Selasa, 01 Maret 2011

Tadharru'


Mutiara Hikmah
Hanya Kepada-Mu Aku Berharap

RASULULLAH SAW mengajarkan kepada kita agar dalam menjalani hidup ini , senantiasa bersikap tadharru. Tadharru’ adalah suatu perasaan yang menjadikan kita merasa sangat fakir dan membutuhkan Allah.
Kita senantiasa berlindung dan memohon pertolongan-Nya, menjawab seruan-Nya dengan hati dan jiwa, serta dengan ketulusan dan kerendahan hati meminta limpahan kebaikan di dunia dan akhirat. Terlebih-lebih ketika dihadapkan pada kesulitan, kesusahan musibah dan duka nestapa. Maka sudah semestinya bisa menjadikan sarana muhasabah kepada Allah. Kita menyadari kesalahan, memohon ampun kepada-Nya. Dan merasa sama sekali tidak berdaya di hadapan Allah, dan menjadikan Allah Swt sebagai satu-satunya tempat meminta pertolongan. Imam Ahmad ibn Hanbal berkata, ber-tadharru’ lah seperti orang yang tersesat di tengah samudra luas, padahal ia hanya memiliki sedikit persediaan.

Hal ini juga telah diajarkan oleh para nabi. Ketika berdakwah, mereka mengalami musibah dan cobaan. Sebagai contoh, kita bisa mencermati kisah Nabi Yunus saat terperangkap dalam perut ikan Nun. Di sana, ia mengalami tiga kegelapan, yaitu kegelapan malam, kegelapan samudra, dan kegelapan perut ikan nun. Meskipun demikian, ia tidak pernah berputus asa. Ia terus menerus memanjatkan do’a dengan penuh tadharru’. Akhirnya, Allah mengabulkan permohonannya.
Allah Swt. berfirman: ” Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap bahwa, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim. ’Maka, kami telah memperkenankan do’anya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan, demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS, Al-Anbiyaa’ [21]: 87-88)

Rasulullah Saw. juga pernah diuji oleh Allah Swt dalam Perang Badar. Ketika itu, beliau merasa khawatir karena pasukan dan senjata orang-orang musyrik lebih banyak daripada orang Islam. Untuk mengatasi kekhawatirannya, beliau berdo’a sambil mengangkat kedua tangan hingga jubahnya terjatuh dan ketiaknya terlihat. Saat inilah, beliau bersikap tadharru’ kepada Allah. Rasulullah Saw. berdo’a, ”Ya Allah, jika perang ini dapat menghancurkan umat Islam maka tidak ada lagi penyembahan di muka bumi.” Selanjutnya, Abu Bakar berkata kepadaku, ” Wahai Rasululah, Allah akan mengabulkan permohonanmu. Dia akan memenuhi segala sesuatu yang dijanjikan kepadamu.”(Muslim:4563)

Sebenarnya, kondisi yang paling mulia adalah saat kita mengingat Allah dengan bersikap Tadharru’ kepada-Nya. Ketika itu, jiwa kita menjadi bersih, hati merasa tenang, terhindar dari bujukan setan, dan mata hati terhijab dari kegelapan dan kemaksiatan, serta muncul harapan di dalam diri. Kondisi inilah yang memungkinkan kita meraih derajat tertinggi di dunia dan akhirat.

Wallahu a'lam bi shawab
Posting by : Mas Kus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar