Jumat, 25 Februari 2011

Meneladani Akhlak Rasulullah Saw


Mutiara Hikmah
Berakhlaq Karimah Sebagai Tantangan Generasi

ISLAM yang dibawa oleh Rasulullah Saw. mengajarkan kepada manusia berakhlak karimah , berbudi baik, beradab sempurna, sebaliknya tidak mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan perbuatan mungkar yang tidak mempunyai nilai akhlak yang kurang terpuji. Maka pada hakekatnya berakhlaq karimah, akan memberikan kemanfaatan kepada diri mereka sendiri yang meperoleh faedahnya, diantara perangai-perangai yang luhur itu ada yang bermanfaat bagi masyarakat umum, seperti bersedekah ,bermurah tangan ,memberi pertolongan dan lain sebagainya.

Rasulullah Saw. dengan agama yang dibawanya sungguh mengambil misi yang berat, yaitu membenahi kehidupan manusia yang pada saat itu sudah saat menyeleweng. Di mana-mana timbul keonaran ,pemaksaan, pemerasan, penyiksaan dan lain sebagainya. Mereka pada saat itu bukan hanya tidak mau menyembah kepada Allah Yang Esa ,tetapi benar-benar sudah tidak bermoral dalam hidupnya. Mereka suka menganiaya ,enggan hidup bertetangga ,yang kaya berbuat semena-mena terhadap yang miskin ,yang kuat menindas yang lemah. Pendek kata siapa yang kaya menjadi raja dan siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Ditengah-tengah umat manusia yang sudah sedemikian rusaknya, Muhammad di utus oleh Allah untuk meluruskan kehidupan mereka, memperbaiki moral mereka. Beliau bersabda :
yang artinya:”Sesungguhnya aku diutus oleh Allah hanyalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak."(HR Ahmad)”.

Kehadiran islam di tengah-tengah umat manusia adalah untuk meluruskan kehidupan mereka agar berlaku baik pada yang Maha Pencipta, berlaku baik pada sesama manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Pengertian inilah yang kadang kita lupakan, sehingga di sana-sini masih banyak dijumpai orang islam yang hanya aktif melakukan ibadah yang berkaitan langsung dengan Allah, seperti puasa, dzikir dan sejenisnya, tetapi di segi lain mereka mengabaikan ibadah sosial. Rendahnya perhatian dalam mengurusi ibadah sosial ini, mungkin karena sempitnya sudut pandang kita tentang ibadah itu sendiri, ataupun masih belum begitu mengerti keutamaannya. Padahal kita memaklumi bahwa jalan untuk memperoleh pahala yang dapat menghantarkan seseorang untuk masuk surga banyak sekali. Ibadah apapun bentuknya baik yang berkaitan dengan hak Allah maupun yang berkaitan dengan hak adami, semuanya tentu dapat menghasilkan pahala.Asal ibadah tersebut disertai dengan keikhlasan .Allah Swt berfirman:
yang artinya:”Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah;dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah niscahya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisinya pahala yang besar" (An Nisa: 40).

Islam tidak hanya menekankan masalah ukhrawi, tetap juga mengatur masalah duniawi, yang antara lain masalah kemasyarakatan, seperti adab bertetangga, cara bermu’amalah dan sebagainya.

Sebagai contoh yang sederhana dalam bermasyarakat beliau mengajarkan:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir (kiamat), hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah menghormati tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau hendaknya diam.” (HR Muslim)

”Barangsiapa memudahkan kesulitan saudaranya, niscaya Allah akan memudahkan jalannya ke Sorga.” (HR Muslim)

Pendek kata tidak ada satu masalah di dunia ini yang tidak tercantum di dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, sebenarnya jalan itu telah disediakan bagi siapa saja yang ingin meraih hidup di dunia dan akhirat,hendaknya ia mengikuti jejak Rasulullah Saw, karena pada diri beliau terdapat suri tauladan yang baik.

Keteladanan beliau tentu tidak hanya terhadap umatnya, bahkan secara jujur komunitas diluar Islam pun mengakuinya. Sebut saja, apa yang ditulis Michael H Hart. Dia seorang guru besar Astronomi AS , ia juga seorang Pakar (Sarjana Fisika, Astronomi, Hukum dan juga pengarang ) telah melejitkan namanya karena menulis 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah , diterbitkan tahun 1978, dan telah diterjemahkan dalam sejumlah bahasa. Menurut Michael H Hart secara jujur mengakui dan menempatkan Muhammad Saw adalah orang yang paling berpengaruh di antara seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia, ini artinya dia antara milyaran penduduk dunia, karena ia dianggap sebagai satu-satunya manusia yang berhasil secara luar biasa baik dalam kegiatan keagamaan maupun pemerintahan. Nabi Muhammad Saw menempati urutan pertama setelah Isaac Newton, Yesus, Siddharta Gautama, Kong Hu Cu dan yang lainnya.
Nabi Muhammad Saw yang berasal dari keluarga yang sederhana, berhasil menegakkan dan menyebarkan salah satu agama terbesar di dunia,yakni Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan berhasil tampil sebagai seorang pemimpin yang tangguh, tulen dan efektif. Kendatipun kini telah hampir 14 Abad yang lalu sesudah wafatnya beliau, pengaruhnya masih tetap kuat ,mendalam serta berakar.


Menurut Drs. H. Hasyim Afandi, dalam salah satu ceramahnya menyampaikan bahwa setidaknya ada beberapa sudut pandang yang menghantarkan Nabi Besar Muhammad SAW mencapai sukses yang antara lain ditopang beberapa hal :
a.Faktor pribadinya:
Kepribadian yang diberikan kepada para Nabi: Sidik (jujur), Amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan Fathonah (cerdas).
contoh utuh ajarannya
himpunan sifat-sifat mulianya
visioner (fore casting)
kemampuan memilih metode : (Al hujjatul balighah, pijakan dalil sampai ke sasaran), Al Adabus saamiyah: sopan santun yang tinggi); As siyasatul hakimah
b.Faktor ajaran beliau
Mudah, sederhana
Prinsif keseimbangan
Sesuai fitrah
(ingin selamat, hidup bermakna, pertahankan eksistensinya : agama, jiwanya, hartanya,akalnya dan keterunannya)
Sesuai akal sehat
c.Faktor situasinya

Maka, jejak keberhasilan Rasulullah Saw, sudah seharusnya kita ikuti dan kita teladani dalam kehidupan kita sehari-hari.

Maka nampaknya berakhlaq baik akan menjadi dambaan semua orang, lebih-lebih pada saat terjadi degradasi moral.
Rasulullah Saw bersabda:”Akhlaq yang baik dapat menghapus kesalahan, bagaikan air yang menghancurkan tanah yang keras. Dan akhlak yang jahat dapat merusak amal, seperti halnya cuka merusak manisnya madu. (HR. Baihaqi)

Wallahu a'lam bi shawab
posting by: Mas Kus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar