Rabu, 16 Februari 2011

Ziarah Ke Gunung Tidar


Catatan Perjalanan Ziarah Ke Syekh Subakir dan Kyai Sepanjang
Posting by : Mas Kus

Pagi itu suasana cerah. Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi, tanggal 12 Rabiul Awwal 1432 H. Kebetulan hari itu bertepatan hari libur nasional, sehingga lumayan bisa santai jalan-jalan melepas kepenatan kerja. Kami telah bertolak dari rumah , berjalan menyusuri jalan di sepanjang Jalan Ahmad Yani menuju ke Jalan Ikhlas Kota Magelang. Kurang lebih sekitar satu setengah jam kemudian (perjalanan kaki) , kami telah sampai di bekas Terminal lama Kota Magelang atau lokasi di bawah pegunungan Tidar.

Inilah perjalanan kami dalam rangka jelajah Ziarah Ke Petilasan Syekh Subakir dan Kyai Sepanjang di Pegunungan Tidar . Namun sebelum berziarah ke gunung Tidar , terlebih dulu mencari tempat kuliner untuk sekedar mengisi ’energi’ agar tidak pingsan dalam perjalanan selanjutnya. Tengok sana –tengok sini akhirnya mampir ke Warung Makan penjual makanan kuliner yang cukup dikenal di Kota magelang, yaitu Sop Senerek yang lokasinya berada di bekas Terminal Lama Kota Magelang. Kendatipun masih pagi, sudah banyak para pembeli yang mau sarapan pagi. Harga cukup murah-meriah, kami berdua makan 2 porsi sop dan minum , cukup merogoh kocek Rp. 17.000,- . Akhirnya perut sudah terisi, saatnya melanjutkan perjalanan ziarah.

Sebelum melanjutkan perjalanan mendaki ke pegunungan Tidar, kami mampir di sebuah Mushola yang berada di sebelah warung makan yang kami singgahi untuk sejenak berwudlu. Kemudian melanjutkan perjalanan melakukan pendakian naik ke pegunungan Tidar.

Gunung Tidar, merupakan tempat yang cukup dikenal di Kota Magelang. Kendatipun demikian, tentu tidak semua penduduk Magelang pernah mengunjungi pegunungan Tidar hingga di puncaknya. Mungkin ada kesan sebuah gunung belantara yang angker yang dipenuhi dengan hewan buas dan aneka satwa lainnya. Sebenarnya, Gunung Tidar adalah sebuah bukit kecil yang berada di sebelah selatan Kota Magelang, yang berada kurang lebih 500-600 di atas permukaan laut. Secara umum memang gunung Tidar masih alami, banyak tanaman Pinus, Salak dan tanamam buah-buahan tahunan lainnya hasil Penghijauan tahun 1960-an, sehingga menjadikan gunung Tidar tampak rimbun, tapi cukup bersih dan tidak terkesan angker seperti yang dibayangkan sebagian orang.

Sedangkan asal - muasal nama Tidar sendiri banyak versinya. Ada yang mengatakan Tidar berasal dari kata ”Mati opo modar’ , mungkin karena kisah ke-angkerannya, di ibaratkan ”Jalmo Moro Jalmo Mati’, setiap orang yang datang ke gunung Tidar harus berhadapan dengan kemungkinan ”berani datang berarti siap mati atau Modar.”

Kami mulai melakukan pendakian menuju puncak gunung Tidar melalui pintu masuk, yang berada di kampung Magersari Kota Magelang. Jalan pendakian menuju ke atas Gunung Tidar bertrap-trap yang telah dipermanen dengan lebar pijakan rata-rata sekitar 30 cm. Jumlah trap untuk mendaki ke atas jumlahnya ratusan . Perlu diingat agar berhati-hati karena pijakan relatif sempit sedang tanjakan agak tajam. Setelah berjalan mendaki sekitar 30 menit , sampailah kami pada persinggahan pertama, tempat petilasan Syekh Subakir.

Syekh Subakir
Konon Syekh Subakir, merupakan Ulama dari Timur Tengah, bersama – sama dengan Wali Songo menyebarkan Agama Islam di Tanah Jawa. Menurut kisah yang berkembang di masyarakat, bahwa beliau memiliki kemampuan linuwih dalam hal ’menumbali daerah yang angker dihuni makhluk halus’. Dan ternyata memang Syekh Subakirlah yang berhasil menaklukkan Jin dan makhuk halus yang bersemayam di Gunung Tidar. Konon, menurut kepercayaan sebagian masyarakat, dahulu Gunung Tidar hanya dihuni dan dikuasai oleh para Jin dan Setan. Melalui laku spiritual beliau dan sebuah tombak yang bernama ’Kyai Sepanjang’ yang beliau bawa dari negerinya, ia tancapkan tepat di puncak Gunung Tidar sebagai sarana penolak bala. Dan memang benar, konon tombak tersebut mengeluarkan hawa panas yang membuat para Jin dan dedemit di gunung tidar lari tunggang langgang karena ’sumuk-kepanasan’. Akhirnya mereka berlarian mencari tempat hunian baru, tanpa harus direlokasi. Sebagian besar menempati kapling baru di kawasan Gunung Merapi, yang belum lama menyemburkan berjuta-juta meter kubik lahar dingin, dengan berbagai cerita misteri batu dan pasirnya. Sedangkan sebagian yang lain menempati hunian ’asri’ di kawasan Alas Roban dan dikawasan Gunung Srandil.

Makam Kyai Sepanjang
Makam Kyai Sepanjang ini dapat kita jumpai, pada tempat Persinggahan kedua , kurang lebih beberapa puluh meter setelah makam Syekh Subakir. Makam yang terlihat masih belum lama direnovasi ini , bila diamati sekilas mengisyaratkan bukan tempat makam, melainkan sebuah ruang pertemuan. Namun kalau dicermati lebih dekat, akan tampak sebuah makam yang panjang seperti kita saksikan pada makam Raja-Raja dahulu. Panjang Makam Kyai Sepanjang mencapai 7 meter. Menurut cerita sebagaian masyarakat, diceritakan bahwa sebenarnya Kyai Sepanjang itu,murid Syekh Subakir. Karena pernah melakukan kesalahan dan sulit untuk disadarkan, seperti layaknya besi bengkok yang sulit untuk diluruskan, maka Kyai Sepanjang kena tulah dari Syekh Subakir hingga berubah bentuk menjadi Tombak, yang dikenal dengan Tombak Kyai Sepanjang.

Situs Paku Tanah Jawa
Dari tempat persinggahan kedua, kami melanjutkan perjalanan menuju ke persinggahan ke tiga. Hanya dengan mendaki puluhan trap, kemudian berjalan melalui sebuah lapangan yang cukup lebar. Nah dilapangan ini,kami menyaksikan sebuah Tugu sekitar 10 meteran tingginya. Tugu yang memiliki simbol huruf Sa (dibaca seperti pada kata Solok) dalam tulisan Jawa yang mengisyaratkan pesan moral ’Sopo Salah seleh, barang siapa yang berbuat salah pasti akan ketahuan.” Dalam ajaran agama kita diingatkan ” Barang siapa yang berbuat baik sekecil apapun pasti akan mendapat balasan, demikian sebaliknya barang siapa yang berbuat kejahatan, walaupun sekecil apapun kejahatan itu , pasti akan mendapat balasannya pula.” Dan Tugu ini ,konon dipercaya sebagian masyarakat sebagai Pakunya Tanah Jawa, sehingga tanah jawa tetap tenang dan aman.

Makam Kyai Semar
Setelah melewati lapangan yang cukup lebar tadi, akhirnya sampai di makam Kyai Semar atau Sang pamomong Tanah Jawa.
Kami sendiri kurang begitu paham keberadaan dan sejarah makam Kyai Semar. Konon Kyai Semar ini bukan Tokoh Legendaris di Dunia Pewayangan ,tapi merupakan Tokoh central Jin yang pernah berjaya di Gunung Tidar Tempo doeloe. Entahlah, mana yang benar , yang pasti kami menyaksikan di puncak Pegunungan Tidar terdapat sebuah makam yang belum lama dipugar yang berbentuk kerucut dicat dengan warna kuning. Pada dasar kerucutnya dihiasi dengan tulisan Jawa hanacaraka dan dipuncaknya disunduk janur kuning. Konon Makam yang berbentuk kerucut dikenal ’Tumpeng Jejeg sejati” yang berarti orang hidup itu harus berlaku lurus (istiqomah di jalan yang benar yang diridhai Allah Swt), serta agar senantiasa bersyukur kepada yang memberi hidup ini.

Sejenak kami tertegun menyaksikan Situs-situs di Puncak Gunung ini, kami teringat dalam salah Firman Allah SWT, ketika Allah memberikan wahyu kepada Daud:”Demi keagungan-Ku setiap hamba yang menggantungkan diri kepada-Ku,tanpa bergantung kepada makhluq-Ku (yang Ku-ketahui dari niatnya) dan ditipu oleh siapapun yang ada di langit dan di bumi, pasti aku beri jalan keluar baginya dari tipu muslihat itu. Dan setiap hamba yang menggantungkan diri kepada makhluq , tanpa bergantung kepada-Ku (yang Ku-ketahui dari niatnya) Aku putuskan sumber rizkinya dari langit, dan Aku tetapkan kehancurannya. Dan setiap hamba yang ta’at kepada-ku,pasti Aku mengaruniai-nya sebelum meminta kepada-Ku, dan mengabulkannya sebelum berdo’a kepada-Ku, serta mengampuninya sebelum minta ampunan kepada-Ku.” (HRQ Tamam, Ibnu ’Asakir dan Dailami dari Abdurrachman bin Ka’ab bin Malik yang bersumber daribapaknya).

Turun Gunung
Setelah mengamati dan mondar-mandir kesana-kemari, akhirnya capek juga. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk turun gunung. Dalam perjalanan turun gunung, kami berpapasan dengan para duafa, yang siap menerima ’sedekah’, jumlahnya sekitar 10-15 orang. Maka apabila Anda berkesempatan mengunjungi Pegunungan Tidar, sebaiknya sisihkan uang receh atau sebagian rizki untuk mereka. Tentu mereka akan senang dan mereka spontan akan mendo’akan Anda, ”Mugi-mugi diparingi slamet lan berkah” .

Demikian tadi, sekilas catatan perjalanan kami mengunjungi Gunung Tidar, ziarah napak tilas – Jejak Para Kekasih Allah dan Para Pejuang.

Wallahu a'lam bi shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar