Minggu, 27 Februari 2011

Aku Ingin Nasihatmu(2)


Mutiara Hikmah
Menjadi Umat Yang Terbaik

RASULULLAH SAW menyeru kepada kita agar supaya saling menasihati dalam hal kebaikan. Beliau menekankan betapa pentingnya saling menasihati demi kemaslahatan umat. Bahkan beliau menyeru seorang budak pun agar menasihati majikannya. Padahal hal demikian mengandung suatu resiko tidak mengenakkan hati sang Majikan, artinya relatif sulit dilakukan karena dibatasi dengan status sosial. Oleh karena itu, Allah Swt memberikan pahala yang setimpal bagi budak yang menasihati majikannya. Rasulullah Saw bersabda: “Seorang budak yang menasihati majikannya akan memperoleh dua pahala.” (HR. Bukhari)

Nasihat memang berperan penting bagi kehidupan kita. Sebab dengan nasihat merupakan sarana yang berfungsi menyeru seseorang dalam hal kebaikan kapan saja dan dimana pun manusia berada. Kita berkuajiban untuk saling menyeru kepada sesuatu yang makruf dan mencegah kemungkaran. Dengan usaha ini, maka kita akan menjadi umat terbaik yang tidak merugi di dunia dan akhirat. Allah Swt berfirman :”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah ….” (QS. Ali Imran: 110)

Dengan usaha untuk saling menasihati, berarti kita ambil bagian dalam memperbaiki kondisi umat dan menjadikannya lebih mulia di sisi Allah Swt. Berarti kita menginginkan kebaikan bagi orang yang dinasihati, maupun diri sendiri. Disamping itu, kita juga mendukung sebuah perubahan yang lebih baik. Allah Swt berfirman:”Sesungguhnya, Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri….” (QS. Ar-Ra’d :11)
Untuk menyampaikan nasihat memang tidaklah mudah. Sehingga dibutuhkan pemahaman dan kesabaran kita. Ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan dalam menyampaikan nasihat agar mudah diterima oleh orang lain dengan lapang hati.

Pertama, meyakini kebenaran nasihat yang disampaikan.
Kedua, menanamkan pemahaman bahwa niat kita menasihati orang lain itu ikhlas karena Allah semata.
Ketiga, memberikan nasihat dengan lemah lembut.
Keempat, menyampaikan nasihat secara diam-diam tanpa ditunjukkan kepada orang lain.
Ada suatu kisah, pada suatu hari ada seseorang yang datang menemui Harun ar Rasyid, kemudian ia menasihati Harun ar Rasyid dalam berbagai hal, tapi sayangnya nasihatnya disampaikan dengan perkataan yang kasar. Setelah mendengar nasihatnya, Harun ar Rasyid bertanya:”Wahai saudaraku, apakah kamu lebih baik daripada Nabi Musa?” Orang itu menjawab,”Tidak.” Harun bertanya kembali,”Apakah kamu lebih buruk daripada Fir’aun?” Ia menjawab,”Tidak.” Harun menjawab, “Jika memang keadaanmu seperti itu, kamu tidaklah lebih mulia daripada Nabi Musa, dan aku pun tidak lebih jahat daripada Fir’aun. Tidakkah kamu tahu bahwa Allah Swt. Berfirman kepada Nabi Musa As., “Maka, berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut….” (QS. Thaahaa: 44).

Wallahu a’lam bi shawab.
Posting by: Mas Kus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar