Senin, 21 Februari 2011

Makan Dari Hasil Usaha Sendiri


Mutiara Hikmah
Mengambil Pelajaran Dari Burung

Rasulullah Saw. Pernah bersabda:”Tidak ada sama sekali cara yang lebih baik bagi seorang yang memakan makanan selain dari pada memakan hasil karya tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud As. (merupakan contoh orang yang) makan dari hasil jerih payahnya sendiri.” (HR. Bukhari).

TERSEBUTLAH sebuah kisah, Pada zaman dahulu, hiduplah seorang yang terkenal kesalihannya, ia bernama al-Balkhi. Dia mempunyai sahabat karib yang bernama Abu Iskak atau Ibrahim Adham yang terkenal amat zuhud.
Pada suatu hari, al-Balkhi hendak berangkat ke negeri orang untuk berdagang. Sebelum berangkat, tak lupa dia berpamitan dahulu dengan sahabat karibnya. Namun belum berapa lama al-Balkhi meninggalkan tempatnya , tiba-tiba ia telah datang kembali. Sahabatnya itu menjadi heran, mengapa ia pulang begitu cepat dari yang direncanakan. Padahal, negeri yang dituju masih sangat jauh letaknya. Ibrahim bin Adham yang saat itu berada di Masjid langsung bertanya:”Wahai Sababatku, mengapa engkau begitu cepat pulang?”

“Dalam perjalanan aku melihat suatu kejadian yang aneh, sehingga aku pun memutuskan untuk segera membatalkan perjalanan .” Jawab al-Balkhi.
Kemudian al-Balkhi melanjutnya ceritanya,”Ketika aku sedang beristirahat di sebuah bangunan yang telah rusak, aku melihat dan memperhatikan seekor burung yang pincang dan buta. Aku pun kemudian bertanya-tanya dalam hati, ‘Bagaimana burung ini bisa bertahan hidup, padahal dia berada di tempat yang jauh dari teman-temannya?’
“Tidak lama kemudian, ada seorang burung lain yang dengan susah payah menghampirinya dengan membawa makanan untuknya. Seharian penuh aku terus memperhatikan gerak-gerik burung itu. Ternyata, ia tak pernah kekurangan makanan, karena ia berulang kali diberi makanan oleh temannya yang sehat.”

“Lantas apa hubungannya dengan kepulanganmu?” Tanya Ibrahim bin Adham yang belum jelas maksud kepulangan sahabat karibnya itu dengan segera.
“Maka aku mempunyai kesimpulan,” seraya bergumam, “bahwa Sang Pemberi Rizki telah memberikan reziki yang cukup kepada seekor burung yang pincang lagi buta dan jauh dari teman-temannya ini. Kalau begitu, Tuhan Maha Pemberi , tentu akan pula mencukupi rezekiku sekalipun aku tidak bekerja. Oleh karena itu, aku pun akhirnya memutuskan untuk segera pulang saat itu juga.”

Mendengar penuturan sahabatnya itu, Ibrahim bin Adham berkata,”Wahai al-Balkhi, sahabat karibku, mengapa engkau memiliki pemikiran yang serendah itu? Mengapa engkau rela menyamakan derajatmu sejajar dengan seekor burung yang pincang lagi buta itu? Mengapa kamu mengikhlaskan dirimu sendiri untuk hidup atas belas kasihan dan bantuan orang lain? Mengapa kamu tidak berpikiran sehat untuk mencoba berperilaku seperti burung yang satunya lagi, yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dan kebutuhan sahabatnya yang memang tidak mampu bekerja? Apakah kamu tidak tahu bahwa tangan di atas lebih mulia dari pada tangan di bawah?”

Al-Balkhi pun kemudian menyadari akan kekhilafannya. Ia baru sadar bahwa dirinya salah dalam mengambil pelajaran dari kedua burung tersebut. Saat itu juga, ia pun kemudian bangkit dan mohon diri kepada Ibrahim bin Adham seraya berkata,”Wahai Abu Ishak, ternyata engkaulah guru kami yang baik.” Lalu berangkatlah ia melanjutkan usaha dagangnya yang tertunda itu.

Wallahu A'lam bi shawab.
Posting by:Mas Kus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar