Minggu, 13 Februari 2011

Ketegaran Iman dan Cinta Masyithah


Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Kesebelas)

SEDEMIKIAN kejam dan dasyat penderitaan itu ia jalani dan saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Kendatipun demikian, kehidupan dunia tidak mampu menggoyahkan keteguhan dan cintanya meraih keridhaan Sang Pencipta. Dialah Masyithah, wanita terhormat lagi mulia. Seorang wanita mulia yang teguh dalam pendirian. Ia persembahkan jiwa dan raganya untuk sebuah keyakinan dan cinta abadi yang bersemayam dalam hatinya, sehingga melahirkan pengorbanan yang sempurna. Ia mengalami beragam kedzaliman dan penyiksaan diluar batas kemanusiaan.

Kehormatan dan kemuliaannya bukanlah karena Jabatan yang disandang. Ia hanyalah seorang pelayan Raja. Akan tetapi sebagai seorang bunda, yang mencintai anak-anaknya dengan cinta fitrah ibu yang tulus. Ia berjuang menghidupi anak-anaknya dengan tanganya, ia berjuang, bekerja dan rela letih untuk membahagiakan anak-naknya di dunia dan akhirat. Sampai akhirnya pada suatu waktu , apa yang ia perjuangkan harus direnggut oleh Fir’aun Sang Dhalim.


Disamping sebagai seorang bunda yang baik, Masyithah juga sebagai seorang perempuan yang teguh dalam membela agama. Ia mengakui kebenaran Islam yang disampaikan oleh nabi Musa bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt. Padahal saat itu, Fir’aun mengaku sebagai satu-satunya Tuhan. Alasan inilah yang menjadikannya menyembunyikan keimanan kepada Alah.

Masyithah bertugas menyisir rambut putri Fir’aun. Pada suatu hari, ketika ia sedang menyisir rambut putrid Fir’aun,ia menjatuhkan sisir yang terjatuh serasa berucap, “Bismillah.” Mendengar ucapan Masyithah, putri Fir’aun bertanya, “Mengapa kamu mengakui Tuhan selain Bapakku?” Masyithah menjawab,”Sesungguhnya , Tuhanku, Tuhanmu, Tuhan bapakmu, dan Tuhan semua makhluk adalah Allah Swt.”

Putri Fir’aun segera menemui bapaknya untuk menceritakan hal ini. Akhirnya Fir’aun meminta Masyithah datang ke hadapannya. Ia bertanya kepada Masyithah,”Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku?” Masyithah menjawab,”Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”

Fir’aun merasa geram melihat tingkah Masyithah yang mengakui Allah sebagai Tuhannya. Ia ingin menguji keimanan Masyithah dengan menyiksa keluarganya, yaitu keempat anaknya. Fir’aun hendak memasukkan keempat anaknya ke dalam sebuah wadah yang terbuat dari tembaga berlubang yang dibakar dengan api. Ketika anak pertama akan dilemparkan ke dalam wadah terserbut, Fir’aun bertanya kepada Masyithah,”Apakah kamu mengakui Tuhan selain aku?” Masyithah menjawab,”Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” Kemudian Fir’aun melemparkan anak kedua, ketiga dan keempat ke dalam wadah itu. Bisa dibayangkan, anaknya yang terkecil direnggut dari belaian tangannya. Si sulung diambil paksa. Demikian satu demi satu anaknya ia saksikan menjerit kesakitan terpanggang dalam tungku panas membara.

Hati bunda mana yang tidak hancur dan tersayat sedalam-dalamnya menyaksikan anak-naknya disiksa di depan matanya sendiri. Meskipun demikian, ia tetap tegar dan tidak akan berubah pengakuannya terhadap Tuhannya, Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Akhirnya ia pun dilemparkan ke dalam wadah yang dibakar dengan api.

Keteguhan hati Masyithah dalam membela agama Islam mendapatkan balasan surga dari Allah. Berkaitan dengan hal tersebut, Rasulullah Saw. Bersabda ,”Ketika aku dalam perjalanan Mi’raj kelangit,akumencium bau yang sangat harum. Aku bertanya kepada Jibril,’Bau wangi ini berasal darimana?’ Jibril menjawab,’Sesungguhnya, bau wangi itu berasal dari bau Masyithah,orang yang bertugas menyisir rambut putri Fir’aun,beserta anak-anaknya.” (HR Ibnu Majah: 4030).

Begitu besar iman Masyithah diuji. Mungkin bila dibandingkan dengan kesulitan yang kita alami sangat jauh bedanya. Memang ujian yang diberikan kepada manusia berbeda-beda kadarnya. Ada yang berat,ada juga yang ringan. Saat menerima ujian yang berat, tidak jarang kita sampai menangis . Tapi tangisan itu mudah-mudahan bukanlah tangisan putus asa, melainkan tangis kesedihan dari seorang hamba Allah karena limpahan rahmat-Nya. Dahulu , Rasululllah Saw juga pernah menangisi kematian Hamzah. Ketika itu,seorang sahabat bertanya kepadanya,”Apakah engkau menangis,Wahai Rasulullah?” Rasul Saw menjawab, ”Tangis ini merupakan suatu rahmat yang dihujamkan ke dalam hati para hamba-Nya.”

Hal yang sering terjadi, bila seseorang ditimpa ujian dari Allah, maka ada dua kemungkinan. Pertama, kita tetap istiqamah di jalan Allah, dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Kedua, berpaling dari Allah, dan memohon pertolongan kepada manusia atau selain-Nya. Maka Sahabat Abu Bakar mengingatkan:” Barangsiapa menyembah Muhammad,maka Muhammad telah meninggal. Dan barangsiapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah Maha Hidup.”

Wallahu a’lam bi shawab.
Posting by :Mas Kus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar