Senin, 28 Februari 2011

Berbuat Baik Dengan Cara Yang Baik


Mutiara Hikmah
Bekerja Yang Baik Dengan Cara Yang Baik

Dari Abi Hurairah r.a. telah berkata: “Telah bersabda Rasulullah s.a.w.:”Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang- orang Mu’min (serupa) dengan apa yang telah diperintahkan kepada Rasul-rasul, maka Allah telah berfirman: “Hai Rasul-rasul! Makanlah dari segala sesuatu yang baik, dan bekerjalah kamu dengan pekerjaan yang baik. Dan telah berfirman:”Hai orang-orang yang beriman ! Makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami rezkikan padamu”. Kemudian beliau menceritakan seorang laki-laki yang telah jauh perjalanannya, berambut kusut penuh dengan debu. Dia menadahkan kedua tangannya ke langit dan berkata: ” Wahai Tuhan”, ”Wahai Tuhan”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakainnya haram dan dikenyangkan dengan barang yang haram, maka bagaimana ia akan diterima permintaannya ?" (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

Dikutip dari Hadist AR’BAIN ANNAWAWIYAH

Wallahu a'lam bi shawab

Minggu, 27 Februari 2011

Aku Ingin Nasihatmu(2)


Mutiara Hikmah
Menjadi Umat Yang Terbaik

RASULULLAH SAW menyeru kepada kita agar supaya saling menasihati dalam hal kebaikan. Beliau menekankan betapa pentingnya saling menasihati demi kemaslahatan umat. Bahkan beliau menyeru seorang budak pun agar menasihati majikannya. Padahal hal demikian mengandung suatu resiko tidak mengenakkan hati sang Majikan, artinya relatif sulit dilakukan karena dibatasi dengan status sosial. Oleh karena itu, Allah Swt memberikan pahala yang setimpal bagi budak yang menasihati majikannya. Rasulullah Saw bersabda: “Seorang budak yang menasihati majikannya akan memperoleh dua pahala.” (HR. Bukhari)

Nasihat memang berperan penting bagi kehidupan kita. Sebab dengan nasihat merupakan sarana yang berfungsi menyeru seseorang dalam hal kebaikan kapan saja dan dimana pun manusia berada. Kita berkuajiban untuk saling menyeru kepada sesuatu yang makruf dan mencegah kemungkaran. Dengan usaha ini, maka kita akan menjadi umat terbaik yang tidak merugi di dunia dan akhirat. Allah Swt berfirman :”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah ….” (QS. Ali Imran: 110)

Dengan usaha untuk saling menasihati, berarti kita ambil bagian dalam memperbaiki kondisi umat dan menjadikannya lebih mulia di sisi Allah Swt. Berarti kita menginginkan kebaikan bagi orang yang dinasihati, maupun diri sendiri. Disamping itu, kita juga mendukung sebuah perubahan yang lebih baik. Allah Swt berfirman:”Sesungguhnya, Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri….” (QS. Ar-Ra’d :11)
Untuk menyampaikan nasihat memang tidaklah mudah. Sehingga dibutuhkan pemahaman dan kesabaran kita. Ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan dalam menyampaikan nasihat agar mudah diterima oleh orang lain dengan lapang hati.

Pertama, meyakini kebenaran nasihat yang disampaikan.
Kedua, menanamkan pemahaman bahwa niat kita menasihati orang lain itu ikhlas karena Allah semata.
Ketiga, memberikan nasihat dengan lemah lembut.
Keempat, menyampaikan nasihat secara diam-diam tanpa ditunjukkan kepada orang lain.
Ada suatu kisah, pada suatu hari ada seseorang yang datang menemui Harun ar Rasyid, kemudian ia menasihati Harun ar Rasyid dalam berbagai hal, tapi sayangnya nasihatnya disampaikan dengan perkataan yang kasar. Setelah mendengar nasihatnya, Harun ar Rasyid bertanya:”Wahai saudaraku, apakah kamu lebih baik daripada Nabi Musa?” Orang itu menjawab,”Tidak.” Harun bertanya kembali,”Apakah kamu lebih buruk daripada Fir’aun?” Ia menjawab,”Tidak.” Harun menjawab, “Jika memang keadaanmu seperti itu, kamu tidaklah lebih mulia daripada Nabi Musa, dan aku pun tidak lebih jahat daripada Fir’aun. Tidakkah kamu tahu bahwa Allah Swt. Berfirman kepada Nabi Musa As., “Maka, berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut….” (QS. Thaahaa: 44).

Wallahu a’lam bi shawab.
Posting by: Mas Kus

Sabtu, 26 Februari 2011

Aku Ingin Nasihatmu (1)


Mutiara Hikmah
Kebaikan Sebuah Nasihat

NASIHAT merupakan salah satu bentuk kebaikan yang sangat mulia. Dengan nasihat dapat mengantarkan seseorang mewujudkan pribadi yang bijaksana dan bersahaja serta umat yang senantiasa dirahmati Allah Swt.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita diharapkan agar bisa menerima nasihat yang disampaikan oleh siapa pun dalam berbagai kondisi. Hal ini dianjurkan, sebab pada dasarnya agama adalah nasihat. Suatu hari, para sahabat bertanya kepada Rasulllah Saw, "Wahai Rasul, engkau menyatakan bahwa agama ialah nasihat. Nasihat bagi siapa?" Rasul saw menjawab, "Nasihat bagi Allah, rasul-Nya, Kitab-Nya, dan Umat Islam." (HR Tirmidzi)

Nasihat bagi Allah dapat dilakukan dengan melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya, mengagungkan Allah, mematuhi ketetapan-Nya serta membela Agama Allah.
Sedangkan nasihat bagi Rasul-Nya diwujudkan dengan mencintai, menghormati, dan memuliakannya, meskipun mereka telah meninggal.

Sementara itu, nasihat bagi Kitab Allah dilaksanakan dengan mematuhi perintah dan menghindari larangan-Nya yang termaktub dalam Kitab, serta membaca dan mengamalkan isinya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sedangkan nasihat bagi umat Islam yakni dengan saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran, tidak mendhalimi orang lain, serta membantu satu sama lain. Jika seseorang tidak berkenan dinasihati, maka kita sebaiknya bersabar,dan lapang hati.

Wallahu a'lam bi shawab
Posting by :Mas Kus

Jumat, 25 Februari 2011

Meneladani Akhlak Rasulullah Saw


Mutiara Hikmah
Berakhlaq Karimah Sebagai Tantangan Generasi

ISLAM yang dibawa oleh Rasulullah Saw. mengajarkan kepada manusia berakhlak karimah , berbudi baik, beradab sempurna, sebaliknya tidak mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan perbuatan mungkar yang tidak mempunyai nilai akhlak yang kurang terpuji. Maka pada hakekatnya berakhlaq karimah, akan memberikan kemanfaatan kepada diri mereka sendiri yang meperoleh faedahnya, diantara perangai-perangai yang luhur itu ada yang bermanfaat bagi masyarakat umum, seperti bersedekah ,bermurah tangan ,memberi pertolongan dan lain sebagainya.

Rasulullah Saw. dengan agama yang dibawanya sungguh mengambil misi yang berat, yaitu membenahi kehidupan manusia yang pada saat itu sudah saat menyeleweng. Di mana-mana timbul keonaran ,pemaksaan, pemerasan, penyiksaan dan lain sebagainya. Mereka pada saat itu bukan hanya tidak mau menyembah kepada Allah Yang Esa ,tetapi benar-benar sudah tidak bermoral dalam hidupnya. Mereka suka menganiaya ,enggan hidup bertetangga ,yang kaya berbuat semena-mena terhadap yang miskin ,yang kuat menindas yang lemah. Pendek kata siapa yang kaya menjadi raja dan siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Ditengah-tengah umat manusia yang sudah sedemikian rusaknya, Muhammad di utus oleh Allah untuk meluruskan kehidupan mereka, memperbaiki moral mereka. Beliau bersabda :
yang artinya:”Sesungguhnya aku diutus oleh Allah hanyalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak."(HR Ahmad)”.

Kehadiran islam di tengah-tengah umat manusia adalah untuk meluruskan kehidupan mereka agar berlaku baik pada yang Maha Pencipta, berlaku baik pada sesama manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Pengertian inilah yang kadang kita lupakan, sehingga di sana-sini masih banyak dijumpai orang islam yang hanya aktif melakukan ibadah yang berkaitan langsung dengan Allah, seperti puasa, dzikir dan sejenisnya, tetapi di segi lain mereka mengabaikan ibadah sosial. Rendahnya perhatian dalam mengurusi ibadah sosial ini, mungkin karena sempitnya sudut pandang kita tentang ibadah itu sendiri, ataupun masih belum begitu mengerti keutamaannya. Padahal kita memaklumi bahwa jalan untuk memperoleh pahala yang dapat menghantarkan seseorang untuk masuk surga banyak sekali. Ibadah apapun bentuknya baik yang berkaitan dengan hak Allah maupun yang berkaitan dengan hak adami, semuanya tentu dapat menghasilkan pahala.Asal ibadah tersebut disertai dengan keikhlasan .Allah Swt berfirman:
yang artinya:”Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah;dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah niscahya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisinya pahala yang besar" (An Nisa: 40).

Islam tidak hanya menekankan masalah ukhrawi, tetap juga mengatur masalah duniawi, yang antara lain masalah kemasyarakatan, seperti adab bertetangga, cara bermu’amalah dan sebagainya.

Sebagai contoh yang sederhana dalam bermasyarakat beliau mengajarkan:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir (kiamat), hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah menghormati tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau hendaknya diam.” (HR Muslim)

”Barangsiapa memudahkan kesulitan saudaranya, niscaya Allah akan memudahkan jalannya ke Sorga.” (HR Muslim)

Pendek kata tidak ada satu masalah di dunia ini yang tidak tercantum di dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, sebenarnya jalan itu telah disediakan bagi siapa saja yang ingin meraih hidup di dunia dan akhirat,hendaknya ia mengikuti jejak Rasulullah Saw, karena pada diri beliau terdapat suri tauladan yang baik.

Keteladanan beliau tentu tidak hanya terhadap umatnya, bahkan secara jujur komunitas diluar Islam pun mengakuinya. Sebut saja, apa yang ditulis Michael H Hart. Dia seorang guru besar Astronomi AS , ia juga seorang Pakar (Sarjana Fisika, Astronomi, Hukum dan juga pengarang ) telah melejitkan namanya karena menulis 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah , diterbitkan tahun 1978, dan telah diterjemahkan dalam sejumlah bahasa. Menurut Michael H Hart secara jujur mengakui dan menempatkan Muhammad Saw adalah orang yang paling berpengaruh di antara seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia, ini artinya dia antara milyaran penduduk dunia, karena ia dianggap sebagai satu-satunya manusia yang berhasil secara luar biasa baik dalam kegiatan keagamaan maupun pemerintahan. Nabi Muhammad Saw menempati urutan pertama setelah Isaac Newton, Yesus, Siddharta Gautama, Kong Hu Cu dan yang lainnya.
Nabi Muhammad Saw yang berasal dari keluarga yang sederhana, berhasil menegakkan dan menyebarkan salah satu agama terbesar di dunia,yakni Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan berhasil tampil sebagai seorang pemimpin yang tangguh, tulen dan efektif. Kendatipun kini telah hampir 14 Abad yang lalu sesudah wafatnya beliau, pengaruhnya masih tetap kuat ,mendalam serta berakar.


Menurut Drs. H. Hasyim Afandi, dalam salah satu ceramahnya menyampaikan bahwa setidaknya ada beberapa sudut pandang yang menghantarkan Nabi Besar Muhammad SAW mencapai sukses yang antara lain ditopang beberapa hal :
a.Faktor pribadinya:
Kepribadian yang diberikan kepada para Nabi: Sidik (jujur), Amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan Fathonah (cerdas).
contoh utuh ajarannya
himpunan sifat-sifat mulianya
visioner (fore casting)
kemampuan memilih metode : (Al hujjatul balighah, pijakan dalil sampai ke sasaran), Al Adabus saamiyah: sopan santun yang tinggi); As siyasatul hakimah
b.Faktor ajaran beliau
Mudah, sederhana
Prinsif keseimbangan
Sesuai fitrah
(ingin selamat, hidup bermakna, pertahankan eksistensinya : agama, jiwanya, hartanya,akalnya dan keterunannya)
Sesuai akal sehat
c.Faktor situasinya

Maka, jejak keberhasilan Rasulullah Saw, sudah seharusnya kita ikuti dan kita teladani dalam kehidupan kita sehari-hari.

Maka nampaknya berakhlaq baik akan menjadi dambaan semua orang, lebih-lebih pada saat terjadi degradasi moral.
Rasulullah Saw bersabda:”Akhlaq yang baik dapat menghapus kesalahan, bagaikan air yang menghancurkan tanah yang keras. Dan akhlak yang jahat dapat merusak amal, seperti halnya cuka merusak manisnya madu. (HR. Baihaqi)

Wallahu a'lam bi shawab
posting by: Mas Kus

Kamis, 24 Februari 2011

Belajar Untuk Mencintai


Mutiara Hikmah
Mengajarkan Cinta Kepada Anak
Posting by: Mas Kus

Rasulullah Saw bersabda:"Ajarkanlah kepada anak-anakmu tiga masalah; mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya, dan membaca Al-Qur'an" (Riwayat Thabrani)

Pendidikan budi pekerti nampaknya sekarang merupakan hal sangat mendesak yang harus mendapatkan perhatian orangtua. Termasuk bagaimana mengajarkan rasa cinta kepada Rasul adalah sebuah tahap terpenting setelah mengetahui mencintai Allah Swt. Membaca kisah Rasul misalnya, merupakan cara yang positip terhadap perkembangan jiwa anak-anak, agar mereka tahu betapa Nabi Muhammad Saw ini mencintai dan menghormati kakek dan pamannya, karena beliau telah ditinggalkan ayahnya sejak dalam kandungan dan ditinggalkan ibunya sejak berumur enam tahun. Dari sini anak-anak dapat membayangkan betapa Rasul akan lebih mencintai orang-tuanya sendiri.

Mencintai Ahli bait (keluarga) Rasulullah Saw, berkaitan erat dengan mencintai Rasulullah sendiri, karena ahli bait beliau adalah krabat yang ada hubungannya nasab dengan beliau, sehingga mencintai ahli bait merupakan manisfestasi mencintai beliau sendiri.

Kemudian, jangan dilupakan membiasakan belajar membaca Al-Qur'an sebagai upaya melatih kefasihan lidah, melatih berbahasa, dan yang terpenting adalah belajar mencintai Kitab Suci sejak kecil agar setelah dewasa tidak merasa asing dengan Kitab Sucinya yang menjadi "pedoman Hidup" manusia sampai akhir zaman.

Wallahu a'lam bi shawab.

Jangan Berputus Asa


Mutiara Hikmah
Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah
Posting by : Mas Kus


SEBAGAI manusia ada kalanya dalam mengarungi kehidupan ini, tidak selalu dapat menunaikan tugasnya dengan baik bahkan tidak sedikit pula yang tersesat dari jalan yang telah digariskan. Berbagai faktor penyebab yang antara lain; lingkungan, dorongan hawa nafsu, dsb. Hal demikian akan membawa manusia ke tingkat yang paling rendah, dimana ia tidak dapat menunaikan misi mulia dan tujuan hidupnya secara ideal.

Kondisi yang labil yang biasanya sering didominasi atas kepentingan pribadinya yang acapkali tidak menghiraukan kepentingan umum. Maka pada saat dunia sunyi dari nilai-nilai moral yang tinggi dimana penghuninya sudah kehilangan tujuan hidup yang ideal,maka kehidupan manusia akan menjadi tempat pergulatan dan pergolakan yang tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang. Karena itulah Agama mengajak orang agar berpegang teguh kepada hak dan kebenaran, sehingga ia tidak tersesat dari jalan yang benar dan berpaling dari tujuan hidup yang utama.

Allah Swt berfirman :”Maka berpegang teguhlah kamu, kepada Agama yang benar yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar adalah kemuliaan besar bagimu dan kaummu dan kelak kamu akan di mintai pertanggung jawaban.” ( Azzukhruf:44)

Manusia makhluk Tuhan yang lemah yang tidak kebal terhadap kealpaan dan kelalaian, tidak bebas dari kekeliruan dan kesalahan yang dihadapkan kepada dua kekuatan yang masing-masing hendak menariknya ke fihaknya; kekuatan yang baik dan kekuatan yang jahat,manusia, beda dengan malaikat yang memang disucikan oleh Allah dan dilindunginya dari perbuatan dosa dan maksiat, diturunkan ke bumi oleh Allah untuk menghadapi rupa-rupa gangguan dan cobaan.
Maka Allah swt. yang Maha Rahman dan Rahim, tidak menutup kemungkinan hamba- Nya, manusia yang lemah itu melakukan kesalahan, penyelewengan dan pelanggaran dengan memberinya kesempatan, disaat ia tergelincir dan tersandung untuk memperbaiki kesalahannya mengobati penyakit-penyakitnya, kemudian memperbaharuinya langkahnya di jalan yang lurus menurut hati nuranidan fitrahnya.
Rasulullah SAW bersabda: ” Tiap anak Adam adalah pembuat kesalahan, dan sebaik-sebaik orang-orang yang membuat kesalahan ialah mereka yang segera bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Rasulullah Saw bersabda :” Sesungguhnya Allah membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubatnya orang-orang yang berbuat kesalahan di waktu siang, dan membuka tangan-Nya diwaktu siang untuk menerima taubatnya orang-orang yang melakukan pelanggaran diwaktu malam hingga kelak terbit matahari dari arah baratnya(kiamat).” (HR.Muslim dan Nasa’i)

Dan Allah SWT. yang mengetahui kelemahan manusia sesuai dengan kodratnya, tidaklah dibebani dengan kewajiban-kewajiban yang berat yang melampaui kekuatan fisik maupun mentalnya. Hanya ia diperintahkan agar kembali kepada Allah jika ia sekali-kali tergelincir dalam dosa dan perbuatan maksiat.
Allah SWT berfirman:”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al Baqoroh:286)

Wallahu a'lam bi shawab

Senin, 21 Februari 2011

Kearifan Sang Guru


Mutiara Kisah
Menguji Kearifan Sang Guru

DALAM sebuah kisah Kearifan Rumi, diceritakan bahwa Mu’inuddin, seorang murid pernah mengundang Maulana ke suatu pertemuan mistis, di mana tokoh-tokoh penting di kota itu juga diundang untuk menghormatinya. Setelah acara mendengarkan khutbah selesai, makanan disajikan dan hidangan istimewa yang berisi makanan yang sangat lezat, diletakkan di depan Maulana. Mu’inuddin telah menempatkan di dalam hidangan itu di sebuah pundi yang penuh berisi mata uang emas, dan ia menyembunyikannya dengan rapi di balik nasi di atas piring. Ini dilakukan untuk menguji apakah Maulana dapat mengetahuinya tanpa menyentuh makanan itu. Sebagai tipu daya,tuan rumah mendesak agar makanan itu diambil tanpa sungkan-sungkan, dan ia menambahkan bahwa makanan itu dibeli dengan uang halal.

Tetapi Maulana duduk saja tanpa menyentuh makanan tersebut , dan kemudian dia berkata bahwa makanan yang baik mestinya tidak dicemari oleh benda lain seperti mata uang emas. Dia telah menemukan tipu daya itu,jelas melalui kekuatan batinnya. Selanjutnya dia membaca syair pertama dari sebuah nyanyian panjang: Hatiku memendam cinta bukan kepada benda yang paling manis, Atau apa pun yang berkilau dan bersinar! Maka,sesungguhnya; Bagiku tidak ada artinya pundi emas Di dalam mangkuk yang berisi benda mati ini. Kemudian tuan rumah memohon ampun kepada Maulana, dan menyentuh kaki sang Guru sebagai penghormatan dan ungkapan rasa malu,karena dia telah menguji sang guru.

Wallahu a’lam bi shawab.