Minggu, 23 Mei 2010

Enam Perkara Dirahasiakan Allah

Anjuran Beramal Dengan Ikhlas
(Bagian Kedua)

Agama menganjurkan kepada kita agar beramal dengan ikhlas, baik itu menyangkut perkataan maupun perbuatan lahir maupun batin. Oleh karena itu, dalam konteks demikian hal yang semestinya kita perhatikan antara lain adalah bagaimana memposisikan niat kita. Karena sungguh pentingnya peranan niat (ikhlas) dalam segala amal perbuatan ibadat yang berupa syiar/ bukti taat kepada Allah. Bahkan untuk membedakan antara ibadat dengan adat/ kebiasaan, hanya niat. Sesuatu perbuatan adat, akan tetapi kita dasari dengan mengikuti tuntunan Rasulullah Saw, maka berubah menjadi ibadat yang berpahala.
Para Ulama membagi niat menjadi lima (5) macam :
Pertama, hakikat niat yakni dengan sengaja mengerjakan sesuatu berbareng dengan perbuatan;
Kedua, hukum niat yaitu wajib atau sunnat
Ketiga, tempat niat, ada di dalam hati
Keempat, masa niat yaitu pada permulaan melakukan perbuatan
Kelima, syarat niat yakni untuk tujuan amal kebaikan
Ada sebuah pantun yang mengatakan:
Rumah dindingnya tebal
Berada di tapal batas
Bila Anda beramal
Hendaklah dengan ikhlas

Rumah atapnya tinggi
Berada di jalan mulus
Bila Anda berbakti
Hendaklal dengan tulus

Firman Allah :”Katakanlah Jika kamu sembunyikan atau kamu terangkan apa yang ada dalam dadamu itu, tetap diketahui oleh Allah”. (QS. Ali Imran: 29)

Berikut ada mutiara hikmah dari Umar r.a, untuk mendorong kita agar dalam beramal senantiasa ikhlas; kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja.
Kata Beliau: “Allah Menyembunyikan Enam Perkara Dalam Enam Perkara” Namanya Umar ibnu Khaththab ibnu Nufail Abdul Uzza Ibnu Rayyah Ibnu Abdullah Ibnu Qarth ibnu Addiy ibnu Ka’b ibnu Lu-ay ibnu Ghalib ibnu Fihr. Nasabnya bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. Pada kakek Nabi Saw yang ketujuh. Nabi Saw juga menjulukinya dengan panggilan Abu Hafsh (artinya singa) karena kekerasannya. Juga dikenal dengan panggilan Al-Faruq yang artinya orang ahli dalam membedakan perkara yang hak dan yang batil.
Imam An Nawawi Ibnu Umar Al Jawi dalam Kitabnya Nashaihul Ibad mengutip atsar beliau yang berbunyi:

“Inallaaha katama sittatan fii sittah : Kataamarridhoo fii thoo’ah, wa katamal ghodhoba fii ma’shiyah, wa kaatamal lailatal qodri fii syahri romadhoona; wa kaatamaa auliyaa-ahuu fiima bainannasi; wa kaatamashsholaatal wusthoo fii shoolawati.”

“Allah menyembunyikan enam perkara pada enam perkara lainnya:
Pertama, Allah menyembunyikan keridhaan-Nya dalam ketaatan kepada-Nya;
Kedua, Allah menyembunyikan murka-Nya dalam kemaksiyatan seseorang hamba-Nya;
Ketiga, Allah menyembunyikan lailatul qadar dalam bulan Ramadhan
Keempat, Allah menyembunyikan para walinya di antara manusia;
Kelima, Allah menyembunyikan kematian dalam umur;
Keenam, menyembunyikan Ash Shalatul Wustha dalam shalat lima waktu.”


1. Allah menyembunyikan keridhaan-Nya dalam ketaatan kepada-Nya.
Ridha artinya menerima, berkenan atau rela. Ridha Allah artinya Allah berkenan, tentunya apabila kita mentaati perintah-nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Oleh karena itu, kita agar bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah walau sekecil apapun, karena boleh jadi disitulah ridho Allah akan kita peroleh.
2. Allah menyembunyikan murka-Nya dalam kemaksiyatan seseorang hamba-Nya.
Mengandung maksud agar kita sebagai hamba Allah senantiasa menjauhi kemaksiyatan sekecil apapun yang menyebabkan murka Allah Swt.
3. Allah menyembunyikan lailatul qadar dalam bulan Ramadhan
Lailatul qadar dalam bulan Ramadhan, adalah malam yang penuh kemuliaan, ibadah pada malam itu lebih baik dari 1000 bulan. Secara tepat pada malam keberapakah turunnya lailatul qadr adalah rahasia Allah. Oleh karena itu hendaknya dalam beribadah di bulan Ramadhan kita tidak hanya terpancang pada hitungan malam lailatur qadar saja.
4. Allah menyembunyikan para walinya di antara manusia
Kata wali, berarti yang dikasihi Allah, dari komunitas manapun, baik faqir, kaya, faqih, alim, teknokrat, pedagang, dsb. Mereka adalah orang yang tak pernah berduka cita dan takut dalam menghadapi hidup dan berjuang menegakkan agama Allah. Mereka selalu berbuat dan bertindak sesuai dengan syariat yang telah digariskan Allah.
Allah SWT berfirman: “Ingatlah sesungguhnya Wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS.Yunus :62-63).
Memang yang berhak menetapkan seseorang sebagai waliyullah adalah merupakan hak dan sekaligus rahasia Allah. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari hendaknya kita senantiasa menghargai kepada hamba Allah siapapun, apalagi kepada orang yang dikasihi Allah yang kita tidak ketahui, karena Allah menyembunyikannya diantara sekian banyak manusia.
5. Allah menyembunyikan kematian dalam umur
Umur manusia adalah sebuah misteri kehidupan, padahal kematian pasti akan dialami oleh setiap yang bernyawa, termasuk yang bernama manusia. Oleh karena itu, hendaklah kita tidak terlena dalam kesibukan dunia ini sehingga melupakan maut.
6. Allah menyembunyikan Ash Shalatul Wustha dalam shalat lima waktu.
Shalat wustha adalah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. Sementara ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud shalat wustha itu shalat ashar. Menurut kebanyakan ahli hadits, mengandung maksud agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya, karena Allah merahasiakannya salah satu diantara shalat lima waktu.
Allah berfirman :”Peliharalah semua shalatmu, dan (peliharalah) shalat wustha . Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusu’ (Al-Baqarah: 238).

Wa Allahu a’lam bi ash-shawab.(A.Kuspriyanto/Mey,210, Sumber : Riadhus Shalihin, dll)

1 komentar: