Senin, 24 Mei 2010

Jangan Takut Jatuh Cinta

Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Kedua)

CINTA, memang menyimpan berjuta rasa. Rasa yang tumbuh dari relung hati yang terkena pesona cinta. Mulai dari rasa yang enak-enak seperti rasa strawberi, melon, durian, anggur, sampai rasa yang pahit-pahit seperti; rasa daun papaya, pare atau lebih pahit lagi rasanya ‘brotowali’. Huuh…. pahit sekali!
Betapa sering kali kita saksikan haru-biru seseorang yang berupaya untuk mengisi kekosongan hatinya dengan cinta yang didamba. Panjangnya jalan rasanya telah dilalui, panjangnya malam rasanya telah dilewati, tapi kemanakah mencari permata hati, sampai ke ujung dunia pun akan dicari. Begitulah episode perjalanan cinta.

Kahlil Gibran dalam salah satu buah karyanya :

Dia memepesona hati kita dan mencumbu jiwa kita
Dia membius nurani-nurani kita dengan janji-janjinya
Dan jika dia memenuhi janji-janjinya
Dia membangunkan kebosanan di dalam diri kita, dan jika dia menunda memenuhi janjinya, dia menghabiskan kesabaran dalam diri kita.


Kehidupan adalah seorang wanita yang memurnikan dirinya dalam air mata para pecintanya dan mengurapi tubuhnya dengan darah kurban-kurbannya.
Dia menutupi dirinya dalam kecemerlangan siang dan pakaiannya dilapisi kegelapan malam.
Dia jatuh cinta dengan hati laki-laki pada saat-saat jayanya yang pertama dan melupakan dirinya dalam perkawinan.

Jangan Takut Jatuh Cinta
Hendaknya kita menjalani hidup ini dengan semangat, untuk dapat menerima dan mencoba memahami cinta seperti fitrahnya cinta. Bagaimana mungkin kita dapat menemukan cinta, apabila kita tidak berani untuk jatuh cinta.
Kabir Helminski dalam sebuah bukunya yang berjudul The Knowing Heart : A Sufi Path of Transformation , beliau mengatakan “Kita hidup di samudera cinta, tetapi karena ia begitu dekat dengan kita, terkadang kita perlu dikejutkan atau disakiti, atau mengalami sedikit kegagalan, supaya menjadi sadar akan kedekatan dan makna cinta. Seekor ikan kecil diberitahu bahwa tanpa air ia akan mati, dan ia menjadi sangat ketakutan. Ia berenang ke ibunya dan dengan gemetaran, memberi tahu ibunya tentang pentingnya air. Si ibu berkata:”Sayang, air adalah tempat dimana kita sedang berenang”.

Perjalanan untuk menemukan cinta, akan selalu ada mengiringi kehidupan manusia dimana pun mereka berada, walau di ujung dunia sekalipun , mereka akan mencarinya.
Akankah langkah itu akan terhenti dengan ujurnya usia, atau akan pupus karena perjalanan waktu? Persoalan yang mendasar tentunya perlu ditanyakan kemanakah cinta kita berlabuh, sebagaimana diingatkan Firman Allah SWT (QS. Ali Imran 14), yang artinya dalam Sahih International :
“Beautified for people is the love of that which they desire - of women and sons, heaped-up sums of gold and silver, fine branded horses, and cattle and tilled land. That is the enjoyment of worldly life, but Allah has with Him the best return”
Tafsir al-Jalalayn
Beautified for mankind is love of lusts, that which the self lusts after and calls for, beautified by Satan, or by God as a test — of women, children, stored-up heaps of gold and silver, horses of mark, fine [horses], cattle, namely, camels, cows and sheep, and tillage, the cultivation of land. That, which is mentioned, is the comfort of the life of this world, enjoyed while it lasts, but then perishes; but God — with Him is the more excellent abode, place of return, which is Paradise, and for this reason one should desire none other than this [abode].
Indonesian
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Wallahu a'lam bi ash shawab


(A.Kuspriyanto, Mey, 2010, Everlasting your light : dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar