERJALANAN Tanpa Bekal? Sekilas kita berpikir, "Nekad kali,ah..masa ada yang bepergian tanpa bekal." Tapi memang di dunia ini serba mungkin kalau Allah Swt berkehendak. Kendatipun demikian, tentu menimbulkan pertanyaan bagi kebanyakan orang, termasuk bagi Abu Mu'thy. Beliau menanyakan kepada Hatim Al 'Ashom: " Betulkah engkau berjalan tanpa bekal di hutan ini hanya semata-mata bertawakkal?" Jawabnya: "Tidak, aku bepergian jauh pasti berbekal." "Lalu apa bekalnya", tanya Abu Mu'thy. "Ada empat perkara bekalku," jawab Hatim Al 'Ashom.
Pertama, Aku yakin bahwa dunia seisinya adalah milik Allah Swt
Kedua, semua makhluq adalah hamba-Nya;
Ketiga, segala usaha atau bekerja adalah semata hanya faktor penyebab saja, sedangkan rizki ada di tangan Tuhan dan;
Keempat, Aku yakin bahwa ketentuan-Nya pasti berlaku bagi semua makhluq."

Kata Abu Mu'thy:"Itulah bekal yang yang paling baik, karena bekalmu itu sanggup menempuh perjalanan yang sangat jauh (akhirat), maka tiada artinya jika hanya perjalanan di atas bumi (dunia)."

Wallahu a'lam bi shawab. (Dari Mas Kus)

Senin, 07 Februari 2011

Katakan Bila Kau Mencintai-Nya


Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Kesepuluh)
Posting By: A.Kuspriyanto

“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq.” (QS Taubah: 24)

SUATU bukti paling nyata bahwa seseorang mencintai-Nya adalah dengan perilaku yang menegaskan kepatuhan atas semua aturan-Nya dan atas Kitab serta Rasul-Nya. Buah dari proses panjang yang telah diuji dengan pemahaman ilmu, kesungguhan, dan kesabaran atas segala derita hidup. Maka ia akan terus menerus rindu kepada budi pekerti mulia, yang akan mendorong ke arah perbuatan baik atau perbuatan terpuji.
Allah Swt berfirman:” Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah 195)

Syaikh Muhammad Husain Fadhlullah berkaitan dengan ayat di atas mengatakan:”Allah SWT membicarakan tentang cinta-Nya kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Mereka adalah orang-orang yang menghidupkan baik dalam pikiran mereka, yakni mereka berpikir bagaimana caranya agar bisa berbuat kebaikan kepada orang-orang yang tengah mencari jalan keluar dari berbagai kesulitan. Selain itu mereka juga melakukan aksi nyata untuk memperbaiki kehidupan orang banyak, sehingga terjadi perubahan dari lemah menjadi kuat, dari fakir menjadi cukup,dan dari hidup penuh keloyoan menjadi penuh semangat. Dengan demikian mereka bisa mengangkat martabat orang banyak menjadi lebih terhormat dan bisa memberikan banyak kebaikan dalam semua urusan dan bidang kehidupan. Dan mereka mengaitkan apa yang mereka lakukan itu dengan Allah dan dalam upaya bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Nya, sehingga dengan begitu, Allah memandang mereka sebagai insan-insan yang mampu melahirkan kebaikan,baik untuk diri mereka sendiri , orang banyak maupun kehidupan pada umumnya yang didasari atas cinta dan ketaatan-Nya. Kalau sudah begitu, tentu Allah akan segera memberikan Cinta-Nya kepada mereka, sehingga mereka benar-benar merasakan kebahagiaan dan mengenyam kenikmatan serta diangkat-Nyalah mereka ke kedudukan yang dekat dengan-Nya.”

Dalam salah satu Hadist Rasul disebutkan do’a : ’Allahumma innii as-aluka hubbaka wal ’amalladzii yuballighunii hubbaka wa hubba man yuhibbuka, Allahummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsi wa ahli wal maa-il baaridi’ yang artinya ”Ya Allah,sesungguhnya aku memohon cinta-Mu dan memohon amal yang menyampaikan aku pada cinta-Mu serta cinta orang-orang yang mencintai-Mu. Ya Allah jadikanlah pula cintaku kepada-Mu lebih dari cintaku kepada diriku sendiri, keluargaku, dan dari air yang segar (saat sangat dibutuhkan)”

Wallahu a'lam bi shawab

Jumat, 04 Februari 2011

Sampaikan Rinduku


Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Kesembilan)
Posting by: A.Kuspriyanto

Malam telah beranjak , terdengar sayup-sayup dari kampung sebelah , jamaah yang sedang membaca barzanji. Begitu semangat mereka mengekpresikan kecintaan kepada Nabinya. Ya..., hari itu memang bertepatan tanggal 1 Maulid 1432 H, artinya hampir 15 abad yang lalu Junjungan Kita Nabi Muhammad Saw dilahirkan. Nabi akhir zaman, sebagai idola dan panutan kita. Ya Nabi Salam 'alaika,Ya Rasul salam 'alaika, Ya habib salam alaika, Shalawatullah 'alaika."

Begitu setiap kali terdengar Namamu, terbersit kerinduan direlung hati. Alunan nada-nada "kerinduan" Bimbo seakan menambah kesyahduan malam.

Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu ya Rasul
Serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya surga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja

Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu ya Rasul
Serasa dikau disini

Kerinduan barangkali merupakan ekpresi sebuah kecintaan dari lubuk hati yang paling dalam. Cinta mulia anak manusia terhadap Sang Nabi yang dicintainya. Cinta yang menghantarkan untuk meraih kebahagian dan kemuliaan dunia dan akhirat.
Dari ’Aisyah : ada seorang lelaki yang datang kepada Nabi lalu berkata:”Wahai Rasulullah, engkau adalah orang yang aku cintai lebih dari diriku sendiri. Sungguh saat aku di rumah,aku ingat kepadamu, aku tak kuasa menahan kesabaranku hingga ku menghadapmu, dan saat engkau masuk surga berkumpul dengan para Nabi, aku khawatir di sana aku tak dapat melihatmu”. Mendengar itu Rasul tidak melarang hingga turun QS. An Nisa’ : 69 ”Wa man yuthi’illaha warrasuula fa-ulaaika ma’alladziina an’amallahu ’alaihim minannabiyina washsshiddiqiina washuhaadaai washshoolihiina, wa hasuna ulaaika rofiiqaa" yang artinya :"Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh, dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

Adapun indikator bahwa kita rindu atau cinta Rasul, akan nampak pada sikap kita sehari-hari yang antara lain:
1. Banyak menyebut dan bershalawat untuk Rasul.
2. Rindu untuk bertemu Rasul dan orang-orang yang dicintai Rasul
3. Membaca shalawat ketika Nama beliau disebut
4. Mencintai orang yang dicintai Rasul
5. Membenci apa yang Rasul benci
6. Meneladani akhlaq Rasulullah Saw.

Tentu kerinduan atau kecintaan itu tidak hadir dengan sendirinya, berbagai upaya untuk meraih pancaran cinta Rasul senantiasa harus diusahakan yang antara lain dengan:
1. Mempelajari kehidupan Rasulullah Saw (Sirah Nabawiyyah, dsb)
2. Memperbanyak sujud dan ibadah
3. Mencintai anak Yatim
4. Memiliki kepedulian sosial
5. Bermuamalah dengan baik
6. Jihad fisabilillah.

Demikian sekilas kerinduan Padamu Ya Rasul, rindu tiada terperi...limpahkan ya Allah,semulia-mulianya shalawat dan salam, atas junjungan dan Nabi kami Muhammad Saw, yang amat penyantun,amat penyayang.

(Wallahu a'lam bi shawab)

Nasihat Untuk Harun al Rasyid


Allah Maha Kuasa

Dalam sebuah bukunya Al-Hikam Ibnu ‘Athoillah menceritakan bahwa ada seorang yang datang memberi nasihat amar ma’ruf kepada Harun al Rasyid. Tetapi nampaknya beliau kurang berkenan, Harun al Rasyid marah dan berkata kepada para pengawalnya, “Ikat dia pada keledainya yang nakal, biar mati disepaknya.” Perintah itupun dilaksanakan oleh para pengawalnya, tetapi keledai itu ternyata menjadi lunak dan tidak mau menyepaknya. Harun al Rasyid berkata lagi, “Sekarang masukkan saja ke dalam ruangan dan tutup pintunya dengan tembok.” Perintah itu pun dilaksanakan oleh pengawalnya, tapi tiba-tiba orang tadi berada dalam kebun, sementara pintu ruangan tetap tertutup dengan tembok.

Berita kejadian tersebut disampaikan kepada Harun al Rasyid, lalu ia memanggil dan menanyai laki-laki tersebut, “Siapa yang mengeluarkanmu dari ruangan?” Ia menjawab, “Yang memasukkan saya ke dalam kebun.” Al Rasyid bertanya lagi, “Siapa yang memasukkan kamu ke dalam kebun?” Ia menjawab, “Yang mengeluarkan saya dari ruangan.” Maka al-Rasyid berkata,”Naikkan orang ini ke atas kendaraan. Bawa keliling kota sambil diumumkan, “Harun al Rasyid hendak menghinakan seorang hamba yang dimuliakan Allah Swt. Tetapi tidak berhasil menghinakannya.”
Allah SWT berfirman yang artinya:”Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran : 26)

Wallahu a’lam bi shawab.

Kamis, 03 Februari 2011

Sedekah Untuk Keluarga

Mutiara Hikmah

Abu Hurairah r.a berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w.: "Diinaarun anfaqtahu fii sabiilillahi,wa diinaarun anfaqtahu fii raqabatin,wa diinaarun tashaddaqta bihi 'ala miskiin, wa diinaarun anfaqtahu 'ala ahlika, 'a'dhamuhaa ajralladzi anfaqtahu 'ala ahlika".

Yang artinya, " Satu dinar kau dermakan dalam perjuangan fisabilillah, dan satu dinar kau pergunakan memerdekakan budak sahaya, dan satu dinar kau sedekahkan pada orang miskin, dan satu dinar yang kau belanjakan untuk keluargamu, yang terbesar pahalanya ialah yang kau belanjakan untuk keluargamu. (HR.Muslim)

(Riadhus Shalihin)