Senin, 11 April 2011

Membekali Anak Dengan Aqidah


Sayangilah Aku (2)
Menanamkan Aqidah Kepada Anak
Posting by : Mas Kus

ANAK merupakan amanah dari Allah Swt yang semestinya dibina dengan penuh kasih sayang dan diupayakan sungguh-sungguh agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi agama, bangsa dan Negara serta dapat menjadi pelipur lara orangtua , penenang hati ayah dan bunda serta kebanggaan keluarga.

Semua harapan tersebut , tentu hanya akan menjadi sebuah harapan belaka yang sulit terwujud , tanpa disertai usaha orangtua untuk memberikan bimbingan atau pendidikan yag memadai kepada anak-anaknya. Salah satu pembekalan awal dan dasar yang sering kali terabaikan adalah menanamkan aqidah sebagai fondasi iman kepada anak. Diantaranya adalah pemahaman agar tidak mempersekutukan Allah dengan apapun, karena perbuatan syirik merupakan sesuatu yang buruk dan merupakan tindak kedzaliman yang nyata, bahkan termasuk dosa besar yang kelak pelakunya akan diazab oleh Allah Swt di hari kiamat. Luqman memberikan contoh bagaimana mengajarkan kepada putranya ,” Ya bunayya laa tusyrik billah, innasy-syirka ladzulmun ‘adziim,” ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah dengan apapun, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” Imam ash-Shabuni menafsirkan Surat Luqman ayat 13 tersebut, “Jadilah orang yang berakal; jangan mempersekutukan Allah dengan apapun, apakah itu manusia, patung ataupun anak. Dan perbuatan syirik merupakan sesuatu yang buruk dan tindak kedzaliman yang nyata. Karena itu siapa saja yang menyerupakan antara Khalik dengan makhluk, tanpa ragu-ragu, orang tersebut bisa dipastikan masuk dalam golongan manusia yang paling bodoh . Sebab perbuatan syirik menjauhkan seseorang dari akal sehat dan hikmah sehingga pantas digolongkan ke dalam sifat dzalim; bahkan pantas disetarakan dengan binatang.

Upaya menanamkan ke-tauhidan kepada anak-anak, hendaknya dilakukan sejak mereka masih anak-anak. Bahkan sesaat ketika sang bayi baru pertama kali mengenal dunia ini pun hendaknya sudah dikenalkan kalimat Tauhid. Rasulullah Saw pernah bersabda, “Bacakanlah kalimat pertama kepada anak-anak kalian kalimat La ilaaha illa Allah." (HR al-Hakim, diriwayatkan oleh al-Hakim dari Ibnu Abbas ra.)
Dalam Hadits yang lain yang diriwayatkan Ibnu Sinni Rasulullah Saw pernah bersabda,” Barangsiapa dikaruniai anak, kemudian melantunkan suara adzan pada telinga kanan dan iqamah di telinga kirinya maka selamatlah ia dari bisikan jin.”

Adapun metode untuk menyampaikannya, kiranya dapat dilakukan dengan berbagai cara dan wasilah, sesuai dengan tahapan perkembangannya, misalnya dengan mendengarkan, mengucapkankan, menghapalkan kalimat-kalimat tauhid, ayat-ayat Qur’an serta hadits yang terkait, kemudian memahamkan maknanya serta menjelaskan berbagai jenis perbuatan syirik yang pernah dilakukan manusia, khususnya yang terjadi saat ini; maupun menceritakan berbagai kisah umat-umat terdahulu yang menerima adzab dari Allah karena perbuatan syirik mereka, dsb.

Penggunaan cara dan wasilah yang dipilih , tentu akan sangat efektif apabila disukai anak-anak , agar mereka tidak merasa terpaksa (nyaman), dalam menerima pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, menanamkan tauhid kepada anak tidak harus dalam suasana belajar , bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Pada saat anak bermain, makan, ketika mau tidur dsb. Pendek kata, berkaitan dengan metode ini sangat fleksibel, sangat dimungkinkan berbeda dengan metode pembelajaran yang diterapkan kepada orangtua dulu, sesuai sabda Rasulullah Saw, “ Allimuu aulaadakum ghairomaa ‘ullimtun fainnahum khuliquu lizamanin ghairi zamaanikum. (HR. Bhukari) , Didiklah anak-anakmu dengan metode belajar yang berbeda dengan belajar yang diajarkan kepadamu , karena anak-anakmu itu dijadikan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu.

Bersambung...

Wallahu a'lam bi shawab.

1 komentar: