Kamis, 20 Mei 2010

MUNAJAT CINTA

Kemana Menemukan Cinta
(Bagian Pertama)

CINTA, sebuah kata yang terdiri dari lima huruf yang bisa jadi paling banyak dibicarakan orang. Cinta tentunya sangat relatif. Bisa mengandung makna positip dan negatif. Dari segi positif, dengan cinta akan membuat hidup ini menjadi indah. Kalau melihat si Dia, “aduuh..endahnya”, senyumnya menawan, penampilannya sungguh mempesona, suaranya merdunya. Pendek kata “semua tampak sempurna”, padahal sebenarnya kalau orang lain yang menilai tidaklah demikian. Dia bilang: “Alangkah merdunya suaramu, Dinda.”. Padahal, sebenarnya”cemprengnya bukan main.” Oleh karena itu, ada pepatah mengatakan “love is blind”.
Disamping cinta mendatangkan keindahan, cinta juga melahirkan semangat untuk berkorban. Jangankan hanya sekedar menunggu, katanya dalam sebuah syair lagu:
Sekian lama aku menunggu, untuk kedatanganmu
Bukankah engkau telah berjanji kita jumpa disini
Datanglah, kedatanganmu kutunggu
Tlah lama, telah lama kumenunggu

Kendatipun lama menunggu, karena cinta “nggak terasa”. Walaupun harus mengarungi samudera Hindia, katanya: “aku akan ikut kamu.” Mungkin benar sebuah pepatah “Love will creep where it can’t walk’ - cinta itu akan merangkak dimana dia tidak bisa berjalan”. Artinya dengan cinta akan menumbuhkan keberanian untuk menanggung resiko apapun, apalagi bila cinta telah begitu mendalam maka apapun yang bakal terjadi akan ditempuh juga.
Ungkapan pengorbanan cinta ini pernah diungkapkan dalam salah satu bait syairnya Rabi’ah Al ‘Adawwiyah, beliau hidup pada masa khalifah Harun al Rasyid
Alangkah manisnya engkau
Sedangkan hidup ini pahit
Alangkah senangnya kalau engkau ridho
Meski semua manusia membenci

Dalam salah satu bait puisi yang diungkapkan oleh seorang gadis jelita di zamannya, yang kecantikannya terkenal di seantero negerinya, namanya Bint Barriyah, juga pernah mengungkapkan ketulusan rasa cintanya, perjuangan cintanya kepada Sayid Badawi :
Wahai yang membaca goresan tinta jemariku
Sibaklah cakrawala kecendiakaanmu untuk ikut merasai
Rintihan kesungguhan kata hatiku terhadapmu
Adalah cinta tanpa batas…
Aku menulis tentang cinta di hati kerinduanku
Yang tersembunyi begitu dalam, di relung kalbuku
Meski panglima perang berkuda mampu kutaklukkan
Aku tak mampu sembunyikan kata hatiku terhadapmu
Memang Cinta tak selalu bermakna positif, cinta juga bisa pula bermakna negatif. Seorang panglima perang pemberani bisa jadi kalah perang karena cinta; dua orang yang bertengkar bahkan saling bunuh-membunuh karena persoalan cinta , dan masih banyak lagi contoh lainnya. Itulah cinta, lima huruf yang bisa membuat persoalan tidak akan pernah selesai.
Fenomena Cinta
Hidup ini rasanya sepi tanpa cinta. Maka, perbendaharaan tersembunyi akan selamanya tersembunyi. Tanpa cinta, tidak ada sebuah generasi. Begitulah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri bahwa cinta terjadi sesuai fitrah dan instink sebagai karunia Allah SWT.
Allah SWT berfirman, artinya: ”Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih saying. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum:21)
Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan:”Diantara tanda kebesaran-Nya yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan kekuasaan-Nya, Dia menciptakan wanita yang menjadi pasangan kamu berasal dari jenis kamu sendiri, sehingga kamu cenderung dan tenteram kepadanya. Andaikata Dia menjadikan manusia itu semua laki-laki dan menjadikan wanita dari jenis lain (seperti misalnya dari bangsa jin atau hewan), maka tentu tidak akan terjadi kesatuan hati diantara mereka dan pasangan (istri) mereka, bahkan sebaliknya membuat lari, bila pasangan tersebut dari lain jenis. Kemudian, diantara kesempurnaan rahmat-Nya kepada Bani Adam, Dia menjadikan pasangan mereka dari jenis mereka sendiri dan menjadikan diantara sesama mereka rasa kasih (mawaddah), yakni cinta dan rasa sayang, rasa kasihan.”
Ungkapan bagaimana menyatunya cinta, Kahlil Gibran dalam sebuah syair menyatakan:
Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku mencintai …
Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu…
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Demikian pula secara lebih gamblang, seorang Moralis Prancis, namanya Francois Dela. R (1613-1680), beliau mengatakan :”If one judges love by most of its results, it is closer to hatred that friendship’ Jikalau orang menilai cinta karena hasilnya, itu berarti lebih dekat dengan kebencian dari pada persahabatan”
Kemana Menemukan Cinta
Suatu ketika Plato menanyakan kepada gurunya tentang kemana menemukan cinta, gurunya memberikan nasihat:”Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu telah menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta.” Tapi apa yang terjadi, tidak seberapa lama Plato pun kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun. Kemudian sang Guru bertanya:”Lho, mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?” Plato menjawab,”Guru, sebenarnya aku telah menemukan ranting yang paling menakjubkan, akan tetapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Dan saat ku berjalan lebih jauh lagi, barulah kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tidak sebagus ranting yang tadi, jadi… akhirnya tak kuambil sebatangpun, “nyesel deh!”
(A.Kuspriyanto/ Mey, 2010, dari berbagai sumber)

Bersambung …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar